Kamis, 13 Januari 2011

PERLU PARADIGMA BARU DALAM MERANCANG PENDIDIKAN

Tahun 2008 Tony Wagner menulis buku berjudul The Global Achievement Gap. Dalam buku itu Wagner mengungkapkan kerisauannya tentang isi pendidikan yang tertinggal jauh dari tuntutan kehidupan. Dari serangkaian riset yang dia lakukan, Wagner mengajukan the survival skills, yaitu critical thinking and problem solving, collaboration across network and leading by influence, agility and adaptability, initiative and entrepreneurialism, effective oral and written communication, accessing and analyzing information dan curiosity and imagination. Tahun 2009 muncul lagi buku berjudul 21st Century Skills oleh Bernie Trilling & Charles Fadel, yang nadanya sangat mirip yaitu menggungat bahwa pendidikan saat ini sudah using dan harus diubah. Trilling & Fadel mengajukan tiga skills yang harus ditumbuhkan di sekolah, yaitu learning and innovation skill yang terdiri dari creativity and inoovation, critical thinking and problem solving, communication and collaboration, digital literacy skills yang mencakup information literacy, media literacy, ICT literacy, dan career and life skills yang mencakup flexibility and adaptability, initiative and self direction, social and cross cultural skills, productivity and accountability, leadership and responsibility.

Mengapa pendidikan saat ini dianggap usang dan digugat tidak sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dan kehidupan di masyarakat? Bukankah pendidikan bertujuan untuk memgembangkan potensi anak didik, sehingga siap menghadapi tantangan dalam kehidupan nyata? Apakah kita salah dalam merancang pendidikan, sebagaimana diuangkap oleh Charles Handy dalam artikelnya Finding Sense in Uncertainty?

Sebenarnya hal di atas sudah diduskusikan secara intens pada tahun 2002an dan bahkan di era Mendikas Pak Malik Fajar pernah diterbitkan naskah berjudul Kecakapan Hidup (Life Skills). Naskah itu intinya menjelaskan bahwa kita harus melakukan perubahan paradigma dalam merancang pendidikan. Pendidikan bukan diarahkan untuk mengumpulkan pengetahuan/informasi semata, tetapi harus diarahkan untuk mengembangkan life skills. Dengan life skills diharapkan anak didik mampu menghadapi dan mengarungi kehidupan dengan baik.

Di era informasi sekarang ini, informasi dalam diperoleh dengan mudah lewat berbagai sumber. Kini berkembang kelakar, kalau ingin dapat informasi tanya saja kepada Mbah Google. Artinya internet dapat member segala informasi yang diperlukan. Oleh karena itu, apsek life skills yang perlu dikembangkan adalah kecakapan menganalisis informasi tersebut secara kritis untuk memecahkan masalah secara kreatif dan bijak. Iptek berkembang secara cepat, sehingga sangat mungkin apa yang dipelajari sekarang akan segera usang, oleh karena itu belajar secara mandiri (self learning, self direction dan initiative) harus dikembangkan dalam pendidikan.

Dalam praktek kehidupan, tidak ada fenomena yang dapat dijelaskan melalui satu bidang ilmu secara tuntas. Selalu diperlukan beberapa bidang ilmu untuk menjelaskan atau menganalisis suatu fenomena. Oleh karena itu, siswa perlu berlatih membedah suatu fenomena yang terjadi di sekitar sekolah dengan menggunakan referensi berbagai matapelajaran secara komprehensif. Pola ini merupakan hal baru tetapi perlu dimulai. Selama ini siswa belajar matapelajaran secara terpisah, seakan tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

Dalam kehidupan, baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan keseharian, seseorang selalu berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Bahkan ke depan bekerja dalam tim merupakan pola kerja yang semakin kental. Oleh karena itu pendidikan harus mengembangkan aspek social skills, yang intinya kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama. Semoga.

Tidak ada komentar: