Senin, 12 Agustus 2013

MALAS CARI INFORMASI KENA MACET

Setiap idul fitri keluarga kami selalu mudik ke kampung halaman ke desa kecil di pinggiran Ponorogo.  Tahun ini kami ke Ponorogo pada hari raya kedua Jum’at 9 Agustus, setelah mengantar anak yang balik ke Australia.  Berangkat dari Surabaya sekitar pukul 16 dan sampai kampung sekitar pukul 24.  Bukan main.  Baru pertama kami mengalami macet yang begitu hebat.  Kemacetan yang paling parah terjadi di antara Nganjuk-Wilangan.

Hari Sabtu siang kami kembali ke Surabaya, karena Minggu ada acara.  Kami berangkat sekitar pukul 13, bersama-sama adik yang juga kembali ke Malang.   Entah karena apa, kami meluncur saja melewati jalur Ponorogo-Madiun-Nganjuk-Kertosono-Jombang-Mojokerto-Surabaya.  Terjebak macet lagi di antara Caruban-Nganjuk dan baru sampai Surabaya pukul 22 malam.  Jadi Ponorogo yang saat “normal” dapat ditempuh sekitar 4 jam, harus ditempuh selama 9 jam.

Sampai Surabaya sampai “membodohkan” diri sendiri.  Bukankah sudah tahu kalau Caruban-Nganjuk macet, mengapa tidak mencari jalan alternatif?  Bukankah tahun lalu sudah mengambil jalur selatan, yaitu Ponorogo-Trenggalek-Tulungangung-Kediri-Mojokerto-Surabaya dan relatif lancar?  Mengapa tidak mengambil jalur Wilangan belok kiri melewati Ploso Mojokerto-Surabaya?  Mengapa tidak mencari informasi kondisi lalu lintas pada hari Sabtu?  Mengapa tidak belajar dari pengalaman kemarin yang kena macet di daerah yang sama.  Masak harus “terantuk batu untuk kedua kalinya”.

Memang radio Suara Surabaya baru kami dapatkan pada perjalanan setelah Madiun.  Praktis sepanjang perjalanan Ponorogo-Madiun kami meyakini jalan tidak terlalu padat.  Bukankah masih hari Sabtu.  Logikanya jalan akan padat saat hari Minggu, sehari sebelum kantor masuk.  Pikiran seperti itu yang membuat kami (paling tidak saya) tidak terdorong mencari informasi kondisi lalu lintas Ponorogo-Surabaya.

Pengalaman di atas menguatkan prinsip pentingnya informasi.  Siapa yang menguasai informasi dialah yang menguasai situasi. Siapa yang memiliki informasi akan memiliki alternatif keputusan yang lebih baik.  Sebaliknya jika informasi yang dimiliki terbatas, pilihan alternatif keputusan juga terbatas dan bahkan berpotensi untuk keliru.  Siapa yang malas mencari informasi akan kena dampaknya. Dan saya benar-benar mengalami.

Saya kemudian mengadai-andai.  Seandainya sebelum berangkat, saya sedikit mau susah mencari infomasi.  Seandainya memutar radio SS untuk dapat informasi lalu lintas.  Seandainya saya membuka detik.com.  Seandainya mau bertanya via telepun ke teman yang tahu situasi lalu lintas.  Tentu saya mendapat informasi bahwa lalu lintas Caruban-Nganjuk macet total dan saya dapat memilih jalur selatan, seperti tahun lalu.  Namun semua sudah terjadi dan itu sepenuhnya akibat kemalasan saya untuk mencari informasi.

Pengalaman yang sangat berharga.  Kemalasan yang harus ditebus dengan kelelahan yang luar biasa, dengan menyopir 9 jam untuk jalan yang macet.  Untunglah minggu pagi praktis saya tidak punya acara pokok, sehingga dapat istirahat.  Paling-paling hanya membersihkan rumah yang sudah beberapa hari tidak dibersihkan secara sungguh-sungguh.

Berangkat dari pengalaman ini, saya teringat dengan hasil observasi saya tentang para wisatawan.  Wisatawan asing biasanya memegang peta dan buku ketika berkunjung ke Indonesia. Seringkali mereka sudah “tahu” rute mana yang ingin dilewati dan hotel mana tempat menginap yang diinginkan.  Semua itu dibaca di buku yang selalu dipegang kemana-mana.  Sebaliknya orang Indonesia, khususnya saya sendiri, seringkali terlalu “pede” untuk bepergian, termasuk ke luar negeri.  Seringkali saya hanya mengandalkan informasi secuil dari teman yang pernah kesana.  Jarang sekali mau membeli peta dan informasi tertulis sebelum berangkat.  Paling-paling baru mencari peta setelah tiba di kota yang dituju.  Itupun mengandalkan dari peta yang disediakan secara gratis di bandara, stasiun atau tempat lain.  Nah, ketika kebingungan terus bertanya kepada orang yang dijumpai.  Singkatnya secara relatif, orang Indonesia, khususnya saya, kalah persiapan dengan wisatawan asing ketika mengunjungi negeri orang.  Semoga jadi pelajaran bagi kita.

Tidak ada komentar: