Rabu, 03 September 2014

GURU SEBAGAI PILAR UTAMA PENDIDIKAN



(Dicuplik dari naskah Grand Design Pendidikan Guru)

Guru merupakan salah satu komponen sangat penting dalam pendidikan.  Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa guru merupakan tiang penyangga utama pendidikan. Ada ahli lain yang mengatakan guru sebagai ujung tombak pendidikan. Pendapat itu dilandasi argumen bahwa  guru adalah pelaksana utama proses pendidikan.  Gurulah yang dalam kenyataannya melaksanakan kegiatan pembekajaran di sekolah.  Apapun kebijakan dan apapun fasilitas yang ada, pada akhirnya guru yang menggunakannya.  Fasilitas yang sederhana tetapi ditangani guru yang kreatif terbukti lebih unggul disbanding peralatan yang lengkap tetapi dtangani oleh guru yang tidak kompeten.

Banyak penelitian yang mengukur seberapa kontribusi guru dalam menentukan mutu pendidikan.  Kontribusi yang ditemukan berbagai macam, namun semuanya di atas 50% (Samani, 2013).  Artinya 50% mutu pendidikan ditentukan oleh guru.  Jika sekolah memiliki guru yang baik, maka separuh masalah mutu pendidikan di sekolah itu sudah terselesaikan.  Oleh karena itu dapat dimengerti jika banyak menyebutkan guru sebagai kunci peningkatan mutu pendidikan.

Negara-negara seperti Finlandia, Belanda, Hong Kong dan Jepang sukses meningkatkan mutu pendidikan dengan cara memastikan adanya guru yang kompeten dan berkomitmen kerja tinggi  (Wang, 2003; Sahlberg, 2011).  Negara-negara itu dikenal memiliki guru yang kompeten dan berkinerja yang bagus, sehingga proses pembelajaran berjalan optimal dan pada ujungkan hasil belajar anak optimal pula.  Dalam derajat tertentu, China juga mengarah kesana (Lianqing, 2003).

Senada dengan upaya beberapa negara tersebut, kajian Thomas Friedman (2013) terhadap sekolah-sekolah di Sanghai menemukan jawaban mengapa sekolah tersebut maju pesat, karena: (1) komitmen yang tinggi terhadap pendidikan guru, (2) pembinaan profesional guru yang terus menerus, (3) pelibatan orang tua dalam siswa belajar, (4) kepemimpinan sekolah yang bagus, dan (5) budaya menghargai profesi guru. Empat dari lima faktor penentu mutu pendidikan di Sanghai ternyata terletak pada guru.

Berdasarkan fenomena seperti itulah, banyak orang mengatakan “kalau ingin pendidikan bagus, maka langkah pertama guru harus profesional”.  Untuk mendapatkan guru yang profesional, maka mereka harus memiliki kompetesi yang bagus, berkinerja yang tinggi, dan mendapatkan penghasilan yang bagus.  Keadaan seperti itulah yang terlihat pada guru di beberapa negara dengan pendidikan bagus.

Kondisi pendidikan di Indonesia yang belum berkembang baik sangat mungkin juga dipengaruhi oleh faktor guru.  Sudah menjadi rahasia umum kalau kompetensi guru kita belum bagus.  Hasil Uji Kompetensi Guru menunjukan hanya guru-guru Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendapatkan skor 50,1 sedangkah daerah lain di bawah 50 atau separuh dari kompetensi yang seharusnya dikuasai.  Dengan kompetensi guru seperti itu dapat dimengerti kalau mutu pendidikan di Indonesia belum bagus.

Dilihat dari faktor usia, hasil Uji Kompetensi Guru menunjukkan semakin tinggi usia kompetensi justru semakin menurun.  Kompetesi tertinggi dicapai oleh guru yang berusia 35-40 tahun, dan terus menurun setelah itu.  Pada hal sekitar 54% guru kita berusia 41 tahun ke atas.  Jadi dapat disimpulkan bahwa kompetensi sebagian besar guru kita memang belum baik.  Apalagi itu masih ditambah dengan distribusi guru yang tidak merata antar daerah dan antar sekolah.

Mengapa mutu guru saat ini kurang baik?  Bukankah dimasa lalu kita memiliki guru-guru yang bagus?   Belum ada studi yang mempelajari pergeseran tersebut.  Namun dari data dan informasi terbatas, pada masa penjajahan dan awal kemerdekaan, guru merupakan profesi bergengsi, sehingga banyak anak muda cerdas menjadi guru.  Namun seiring dengan perjalanan waktu, gengsi tersebut perlahan menurun sampai saatnya yang masuk pendidikan guru (misalnya SPG dan IKIP/LPTK) adalah mereka yang biasanya tidak diterima di perguruan tinggi atau jurusan favorit.  Dan mereka itulah saat mengabdi di sekolah-sekolah di seluruh pelosok tanah air.1)

Namun semenjak ada tunjangan profesi, minat anak muda untuk menjadi guru naik signifikan.  Sejak tahun 2011 pendaftar ke LPTK (prodi kependidikan) selalu menduduki peringkat 10 besar.  Adanya tunjangan profesi guru tampak mendorong anak muda (dari keluarga menengah ke bawah) berkeinginan menjadi guru.  Bibit bagus sudah mulai datang, sehinga pertanyaanya bagaimana bibit bagus tersebut diproses menjadi guru yang bagus dan dapat didistribusikan ke seluruh pelosok tanah air.

1 komentar:

Maharti Rn mengatakan...

salam, benar adanya, guru merupakan pelaksana semua kebijakan yang terkait proses pendidikan, sebagai ujung tombak, sedang meningkatkan kualitas sdm sebenarnya tidak semudah membaca berita, butuh waktu dan kemauan, ijin copas pak untuk memotivasi teman2, tks