Minggu, 28 Desember 2014

DAVID AND GOLIATH (1)



Saya ikut rombongan FT Unesa ke Jerman bulan Nopember 2014 praktis kurang persiapan diri.   Bayangkan rombongan berangkat dari Surabaya Senin tanggal 17 Nopember, sementara hari Sabtu tanggal 15 Nopember saya baru datang dari tugas luar kota selama beberapa hari dan langsung mengisi acara di Fak Sains dan Teknologi Unair.  Bahkan hari Minggu tanggal 16 Nopember masih harus mengisi acara Dinas Pendidikan Sidoarjo di Batu.

Untunglah isteri saya sudah menyiapkan baju dan sebagainya dalam koper besar karena akan pergi ke Eropa selama sekitar 12 hari.  Apalagi cuaca cukup dingin sehingga harus membawa overcoat, syal, sarung tangan dan tentu saja topi penahan dingin.  Saya juga dibawai vaseline untuk menghindari gatal-gatal akibat dingin dan udara kering.  Saya hanya sempat mengecek sekilas dan lebih mengutamakan menyiapkan perlengkapan kerja, seperti laptop, beberapa buku dan beberapa pekerjaan yang saya harap dapat dikerjakan di sela-sela tugas.

Ketika mau berangkat, saya teringat belum membawa buku bacaan untuk di perjalanan.  Biasanya saya selalu membawa satu-dua buku untuk dibaca selama penerbangan jauh.  Karena waktunya sudah mepet, saya putuskan membawa buku yang ada di meja kerja, yaitu buku “The Power of Now”, buku Filsafat Kehidupan tulisan Eckhart Tolle, seorang agnostict (percaya kepada Tuhan tetapi tidak menganut agama tertentu).  Buku tersebut saya beli 23 Mei 2008, baru saya baca sedikit terus ketlisut.  Belum lama saya temukan dan mulai saya baca lagi.

Ketika transit di Jakarta, saya berpikir perlu membeli buku lagi, karena buku The Power of Now mungkin dapat saya selesaikan dalam beberapa jam.  Akhirnya saya masuk ke toko buku Periplus dan menemukan buku kecil bersampul putih dengan judul “David and Goliath:  Underdog, Misfits, and the Art of Battling Giants”, tulisan Malcom Gladwell.  Bukunya kecil, 10,5 X 17 cm tetapi cukup tebal dengan 305 halaman.  Tampaknya memang dimaksudkan untuk dibaca dalam perjalanan, sehingga harus mudah dibawa.

Seingat saya Malcom Gladwell adalah penulis terkenal yang pernah menulis buku inspiratif berjudul Outlier dan The Tipping Point.  Oleh karena itu saya tertarik dan mencoba melihat apa isi buku David and Goliath itu.   Saya membayangkan isinya tentu mirip dengan cerita yang pernah kita baca, yaitu raksana yang dikalahkan oleh orang kecil.  Di halama 5 saya mendapatkan kalimat “David and Goliath is a book about what happens when ordinary people confront giants. By giants, I mean powerful opponents of all kinds-from armies and mighty warriors to disability, misfortune, ad oppression.”   Kalimat itulah yang mendorong saya untuk membeli.

Buku itu baru mulai saya baca waktu transit di Dubai, setelah buku The Power of Now selesai saya baca di penerbangan Jakarta-Dubai. Isinya sungguh menarik dan sangat inspiratif serta perlu direnungkan secara mendalam.  Walaupun buku bacaan, namun dilengkapi dengan data layaknya buku ilmiah.  Banyak yang mengejutkan karena tidak sesuai dengan apa yang selama ini dipercaya publik, sehingga layak untuk dicermati oleh orangtua dan pendidik.

Bagian pertama diberi judul The Advantages of Disadvantages (Keberuntungan bagi Mereka yang Kurang Beruntung).  Bagian ini Malcom Gladwell ingin menunjukkan bukti bahwa kekurangberuntungan seringkali dapat berubah menjadi keberuntungan.   Cerita dimulai dari seorang asal India yang profesi aslinya adalah computer programmer dan tinggal di California’s Silicon Valley.   Pada awalnya dia hanya ingin melatih anaknya bermain bola basket, suatu permainan yang tidak lazim di India, sehingga dia sendiri tidak pernah bermain bola basket.

Ketika kemudian secara serius menekuni profesi sampingan sebagai pelatiha basket, dia menggunakan pola pikir seorang programmer yang mungkin tidak terbayangkan oleh pemain maupun pelatih basket pada umumnya.  Karena yang dilatih adalah para gadis yang tidak tinggi sebagaimana seharusnya pemain basket dan mereka juga tidak memilki keahlian bagus dalam memasukan ke ring, maka tim dilatih dan didorong untuk merebut bola di segala lini lapangan.  Apa yang terjadi, ternyata tim yang diberi nama The Redwood City itu berkali-kali memenangkan pertandingan.

Contoh kedua, masih dalam permaina basket adalah pertandingan antaa The Fordham Universoty Rams melawan The University of Massachusetts Redmen.  Semua orang faham kalau tim basket The Umass adalah tim tangguh.   Menyadari kondisi itu, tim Fordham menerapkan startegy apa yang mereka sebut dengan “a full court press” dan ternyata menang.

Apa yang ingin dibagi oleh buku David and Goliath dengan pembaca dengan menyampaikan cerita tentang bola basket tersebut?  Dan apa hubungannya dengan cerita legende tentang David dan Goliath?  Menurut saya, terletak pada keberanian menerapkan startegi yang tidak lazim.  Tentu itu didasarkan atas analisis yang matang.  Karena timnya tidak tinggi dan tidak memiliki “penembak” yang bagus, yang dapat dilakukan adalah bagaimana agar lawan tidak memegang bola. Dan untuk itu cara yang dapat dilakukan adalah merebut bola dimanapun posisinya.  Itulah yang disebut dengan “a full court press”.

Mungkin itu contoh bentuk kreativitas untuk mengatasi kelemahan yang disertai dengan keberanian mengambil langkah yang tidak lazim.  Tim underdog yang menerapkan strategi jitu ternyata dapat sukses mengalahkan tim jawara.  Tim yang “david” tetapi memiliki kemampuan memecahkan masalah secara kreatif ternyata dapat mengalahkan tim yang “goliath”.  Semoga kita dapat  belajar dari itu.

Tidak ada komentar: