Kamis, 04 Februari 2016

THE SAMSUNG WAY



Waktu ikut seminar di Bremen University Jerman, saya melihat teman dari Malaysia (Prof Ramli) membaca buku tebal berjudul The Samsung Way yang ditulis oleh Jaeyong Song dan Kyungmook Lee.  Mungkin melihat kalau saya memperhatikan, sehingga menunjukkan buku itu dan menceriatakan secara singkat apa isisnya.  Karena baru membaca sebagian, tentu yang diceritakan juga sebagian yang telah dibaca.

Sesampai di Indonesia, saya berusaha mencari buku itu tetapi tidak mendapatkan.  Biasanya buku seperti itu ada di Perplus, tetapi ternyata tidak ada.  Saya cari di internet ada dan dijual oleh Amazon, sayangnya Amazon tidak mau mengirim ke Indonesia.  Jadi saya hanya bisa menunggu moga2 buku segera masuk ke Indonesia.

Tanggal 3 Februari kemarin, sepulang dari Solo dengan kereta Sancaka, saya mampir ke Gramedia.  Tujuan utamanya mencarikan buku anak saya yang sedang menyelesaikan studinya di S2 MBA ITB.  Dia pesan mencarikan buku Marketing yang ditulis oleh orang Indonesia.  Saya teringat buku-buku yang ditulis oleh Pak Hermawan Kertajaya dan Pak Yuswohadi dsb, yang banyak dijual di Gramedia. 

Nah ketika keliling justru yang menemukan buku The Samsung Way yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.  Langsung saya membeli, walaupun agar ragu apakah terjemahannya baik.  Dari pengalaman banyak buku terjemahan yang “agak ngacau” sehingga lebih enak membaca buku aslinya.  Alhamdulillah, setelah membaca saya menemukan terjemahannya cukup baik.  Dan saya ingin berbagi dengan pembaca apa isi buku itu secara singkat.

Ternyata Samsung itu sebuah group perusahaan raksasa.  Selama ini saya mengiran Samsung adalah pabrik yang memproduksi perlatan yang terkait dengan elektronika, seperti HP, TV, mesin cuci dan sebagainya.  Ternyata itu hanya salah satu divisinya.  Samsung mempunyai usaha yang sangat banyak, mulai dari manifaktur, perkapalan, industri kimia, perbankan, perhotelan dan sebagainya.   Ternyata Samsung berasal dari usaha keluarga dalam distribusi sayur-sayuran dan makanan kering.

Karena buku ini disusun oleh dua orang profesor “beken” dari Seoul National University (SNU) yang kebetulan disewa sebagai konsultas di Samsung sehingga mempunyai akses dalam ke dalam Samsung, penelitian yang dituangkan dalam buku ini menarik untuk dibaca.  Ada dua hal yang menarik.  Pertama, menurut penulis ini Samsung sukses menjadi perusahaan kelas dunia karena berhasil menerapkan  “Manajemen Paradoks”, suatu manajemen yang baru Samsung menerapkan.   Tiga paradoks itu adalah besar tetapi lincah, spesialisasi tinggi berbarengan dengan diversifikasi lebar, dan memadukan manajemen ala Jepang dan manajemen ala Amerika yang sebelumnya diyakini tidak mungkin digabungkan.

Sebelum membaca buku ini, saya termasuk orang yang percaya paradoks tersebut sulit atau bahkan tidak mungkin digabung.  Kalau ingat buku Global Paradox yang ditulis oleh John Naisbitt, tentu ingat bagaimana dengan contoh perusahaan Xerox, Naisbitt meyakinkan pembaca agar memecah perusahaan besar menjadi unit kecil-kecil yang independen agar lincah untuk mengantisipasi perubahan.  Jika tidak perusahaan yang besar akan lambat dan birokratis dan akibatnya tidak mampu mengantisipasi perubahan.  Nah, kiat Samsung yang mampu memanage perusahaan raksana tetapi lincah itulah kunci pertama suksesnya.  Bagaimana caranya, silahkan membacanya sendiri.

Bagaimana Samsung memadukan keragaman yang tinggi dengan masing-masing punya spesialisasi juga menarik.  Fenomena itu melawan prinsip core bussiness oriented yang disarankan oleh beberapa pakar.  Kita ingat, selama ini banyak perusahaan yang sempoyongan akibat usahanya melebar kemana-mana dan keluar dari bisnis intinya.  Akibatnya, ketika sempoyongan bidang usaha yang tidak terkait dengan bisnis inti dilepas.

Selama ini manajemen ala Jepang dikenal dengan orientasi pada pangsa pasar.  Artinya bisnis harus mampu mengetahui apa yang dikehendaki oleh pasar.  Bahkan jika perlu membentuk opini pasar.  Sebaliknya manajemen Amerika berorientasi pada profit dan pendapatan.  Yang penting mendapatkan keuntungan yang banyak.  Bagaimana menggabungkan dua orientasi itu secara sinergis itulah kehebatan Samsung.

Saya bukan ahli bisnis sehingga takut menguraikan pemahaman saya tentang bagaimaa Samsung menerapkan manajemen paradoks itu. Namun buku itu memuat 6 kunci sukses Samsung, yaitu (1) visi yang menantang, (2) keputusan investasi yang berani dan cepat, (3) penekanan pad teknologi, (4) bertumpu pada bakat pokok, (5) sense of crisis, dan (6) kecepatan.

Apa hubungannya dengan pendidikan?  Ternyata Samsung sangat memperhatikan kekuatan karyawan dan penggunaan teknologi tinggi.  Samsung secara kontinyu merekrut karyawan baru yang cerdas dan memberikan kepercayaan yang kepada mereka.  Ideologi yang dianut Samsung adalah “mengerahkan sumberdaya manusia dan teknologi untuk menciptakan produk-produk dan layanan-layanan super yang menyumbang pembentukan masyarakat global yang lebih baik”.  Selamat membaca, semoga menambah pengetahuan kita.

Tidak ada komentar: