Kamis, 04 Agustus 2016

KEPANDAIAN DAN KESUNGGUHAN



Tanggal 27 Juli 2016 saya diminta untuk memberi penguatan pada penutupan workshop PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) yag diselenggarakan oleh USAID Prioritas dan diikuti oleh para dosen pembimbing PPL di LPTK dan guru pamong.  Saya bingung apa yang harus disampaikan, karena peserta banyak profesor yang sudah malang melintang sebagai dosen.  Lebih bingung lagi ketika melihat beberapa fasilitatornya masih muda-muda.

Namun karena sudah harus berdiri saya hanya menyampaikan metapora diskusi para petani Asean.  Syahdan, ada sebuah forum diskusi yang diikuti para petani dari seluruh negara anggota Asean.  Diskusi dimoderatori oleh orang Singapore, karena tempat acara itu di Singapore.  Diskusi berlangsung hangat dan masing-masing peserta memamerkan upaya peningkatan kualitas pertanian di negaranya.  Saling bertanyapun terjadi untuk mendapatkan klarifikasi dari penyampai informasidan gagasan.

Setelah diskusi berjalan cukup lama, moderator menegur peserta dari Thailand. “Sahabat Thailand, ikutlah memberi pandangan dan jangan diam saja.  Bantu memberi solusi bagaimana itu sahabat dari Indonesia dan dari Phillipines berbeda pendapat”.  Mendapat teguran, peserta dari Thailand berhenti menulis dan tampak berpikir sejenak.  Akhirnya menjawab santai: “Kalau soal gagasan dan berdebat serahkan saja kepada teman dari Indonesia dan Phillipines, saya akan mendengarkan dan mencatat.  Nanti sekembali ke Thailand akan saya laksanakan”.

Tentu cerita itu karangan dan bukan sesungguhnya.  Saya hanya ingin menyampaikan, seringkali kita berbuih-buih saat berdiskusi tetapi kurang sungguh-sungguh dalam mengimplementasikan gagasan yang kita sampaikan dan perdebatkan.  Meminjam istilah Gus Sholah, pimpinan ponpes Tebuireng Jombang, “kalau gagasan sudah banyak, yang kurang itu orang yang mau melaksanakan dengan sungguh-sungguh”.

Saya tidak tahu bagaimana reaksi dan pikiran para peserta ketika mendengar metapora itu.  Saya juga hanya menyampaikan itu tanpa tambahan apa-apa. Saya hanya menyebut diakhir sambutan, “mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran dari diskusi itu”.  Saya tidak menyebutkan mana yang baik.  Saya berasumsi para peserta sudah faham kalau Thailand adalah negara yang paling maju dalam bidang pertanian, sehingga kita mengenal jambu bangkok, duren montong dan sebagainya.

Mengapa metapora itu disampaikan?  Karena kita sudah banyak punya inovasi dalam bidang pendidikan tetapi sepertinya setengah-setengah dalam melaksanakan.  Sekian tahun lalu kita punya CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang konon sukses dalam tahap awal ketika sebagai proyek.  Namun CBSA seakan hilang ditelan bumi saat proyeknya selesai.  Bahkan muncul plesetan CBSA sebagai Catat Buku Sampai Habis.

Kita juga pernah punya inovasi CTL (contextual teaching and learning).  Seperti halnya SBSA, CTL juga seakan hilang setalah proyeknya selesai.  Kita juga pernah punya inovasi PMR (Pendidikan Matematika Realistik) yang konon bagus hasilnya.  Namun entah mengapa, PMR tidak sampai menjadi gerakan nasional dan sekarang tidak terdengar kelanjutannya.  Kita punya inovasi Life Skills (Pendidikan Kecakapan Hidup) dan bahkan sukses masuk dalam UU Sisdiknas.  Tetapi sekali lagi bak ditelan bumi begitu proyeknya selesai.

Oleh karena itu, inovasi itu penting, gagasan itu penting, pelatihan itu juga penting.  Namun yang sepertinya lebih penting adalah kesungguhan kita dalam melaksanakan gagasan, inovasi dan hasil pelatihan itu.  Jangan sampai setelah pulang diskusi dan pelatihan kita menyanyikan lagu “aku masih seperti yang dulu......”.  Semoga.

Tidak ada komentar: