Selasa, 09 Juli 2019

BELAJAR DARI PENGALAMAN VIETNAM


Bank Dunia baru menerbitkan laporan dengan judul World Development Report.  Buku ini menjelaskan apa yang perlu dilakukan dunia pendidikan mengantisipasi perkembangan pola kerja akibat perkembangan teknologi yang sangat cepat.  Uraian seperti itu sudah banyak dibahas ahli lain, dengan judul misalnya pendidikan di era industry 4.0 dan sejenis itu.  Intinya, ketika semua data dan informasi dapat digitalisasi dan semua pekerjaan yang sifatnya pengulangan dapat dilakukan oleh robot, maka pendidikan harus mengembangkan kemampuan berpikir analisis-kritias dan kreativitas, sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang dihadapi.  Itulah yang sekarang disbut dengan HOT (high order thinking/berpikir tingkat tinggi).

Yang menarik dari buku ini justru data negara mana yang pendidikannya mampu menghasilkan siswa dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang diukur dengan apa yang disebut dengan harmonized test score dan human capital index, seperti gambar samping. Vietnam tampaknya menjadi negara yang mengejutkan, karena dari harmonized test score maupun human capital index melampaui semua negara Asean, kecuali Singapore.  Pada hal jika dilihat dari GDP per kapita yang menggambarkan “kekayaan” negara itu, Vietnam masih tergolong “miskin”, karena GDP per kapita-nya masih lebih rendah dibanding Indonesia dan Philippines.   Artinya, alasan selama ini bahwa pendidikan di Indonesia belum baik karena kita belum punya dana cukup untuk membiayainya menjadi tidak relevan.

Mengapa Vietnam dapat melakukan itu?  Itulah pertanyaan yang menggoda dan mendorong kita untuk melihatnya. Jujur, saya belum mendapatkan jawabannya.  Saya memang pernah ke Vietnam, kalau tidak salah tahun 2012 atau 2013.  Tetapi saat ini saya tidak melihat hal-hal yang khusus dalam pendidikannya.  Mungkin saya kurang jeli.  Kesan sepintas yang saya dapat: (1) orang Vietnam sangat percara diri, walaupun negaranya relative terbelakang (saat itu).  Saat menjadi tuan rumah suatu konferensi internasional, tempatnya di kampus yang kondisinya kurang baik.  Sidang dilakukan di ruang kuliah yang mirip ruang kelas SMA di Indonesia masa lampau.  Namun ketika memberikan sambutan dan juga presentasi, mereka sangat percaya diri. Orang Vietnam menyakini hanya mereka yang mampu mengalahkan Amerika dan konon itu ditanamkan kepada anak-anak sejak SD. (2) Mereka tampak merupakan pekerja keras dan tidak enggan menangani pekerjaan “kasar”.  Saat pelaksanaan konferensi, para pimpinan menunggui sampai acara selesai dan tidak segan turun tangan saat ada peralatan ngadat.

Saya yakin di luar dua faktor tersebut, Vietnam memiliki startegi khusus untuk mendongkrak mutu pendidikannya sehingga melejit. Dari informasi sana-sini yang saya mencoba mencari, infonya Vietnam menggunakan tiga strategi, yaitu di awal fokus ke pendidikan dasar (PAUD dan SD), mengutamakan pada pembinaan guru, dan melibatkan orangtua dalam mendorong siswa dalam proses pembelajaran di sekolah dan di rumah.

Jika informasi itu benar, berarti mirip dengan apa yang dilakukan Shanghai. Thomas Friedman (penulis buku best seller: The World is Flat) mencermati pendidikan di Shanghai dan menyimpulkan, pendidikan disana melejit karena: (1) menangani pendidikan/pelatihan guru dengan baik, (2) mengutamakan belajar kelompok, baik bagi siswa maupun guru melalui PLC (semacam KKG/MGMP), (3) melibatkan orangtua dalam pendidikan, dan (4) menerapkan pola kepemimpinan sekolah dengan standar tinggi.

Jadi apa yang dapat kita pelajari dari informasi sepintas tentang Vietnam tersebut, tentu sambil mendapatkan informasi yang lengkap?  Merenungkan itu, saya jadi teringat kejadian tahun 2017 lalu.  Saat itu saya diminta oleh Kemdikbud untuk ke Korea Selatan selama 1 minggu mengamati program pendidikan vokasi.  Ketika pulang dan bertemu dengan seorang pejabat Kemdiikbud, saya diminta menyampaikan hasil kunjungan dalam satu kalimat.  Saya menyampaikan: “orang Korea Selatan kalau belajar sungguh-sungguh”.  Artinya mereka memiliki program yang jelas, terukur dan itu dilakukan dengan kerja keras.  Apakah orang Korea Selatan sangat pandai? Menurut saya tidak, sama saja dengan orang Indonesia.  Nah, tampaknya apa yang terjadi di Vietnam juga tidak jauh dari apa yang dilakukan oleh Korea Selatan. Semoga.

Tidak ada komentar: