Senin, 04 Agustus 2014

MAS RUKIN FIRDA



Sabtu tanggal 2 Agustus 2014 saya mendapat sms kalau Mas Rukin Firda kecelakaan dan meninggal.  Karena hari itu agak sibuk saya baru dapat memperhatikan sms sekitar pukul 17an.  Saat itu saya berusaha mencari info yang lebih jelas, kecekaaan apa kok sampai meninggal dan kapan dimakamkan.  Ternyata jenasah sudah dimakamkan sekitar pukul 17 dan kecelakaan yang dialami Mas Rukin adalah dengan bus di dekat terminal Bungur Asih.  Innalillahi wainnailaihi rojiun.  Semoga khusnul khotimah, semoga arwah beliau mendapat tempat terbaik di sisiNya, diterima semua amalnya dan diampuni semua kekhilafannya.

Rukin Firda adalah alumni Jurusan Bahasa Inggris IKIP Surabaya (Unesa) dan bekerja sebagai redaktur (wartawan senior) di Jawa Pos.  Ketika kuliah Mas Rukin aktif di Himapala dan sampai sekarang aktif membina Himapala.  Kecelakaan yang dialami juga ketika yang bersangkutan akan menghadiri halal bilhalal Himapala yang dilaksanakan di gedung PPG Unesa, di kampus Lidah Wetan.  Jadi dapat dimaknai beliau dengan dalam aktivitas membantu kampus.

Saya mengenal beliau saat saya menjadi PR-4 Unesa sekitar tahun 2006.  Saat itu sebagai PR-4 saya berusaha mencari cara untuk menjalin kerjasama.  Saat itu Mas Rukin membantu kami untuk membuat Klinik Pendidikan di Jawa Pos.  Ketika saya menjadi rektor, Mas Rukin sangat aktif membantu Unesa dalam berbagai kegiatan.  Beberapa buku yang diterbitkan Unesa juga hasil editan Mas Rukin, termasuk buku saya dengan judul Profesonalisasi Pendidikan.  Saya masih memiliki kesepakatan menulis buku dengan beliau dan sampai saat ini belum terlaksana.

Rukin Firda orang yang rendah hati, cekatan dalam bekerja, punya komitmen tinggi, ringan tangan untuk membantu siapapun, punya kompetensi menulis sangat bagus dan senang berpetualang.  Ketika Unesa melaksanakan program SM3T, saya pernah bersama beliau melakukan kunjungan ke Sumba Timur dan menjelajah naik speda motor sampai di pelosok.  Seingat saya start dari Kecamatan pukul 9 pagi dan baru dijemput di daerah yang dapat dilalui mobil sekitar pukul 17.  Bersepeda motor melewati jalan setapak tebing gunung/jurang dan menyeberangi tidak kurang dari 9 sungai tanpa jembatan.  Hasil kunjungan itu, seingat saya dimuat secara berseri di Jawa Pos.

Beliau juga melakukan kunjungan serupa di Kabupaten Maluku Barat Daya dan Kabupaten Mamberamo di Papua, bersama dengan Direktur PPG (Bu Lutfiah Nurlaela) yang kebetulan juga mantan aktivis Himapala.  Jadi klop sama-sama suka berpetualang.  Buku yang diedit dengan judul “Bu Guru Saya Ingin Membaca” menjadi buku contoh testimoni peserta SM3T.  Buku itu konon mendapat apresiasi dari Wapres, ketika peserta SM3T diterima beliau.

Ketika Unesa merintis program studi S1 Ilmu Komunikasi, Mas Rukin ikut pontang-panting menyiapkan bersama Mbak Sirikit Syah dan beberapa teman dari Unesa.  Beliau pernah bercerita jika besuk pensiun dari Jawa Pos ingin membantu mengajar di Unesa, khususnya di program studi Ilmu Komunikasi.  Pas, karena beliau memang lulusan S2 Komunikasi dan sudah lama malang-melintang di kewartawanan.

Kami senang dan meresons positif keinginan beliau dan bepesan agar mulai sekarang sudah ikut membina program studi Ilmu Komunikasi Unesa.  Bagaimana caranya agar program studi tersebut punya ciri khusus yang berbeda dengan program studi sejenis yang sudah ada di PTN maupun PTS di Surabaya.  Mas Rukin dan Mbak Sirikit yang kami minta untuk merancang, karena keduanya adalah praktisi komunikasi yang pasti faham situasi lapangan.

Kepergian beliau tentu harus kita ikhlaskan, karena itu sudah menjadi skenario Illahi.  Walapupun secara pribadi dan kelembagaan (Unesa) kami merasa kehilangan.  Kehilangan salah seorang alumni yang peduli almamater, alumni dengan segudang prestasi tetapi seperti pepatah padi makin menunduk ternyata makin berisi.  Selamat jalan Mas Rukin, do’a kami mengiringi Anda.

Apa yang dapat dipelajari dari Mas Rukin Firda?  Banyak.  Antara lain, kesederhanaan dalam kehidupan keseharian, ringan tangan untuk membantu siapapun, rendah hati dan enak diajak komunikasi dan punya dedikasi dan komitmen tinggi terhadao janji/pekerjaan.  Serangkaian soft skill yang sekarang sedang digalakkan dalam pendidikan ternyata sudah melekat pada pribadi almarhum Mas Rukin Firda.  Ibarat hariau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, beliau wafat meninggalkan berbagai kenangan manis dan jasa besar bagi banyak pihak.  Semoga kita dapat meneladani beliau.

Tidak ada komentar: