Rabu, 29 Januari 2014

WHAT WINNERS ARE MADE OF

Tanggal 26-28 Januari 2014 saya mengikuti acara Workshop Pengelolaan Keuangan bagi KPA, yang diadakan oleh Sekretariat Jenderal Kemdikbud di Hotel Millennium Jakarta.  Kebetulan Minggu tgl 26 pagi ada keluarga yang menikahkan anaknya di TMII (Taman Mini Indonesia Indah), sehingga istri saya ikut ke Jakarta.  Lumayan, walaupun tiket pesawat harus membayar sendiri, istri saya dapat menumpang nginap di hotel bersama saya.  Saya pesan kepada Mas Nardi, teman yang biasa mencarikan tiket, agar isteri saya dicarikan tiket promo atau yang termurah.  Alhamdulillah dapat.

Acara workshop berjalan lebih cepat dari yang dijadwalkan.  Acara yang dijadwalkan ditutup Selasa pukul 10.00, sudah ditutup Senin sore.  Pada hal tiket saya dan istri untuk Jakarta-Surabaya pada Selasa pukul 13.  Maunya memajukan tiket, tetapi tidak bisa karena tiket istri saya tiket promo.  Kalau memajukan harus membayar.  Akhirnya kami tetap menggunakan jadwal semula, pulang ke Surabaya pukul 13 dan saya menganggur di hotel Selasa pagi.

Untunglah saya membawa buku berjudul Winning tulisan Jack Welch dan Suzy Welch.  Jack Welch adalah mantan bos General Electric, sedang Suzy Welch saya duga istrinya.  Saya memanfaatkan waktu luang untuk membacanya.  Kebetulan yang saya baca Chapter 6 yang berjudul Hiring: What Winners Are Made of.  Isinya sangat bagus dan oleh karena itu saya ingin berbagi dengan pembaca.

Pada chapter itu Jack da Suzy Welech menjelaskan apa kriteria yang perlu digunakan pada saat melakukan rekrutmen karyawan.  Kriteria itu konon sering ditanyakan ketika mereka memberikan seminar maupun pelatihan manajemen.  Kriteria tersebut sangat penting agar perusahaan memiliki karyawan dan pimpinan yang betul-betul bagus.  Staf yang tidak sesuai dengan kriteria yang diperlukan seringkali membuat kerepotan.

Menurut Jack dan Suzy Welch saringan pertama untuk rekrutmen calon karyawan adalah untuk menguji tiga aspek, yaitu integrity, intelligence dan maturity.   Yang dimaksud dengan integrity dalam konteks ini adalah kejujuran dan satunya kata dengan perbuatan.  Setiap karyawan harus memahami nilai-nilai serta aturan-aturan yang diterapkan di perusahaan dan harus dengan sepenuh hati menerapkannya.

Bagaimana cara mengetahui integritas orang?  Untuk orang dalam, integritas dapat diketahui dari perilaku sehari-hari yang bersangkutan.  Tentu itu dilakukan dalam waktu cukup lama, sehingga dapat dilihat konsistensinya.  Bagaimana bagi calon dari luar?  Tentu lebih sulit.  Biasanya didasarkan dari reputasi yang bersangkutan dan atau referensi orang lain yang terpercaya.

Karyawan tidak harus secerdas Einstein dan Stephen Hawking.  Calon karyawan juga tidak harus membaca buku  Shakespeare dan Ary Ginandjar. Tetapi karyawan harus memiliki kecerdasan cukup baik agar dapat mengerjakan tugas-tugas yang diterima.  Lebih dari itu, karyawan yang cerdas dapat dengan mudah mengikuti perkembangan perusahaan.  Ketika perusahaan tumbuh, tentu terjadi perubahan tata kerja diperusahaan dan karyawan tentu harus dapat mengikutinya.

Jack dan Suzy Welch mengingatkan agar kita tidak mengaburkan antara kecerdasan dan pendidikan.  Memang benar, bisanya lulusan perguruan tinggi terkenal adalah mereka yang cerdas.  Tetapi itu juga tidak menjamin.  Fakta juga menunjukkan banyak lulusan perguruan tinggi biasa atau bahkan tidak pernah kuliah tetapi mereka cerdas.

Kematangan (maturity) penting bagi karyawan.  Dengan kematangan karyawan tidak mudah emosi, dapat menghargai orang lain, dapat melakukan introspeksi dari kekurangan diri, serta mudah bekerjasama dalam tim.  Karyawan yang kurang matang seringkali menimbulkan situasi kerja yang tidak kondusif.

Disamping 3 syarat tadi, Jack dan Suzy Welch mengatakan karyawan harus memiliki “The 4-E dab 1-P”.   Apa itu?  E pertama, karyawan harus memiliki positive energy.   Maksudnya karyawan harus memiliki enersi dan semangat untuk “kerja-kerja-kerja”.  Mungkin seperti semangat yang dianjurkan oleh Menteri BUMN, Dahlan Iskan.  Karyawan dengan positive energy akan selalu optimis dan bersemangat untuk mengerjakan tugasnya.  Karyawan dengan positive energy akan mencintai pekerjaannya.

E kedua adalah energize others.  Maksudnya karyawan yang baik akan memberi semangat kepada rekan lainnya.   Hal itu tidak selalu disampaikan sebagai ucapan, tetapi lebih dari itu melalui contoh yang menginspirasi orang lain.   Membangun kebersamaan kerja keras merupakan contoh energize others.

E ketiga adalah edge, the courage to make tough yes-or-no decision.   Seringkali situasi kerja bersifat  abu-abu, sehingga orang dapat berbeda pendapat karena masing-masing melihat dari sisi yang berbeda. Dalam situasi seperti itu karyawan harus mampu menganalisis mana yang tepat dan berani mengatakan “ya” untuk yang diyakini benar dan mengatakan “tidak” untuk yang diyakini tidak benar.  Walaupun yang informasi yang keliru tadi berasal dari orang/pihak yang berpengaruh.

E keemapat adalah execute.  Maksudnya kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas.  Tidak semua orang yang faham dan bahkan pandai berteori mampu melaksanakan apa yang diteorikan.  Di samping kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan juga diperlukan keberanian.  Apalagi ada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung risiko.

P yang dimaksud oleh Jack dan Suzy Welch adalah passion.  Jika pekerjaan menjadi passion-nya, maka karyawan akan menikmati pekerjaannya.  Dengan demikian dia akan bekerja dengan sepenuh hati dan hasilnya akan maksimal.  Karyawan yang bekerja karena terpaksa atau sekedar melaksanakan kuwajiban, hasilnya tidak akan maksimal.

Kriteria di atas berlaku untuk semua karyawan.  Namun untuk level pimpinan apalagi pimpinan puncak di unit kerja, diperlukan kriteria tambahan.  Jack dan Suzy Welch menyebutkan empat tambahan untuk syarat pimpinan, yaitu authenticity, ability to see around corners, strong penchant to surround themselves with better people, dan heavy duty resilience.

Menurut Jack dan Suzy Welch, orang dengan authenticity memiliki kemandirian dan rasa percaya diri yang kuat.  Dengan demikian dia akan berani mengambil keputusan yang dianggap tepat walaupun mungkin tidak populer.  Pemimpin apalagi pemimpin puncak tidak boleh hanya mencari popularitas dan melupakan kemajuan organisasi.  Pemimpin dengan authenticity tidak akan sekedar mengikuti arus orang banyak. Dia akan akan mengambil langkah berani demi kemajuan organisasi yang dipimpinnya.

Yang dimaksud dengan ability to see around corners adalah kemampuan memprediksi apa yang akan terjadi di masa datang.  Tentu yang dimaksud Jack dan Suzy Welch bukan semacam juru ramal, tetapi dengan berbagai data dan fenomena, pemimpin puncak harus mampu membuat prediksi ke depan.  Dengan begitu, dapat dilakukan antisipasinya.  Bahkan dengan kemampuan itu, yang bersangkutan dapat “memanfaatkan” perubahan itu untuk kemajuan organisasi.

Pemimpin harus mampu mendayagunakan staf untuk kemajuan organisasi.  Makin pandai staf yang dimiliki tentunya makin lancar pekerjaan.  Namun demikian tidak semua pimpinan merasa nyaman ketika dikelilingi dan mendapat masukan dari karyawan yang lebih pandai dari dia sendiri.  Pemimpin yang baik, apalagi pemimpin puncak seharusnya siap dikelilingi dan mendapat masukan dari staf yang lebih pandai atau lebih pengalaman dari dia sendiri.  Pemimpin seperti itulah yang oleh Jack dan Suzy Welch disebut dengan strong penchant to surround themselves with better people.

Tidak ada orang yang tidak pernah gagal.  Demikian pula setiap organisasi pernah mengalami kegagalan program.  Setiap orang maupun organisasi juga akan selalu menghadapi tantangan, baik dari dalam maupun dari luar.  Pemimpin apalagi pemimpin puncak harus memiliki heavy duty resilience, yaitu kemampuan menghadapi tantangan dan berani bangkit dari kegagalan.  Pemimpin yang  baik harus memaknai kegagalan sebagai pelajaran dan sukses yang tertunda.  Pemimpin yang baik harus memaknai tantangan sebagai peluang untuk sukses.


Jujur saya merasa mendapat pelajaran banyak dari membaca chapter 6 buku berjudul Winning, karya Jack Welch dan Suzy Welch.  Yang ingin mendapatkan gambaran lebih lengkap, silahkan membaca buku aslinya.  Semoga.

1 komentar:

Iwan mengatakan...

Sebuah artikel yang saya dan mungkin orang lain pada umumnya alami dimana etos kerja dan positive energy seringkali turun naik dan kadang kala mengalami kejenuhan pada satu titik waktu di tempat kerja dan bahkan seringkali mengalami stress....I agree with you, prof!!!!!!!