Minggu, 12 Juni 2016

MENGAGUMI PAK QURAISH SHIHAB



Sudah lama keluarga saya menjadi pendengar setia pengajian dan ceramah Prof Dr. Quaish Shihab MA, khususmya tentang Tafsir Al Misbah di TV.  Oleh karena itu menjelang saur amadhan ini Metro TV selalu menjadi pilihan.  Apalagi kebanyakan TV lainnya lebih senang menayangkan banyolan yang menurut anak saya tidak lucu dan sepertinya tidak menyentuh persiapan kita untuk berpuasa.

Tentu tidak semua orang menyenangi ceramah Pak Quraish.  Sepertinya setiap da’i punya jama’ah sendiri-sendiri, atau kalau menggunakan terminologi gaul, setiap da’i punya segmen pasar sendiri.  Tentu juga ada orang yang tidak setuju dengan pendapat Pak Quraish Shihab.  Bahkan ada orang yang secara terbuka menyangkal pendapat beliau melalui blok atau ceramah di depan umum. Sayapun juga kurang sependapat dengan Pak Quraish untuk beberapa hal.

Namun demikian, secara subyektif saya mengatakan pengajian dan ceramah Pak Quraish termasuk yang sangat baik, dapat diterima nalar (tentu ini subyektif) dan dapat memberikan pencerahan.  Anak laki-laki saya menyebutkan ceramah Pak Quraish Shihab rasional dan dapat menjawab mengapa harus begini dan begitu. Anak perempuan saya menyebutnya dengan istilah saintifik karena cocok dengan teori ilmiah.

Menurut saya ada tiga kelebihan yang membuat pengajian dan ceramah Pak Quraish menarik.
Pertama, keluasan pengetahuan beliau sehingga dapat memberikan penjelasan dengan baik, dengan contoh-contoh yang konkret dalam kehidupan sehar-hari kita.  Dengan baiknya Pak Quraish menjelaskan bedanya ketika dalam Al Qur’an, Alllah swt menggunakan istilah “Aku” dan istilah “Kami” untuk diriNya.  Digunakan istilah “Aku” untuk hal-hal yang di dalamnya tidak terlibat pihak lain, dan digunakan istilah “Kami” ketika di dalamnya ada pihak lain yang terlihat.

Penguasaan bahasa Arab yang sangat baik, sepertinya menjadi salah satu pendukung beliau mampu memberikan penjelasan yang sangat baik.   Pada umumnya orang (khususnya saya) hanya menterjemahkan satu kata dalam Al Qur’an menjadi satu kata dalam bahasa Indonesia dan itupun biasanya diambil dari Tafsir yang dibaca.  Sebaliknya Pak Quraish dapat memberikan sejumlah padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk satu kata dalam Al Qur’an.  Dengan begitu beliau dapat memaknai kalimat dalam Al Qur’an jauh lebih “hidup”.

Kedua, Pak Quraish ternyata punya kompetensi andragogik yang sangat baik. Ketika menyampaikan pengajian tampak sekali beliau menganggap jama’ah sudah punya pengetahuan.  Seringkali Pak Quraish menggunakan analogi ketika menjelaskan sesuatu pengertian dalam Al Qur’an.  Dengan analogi dalam kehidupan sehari-hari itulah yang memudahkan kami memahami.

Ketika menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad tidak punya “kewenangan apapun tentang turunnya ayat”, beliau menggunakan analogi dengan kegiatan kita sehari-hari.  Ketika terjadi fitnah isteri beliau berselingkuh, beliau berharap turun ayat untuk pegangan melakukan sesuatu.  Namun ayat itu tidak turun sampai sekian lama.  Nah, kita dapat membayangkan jika turunnya ayat itu kewenangan Rasul tentu segera saja ayat diturunkan.

Ketiga,  dalam berdakwah beliau tidak ingin memaksakan pendapatnya.  Pak Quraish selalu memberikan berbagai pendapat para ulama dan pendapat yang berkembang di masyarakat.  Jama’ah didorong untuk mengambil keputusan sendiri.  Mungkin beliau beranalogi Allah swt saja tidak memaksa agar semua orang menganut Islam dan melaksanakan ini dan itu, mengapa da’i memaksa jama’ahnya.  Menurut saya, justru karena itulah jama’ah tidak merasa digurui apalagi dipaksa-paksa, yang akhirnya justru menerima tausiahnya karena merasa nyaman.

Saya membayangkan jika guru dan dosen memiliki kemampuan seperti Pak Quraish sangat mungkin perkuliahan berjalan dengan baik.  Siswa/mahasiswa akan mudah memahami materi ajar/kuliah dan dengan senang hati mengikuti nasehat guru/dosennya.

   

Tidak ada komentar: