Minggu, 08 Oktober 2017

CURIOSITY



Koran Jawa Pos hari ini, halaman 21 disambung ke halaman 31 memuat cerita “Christhard Schrenk Napak Tilas Jejak Ditemukannya Prinsip Konversi Energi di Kota Pahlawan”.   Menurut tulisan itu, ternyata prinsip konversi enersi yang terkenal itu ditemukan oleh seorang dokter bernama Robert Meyer.  Diceritakan Robert Meyer, orang Jerman, yang saat itu berusia 25 tahun ikut pelayaran sampai ke Jakarta dan Surabaya. Ketika di Indonesia dia menemukan warna darah orang Indonesia berbeda dengan darah orang Eropa. Dia penasaran mengapa begitu?  Melalui serangkaian kegiatan, Robert Meyer sampai pada simpulan bahwa orang yang tinggal di daerah tropis tidak membutuhkan banyak oksigin untuk metabolisme, sehingga kadar oksigin yang tinggal di dalam darah lebih banyak, sehingga warna tidak semerah dan secerah darah orang Eropa.

Karena dia seorang dokter, mungkin temuan seperti itu wajar-wajar saja.  Namun Robert Meyer juga mengamati bahwa suhu air laut yang bergerak lebih tinggi dibanding yang tenang. Menurut cerita itu, bukti-bukti itulah yang kemudian ditelaah mendalam dan membuat Mayer menemukan hubungan antara energi, panas dan gerak. Berdasarkan keyakinan itu, Robert Meyer mengatakan bahwa enersi itu kekal, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan.  Itulah yang kemudian dikenal sebagai hukum Kekekalan Enersi.

Namun demikian penemuan Robert Meyer itu tidak mendapat pengakuan dari para ilmuwan saat itu. Baru setelah James Prescott Joule, seorang fisikawan Inggris menggunakan temuan Meyer dalam penelitian lanjutan, hukun Kekelalan Enersi itu mendapatkan pengakuan?  Mengapa terjadi seperti itu?  Sayang, Koran Jawa Pos tidak menceritakan.  Mungkin pembaca sengaja “digantung” agar mencari sendiri jawabannya. 

Tulisan ini tidak ingin menemukan jawaban atas pertanyaan yang digantung oleh Jawa Pos itu.  Yang ingin didiskusikan adalah, Rebert Meyer memiliki rasa kepenasaran (curiosity) yang tinggi terhadap apa yang ditermukan dan itulah yang mendorong dia menemukan banyak hal, bahkan hal-hal yang di luar bidang keahliannya.  Ketika melihat darah orang Indonesia tidak secerah darang orang Eropa Robert Meyer penarasan, mengapa terjadi seperti itu.  Ketika menemukan suhu air laut yang bergerak lebih tinggi dibanding suhu air laut yang tenang, Rober Meyer juga penasaran.  Tampaknya rasa penasaran itulah yang mendorong dia menemukan banyak hal.  Dengan tingginya rasa penasaran itu membuat yang bersangkutan mencari jawabannya dan akhirnya menemukan sesuatu.

Sebenarnya anak kecil selalu memiliki rasa ingin tahu atau penasaran yang sangat tinggi.  Semua yang dilihat ditanyakan.  Semua yang didekatnya dicoba-coba.  Bahkan orang tua sering kuwalahan menjawab dan kuwalahan mengembalikan barang yang diambil dicoba-coba.  Sayangnya pendidikan kita belum mampu menfasilitasi agar rasa penasaran itu terus tumbuh dan menjadikan anak-anak sebagai penemu yang  handal.

Kurikulum 2013 dengan pedekatan saintifik tampaknya ingin memberikan kesempatan itu.  Melalui 4 M (mengamani, mempertanyakan, mencoba dan mengkomunikasikan) akan didik didorong untuk melakukan obervasi dari apa saja yang ada disekitarnya, mempertanyakan mengapa seperti itu atau mengapa itu dapat terjadi, mencoba-coba agar terjadi atau agar tidak terjadi dan kemudian menjelaskan hasil observasi dan hasil coba-cobanya. Tentu 4 langkah M itu harus disesuaikan dengan level pendidikan di anak didik.  Semoga dengan cara itu, anak-anak Indonesia mampu menjadi penemu yang handal, sesuai dengan level pendidikan dan sesuai dengan bidang yang ditekuni.


Tidak ada komentar: