Senin, 14 Mei 2018

BERHUTANG BUDI KEPADA REKAN DOKTER DAN PERAWAT


Selama 2 hari 2 malam, saya dirawat di kamar nomer 2 ruang Ahira RSI Jemursari.  Masuk selepas magrib hari Minggu 6 Mei 2018 dan pulang hari Selasa tanggal 8 Mei 2018 sekitar pukul 17.00. Jika diasumsikan saya benar-benar ruangan pukul 20.00, setelah melalui proses di UGD, foto torak dan CT scan di bagian Laboratorium, berarti saya dirawat di Ahira selama 45 jam.  Ditunggui isteri yang setia dan mendapat ruangan sangat bagus.  Juga ada bed/kasur untuk penunggu.

Sejak dari bagian UGD saya sudah diberitahu kalau yang akan menangani dr. Dyah-wakil direktur bidang medik di RSI Jemursari.  Saya tidak mengerti mengapa beliau yang harus menangani, karena setahu saya beliau spesialis penyakit syaraf.  Apakah sakit saya dicurigai terkait dengan syarat ya?  Apalagi saya di-CT scan segala.  Saya berpikir positif saja.  Seperti info dari Pak Bagus, saya saya akan diobservasi biar tuntas. 

Minggu malam saya merasa tenang, karena sudah di rumah sakit dan dibawah pengawasan dokter.  Perawatnya juga sangat baik-baik.  Malam itu belum dapat jatah malam, sehingga isteri pulang dulu untuk makan.  Saya sudah akan sebelum berangkat.  Saat balik di kamar di Ahira, isteri membawa kabin, camilan yang saya sangat suka.  Jadi praktis Minggu malam saya makan dengan baik dan dapat tidur nyenyak karena merasa aman.

Pagi-pagi, sekitar pukul 06, perawat sudah datang untuk menensi dan mengukur suhu badan saya.  Berapa?  Ternyata masih cukup tinggi, kalau tidak salah 140/87. Sebentar lagi petugas mengantar makanan dan yang sangat menyenangkan, penunggu-isteri saya juga dapat jatah makan. Sungguh pelayanan yang sangat baik.  Sekitar jam 8an , dr Dyah datang untuk memeriksa.  Beliau mengatakan, hasil CT scan baik hanya ada “dot” yang akan dikonsulkan ke dokter radiologi.  Hasil foto torak juga baik.  Hasil lab (pemeriksaan darah) juga baik.  Oleh karena itu, dr Dyah mengirim saya untuk USG bagian perut.  Menurut beliau perut saya kembung dengan asam lambung tinggi.  Ya, saya ikut saja karena dokter yang paling tahu.

Karena harus puasa lebih dahulu, USG lambung dijadwalkan pukul 16.00 dan saya diharuskan puasa (tidak boleh makan tetapi boleh minum air putih) sejak makan siang pukul 12an.  Saya juga harus menahan tidak kencing sejak pukul 15.00.  Pukul 15.45an saya didorong dengan kursi roda ke Lab dan ternyata dr. Adi Habibie sudah menunggu.  Beliau masih sangat muda, dugaan saya usianya maksimal kepala 3.  Sambil melakukan USG kami ngobrol.  Beliau menjelaskan kalau kondisi perut saya baik. Tidak ada hal-hal yang mencurigakan.

Beliau bertanya berapa usia saya dan saya jawab 66 setengah.  Dr Adi Habibie, dokter panyakit dalam meng-USG mengatakan, kondisi saya sangat prima untuk orang usia 66 tahun.  Saya lantas bercerita kalai hasil CT scan saya ada dot dan oleh dr. Dyah akan dikonsultasikan ke dokter radiologi.  Dr. Adi menjawab, kalau dot sih biasa karena itu biasanya kalsifikasi atau pengapuran.  “Saya yang kepala tiga saja juga ada dot seperti itu”. Tentu saya gembira, karena dot pada hasil CT scan bukan sesuatu yang membahayakan.

Karena USG bagian perut tidak ada hal yang aneh, saya jadi bertanya-tanya “jadi mengapa tekanan darah saya tinggi atau lebih tinggi dari biasanya?”.  Biasanya hanya sekitar 110/70 kok menjadi 150/90.  Istilah Pak Cholik itu 1,5 dari biasanya.  Apa seperti kata Prof Romdhoni. Dokter ahli jantung dan direktur utama RSI Jemursari, bahwa saya kecapekan?  Atau seperti komentar adik kandung saya, yang kebetulan dokter bedah onkologi, perlu diperiksa dokter jantung?   Akhirnya, saya berpikir ya diserahkan kepada dokter yang merawat saja.  Artinya menunggu apa komentar dr. Dyah besuk paginya.

Selasa pagi, seperti biasanya sekitar jam 05.30 ada perawat yang menensi.  Hasilnya 140/80.  Sudah turun dibanding hari Senin.  Namun ketika ditensi lagi pada pukul 10an, tekanan darah saya baik menjadi 152/87.  Saya sedikit kaget.  Apalagi sampai waktu itu dr. Dyah belum visite karena ada sidak dari Persatuan Rumah Sakit atau lembaga apa yang saya kurang jelas.  Didorong rasa penasaran, saya kirim WA melaporkan kalau tekanan darah saya 152/87.  Dijawab, istirahat saja dan segera akan divisite.

Sampai jam 13an dr. Dyah belum juga muncul, mungkin acara sidak belum selesai.  Tekanan dasah saya juga masih 150/85.  Akhirnya, sekitar pukul 13an datang rombongan Prof Romdhoni, dokter ahli jantung dan direktur utama RSI, dr. Dyah, wadir bid. medik dan dokter ahli syaraf, dr. Adit, wadir bid pendidikan dan dokter ahli edah, serta Pak Rohadi, wadir bid adminsitrasi.  Pastilah yang paling banyak komentar Prof Romdhoni.  Beliau minta saya tidak mikir macam-macam, istirahat saja nanti tekanan darah akan turun sendiri.  Bahkan dinasehati jangan sering-sering nensi.  Akhirnya beliau mengatakan, pulang saja dan istirahat di rumah biar lebih rileks.

Dr. Dyah yang menangani saya, meminta perawat memberi obat yang diperlukan dan mempersiapkan kepulangan saya.   Namun masih menunggu apakah sore hari tekanan darah saya stabil.  Akhirnya sekitar pukul 17, perawat memberitahu saya boleh pulang dan memberikan obat serta surat untuk kontrol pada hari Jum’at.  Tentu saya sangat senang.  Segera isteri mencari taksi untuk pulang.  Saya merasa berhutang budi kepada rekan-rekan dokter dan perawat yang sudah demikian baik merawat saya selama 2 hari 2 malam di RSI Jemursari. Semoga Allah swt membalas semua kebaikan itu dengan pahala yang berlipat.

Tidak ada komentar: