Minggu, 09 September 2018

WARNA WARNI CARA BERPAKAIAN


Sore kemarin saya harus menunggu isteri di bandara Ngurah Rai Denpasar sekitar 2 jam. Ceritanya saya diundang oleh Undiksa untuk mengisi sebuah seminar tentang Pendidikan Teknologi di Era Industri 4.0.  Nah, karena harinya Sabtu saya mengajak isteri, agar bisa sekedar jalan-jalan di Bali.  Namun, pada hari Jum’at posisi saya sedang di Jogya, sementara isteri di rumah (Surabaya).  Jadinya, saya terbang dari Jogya sedangkan isteri terbang dari Surabaya dan janjian ketemu di bandara Ngurah Rai Denpasar.

Sebenarnya jam penerbangan sudah diatur, agar datangnya hampir bersamaan.  Namun begitulah penerbangan kita.  Penerbangan isteri saya dari Surabaya delay sekitar 3 jam, sehingga yang mestinya datang lebih dahulu, kedatangan isteri saya justru di belakang kedatangam saya sekitar 2 jam.  Jadi saya harus menunggu di bandara sekitar 2 jam, agar dapat ke hotel sama-sama.

Saya memutuskan menunggu di taman kecil di dekat pintu masuk gedung terminal dari arah kedatangan.  Maksud saya agar isteri tidak perlu mencari-cari, karena begitu masuk gedung terminal sudah ketemu.  Saya juga lebih mudah melihat kedatangan isteri.  Apalagi di dekat itu ada monitor yang melaporkan kedatangan pesawat, sehingga saya dapat melihat apakah pesawat dari Surabaya sudah mendarat.

Karena lokasi taman kecil itu di pinggir jalan menuju tempat pengambilan bagasi dan juga pintu keluar, maka semua penumpang yan datang melewatinya.  Jadilah saya mengamati para penumpang yang lewat selama sekitar 2 jam, termasuk yang mampir berfoto ria di taman itu, maupun di dekat baliho tentang run and pace yang akan diadakan pada tanggal 9 September 2018. Macam-macam ulah mereka, apalagi yang membawa anak atau cucu hampir semuanya mampir untuk berfoto ria.

Tentu kita tahu, bandara Ngurah Rai adalah pintu masuk wisatawan, baik domestik maupun asing.  Dengan demikian yang lewat di dekat saya juga campuran orang asing maupun orang Indonesia. Tentu itu hanya perkiraan saya, karena saya sering kesulitan menebak, ini orang Indonesia atau Malaysia atau Thailand.  Ini orang bule atau orang Indonesia yang berdarah campuran, karena salah satu orangtuanya orang asing, baik itu orang Barat atau mungkin Jepang.  Saya juga sulit membedakan orang Indonesia keturunan Tionghoa atau memang orang dari China atau Taiwan atau Hongkong yang sedang berwisata.  Saya juga tidak dapat membedakan orang Indonesia keturunan Arab atau memang orang Timur Tengah yang datang ke Indonesia. Nah, saya baru bisa menebak-nebak, kalau mereka berbicara.

Karena tidak punya kepentingan apa-apa, selain nunggu kedatangan isteri, akhirnya saya sekedar melihat orang yang lewat.  Nah, yang saya segera lihat adalah cara mereka berpakaian.  Ada yang berpakaian “resmi”, pakai jas atau batik, ada yang berpakaian kasual, ada juga yang sangat santai dengan celana pendek dan kaos oblong dengan sandal jepit.  Itulah yang menarik perhatian saya, sehingga akhirnya selama sekitar 2 jam saya mencermati cara orang berpakaian.

Sangat menarik. Sangat warna warni. Bule yang lewat saat itu hampir semua bepakaian santai, misalnya celama jin dengan kaos oblong.  Wisatawan dari Asia Timur ada yang pakaiannya lebih santai dari para bule, misalnya dengan “tank top yang terkesan seadanya” tetapi juga banyak berpakaian kasual.  Nah, cara berpakaian orang Indonesia juga sangat menarik untuk diamati.  Ada yang berpakaian relatif formal dengan baju batik atau jas tanpa dasi. Mungkin dalam perjalanan untuk acara resmi.  Namun juga ada sangat santai, dengan bersandal jepit, celana pendek dan kaos oblong belel.  Bahkan juga yang berpakaian seksi dengan rok super mini dan kaos ketat.  Namun demikian, dari warna pakaian tidak ada yang mencolok. Selama 2 jam seingat saya hanya ada 1 orang ibu muda yang bercelana panjang berwarna kuning cerah dan bagi hijau bermotif bunga.  Lainnya dengan warna pakaian soft, seperti putih, krem, biru muda, biru hitam dan sejenis itu.

Mencermati pakaian orang yang lalu lalang di bandaa Ngurah Rai, saya jadi teringat amatan berpakaian orang dari berbagai negara/daerah yang pernah dimuat di blok ini.  Orang Jerman dan Belanda umumnya berpakaian dengan warna soft.  Saya tidak pernah melihat orang Jerman (asli-bukan pendatang) yang memakai pakaian berwarna cerah/mencolok, misalnya merah, kuning dan hijau.  Sebaliknya teman-teman dari Afrika banyak yang senang memaka baju berwarna cerah dan warna-warni.  Setahu saya, di Indonesia juga ada orang daerah tertentu yang umumnya berpakaian warna soft tetapi juda ada daerah yang orang-orangnya senang berpakaian warna cerah.

Saya tidak tahu, apakah cara berpakaian terkait dengan kepribadian atau tidak. Apakah terkait dengan tradisi seseorang atau tidak.  Yang saya amati sore itu, ternyata cara berpakaian orang sangat bervariasi, baik orang-orang Indonesia maupun orang-orang Asia Timur.  Yang justru tidak banya variasi adalah turis bule. Mungkin teman psikologi yang dapat menjelaskan.

Tidak ada komentar: