Rabu, 11 November 2015

INIBUDI.ORG



Siapapun yang merasa sebagai pendidik dan atau sebagai pemerhati pendidikan, saya sarankan membuka web: www.inibudi.org.  Disitu kita akan menemukan sesuatu yang membuat hati kita membuncah dan punya harapan tinggi tentang peningkatan mutu pendidikan kita.  Mengapa?  Karena, web itu memuat video tentang pembelajaran yang konon dirancang untuk SD, SMP, SMA dan untuk semua KD (kompetensi dasar).  Jadi anak-anak dapat belajar dari video yang boleh dibuka dan diunduh secara gratis.  Memang saat ini belum semua matapelajaran dan belum semua KD tersedia videonya.  Pengelola web itu juga mengundang semua orang untuk berkontribusi mengirimkan video yang dibuatnya untuk membantu agar anak-anak lebih mudah belajar.

Secara pribadi saya mengacungkan jempol kepada pemilik gagasan serta orang-orang yang merintis web itu, termasuk juga orang-orang yang berkontribusi pengembangannnya. Mumpung kita sedang memperingati Hari Pahlawan, menusut saya mereka itu, baik yang merintis maupun yang mendukung pengembangan web itu, dalam taraf tertentu, layak disebut pahlawan pendidikan.  Bukankah mereka rela mengorbankan waktu, pikiran dan bahkan uang untuk membantu anak-anak Indonesia agar lebih mudah dalam belajar.

Namun tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membahasnya dalam kaitan dengan pahlawan, tetapi ingin mengajar pendidik dan pemerhati pendidikan, tentang substansi web itu.   Sebenarnya web seperti bukanlah hal baru. MIT punya Blossoms (blended learning open sources for science or mathematics studies) yang menyediakan video tentang berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran Matematika dan Sains di SMA.  Sama dengan inibudi.org, Blossoms juga dapat dibuka dan diunduh secara gratis.  Blossoms juga mengudang semua pihak untuk berkontribusi.

Di Indonesia juga ada WAPIK (wahana aplikasi pendidikan dan informasi yang baik), yang pada awalnya dirintis oleh proyek DBE (Decentralized Basic Education) USAID dan kemudian bekerjasama dengan Unesa.  WAPIK sangat diminati oleh para guru.  Bahkan ketika WAPIK dipamerkan ke pejabat IDB (Islamic Development Bank), saat itu ada orang dari Amerika Serikat, Singapore dan Brasil yang sedang online.  Artinya program semacam itu telah dikenal dan diperlukan oleh kalangan luas.

Namun ada yang membedakan inibudi.org dengan Blossoms dan WAPIK.  Blossoms dan WAPIK tidak berorientasi kepada kurikulum, tetapi lebih menekankan kepada inovasi mereka yang mengembangkan.  Oleh karena itu tidak dapat dijadikan rujukan sistematik bagi guru dan siswa.  Sebaliknya inibudi.org menurut penggagasnya, disusun atas dasar kurikulum dan diharapkan nantinya memuat semua matapelajaran dan KD yang ada di kurikulum.

Mengingat anak sekarang sangat familier dengan ICT, saya menduga web inibudi.org pada saatnya akan menjadi jujugan anak-anak SD, SMP, SMA dalam belajar.  Dan jika konten maupun kemasannya terus menerus disempurkan, bukan tidak mungkin pada saatnya web semacam inibudi.org akan “menggantikan” atau paling tidak menjadi “alternatif” pembelajaran di samping pembelajaran seperti yang selama ini berlangsung di kelas.  Bukan tidak mungkin juga akan muncul lembaga lain yang menyediakan layanan sejenis, sehingga siswa punya banyak pilihan.  Bukankah dengan begitu pola pembelajaran akan segera berubah?

Memang orang dapat mengatakan, meskipun siswa dapat belajar melalui web inibudi.org atau sejenisnya, tetapi toh tidak ada ujiannya.  Siswa akan tetap memerlukan sekolah untuk mendapatkan nilai, rapor dan ijasah.  Apa artinya sudah memahami materi ajar tetapi tidak memiliki bukti formal seperti rapor dan ijasah?

Mari kita ingat TOEFL.  Sertifikat TOEFL yang dikeluarkan oleh ETS (Educational Testing Service) seringkali lebih dipercaya dibanding ijasah.  Buktinya jika seseorang memiliki skor TOEFL 550, walaupun mungkin yang bersangkutan lulusan SMA atau perguruan tinggi ecek-ecek, lembaga pendidikan menganggap yang bersangkutan hebat.  Nah, bagaimana kalau besuk ETS juga menyediakan tes untuk Matematika, Fisika, Ekonomi, Geografi dan sebagainya?  Jangan-jangan skor yang diberikan oleh ETS lebih dipercara dibanding rapor dan ijasah SD, SMP, SMA.   Terus bagaimana dengan nasib sekolah dan universitas?  Mari kita pikirkan bersama, tampaknya pendidikan memang perlu segera dibedah dan disesuaikan dengan tuntutan zaman.  Dan itulah tugas menantang bagi pendidik, ahli pendidikan dan pemerhati pendidikan.

Tidak ada komentar: