Minggu, 06 September 2015

STRABURGER STRABE 48



Selama 4 hari di Bremen untuk mengikuti International VET Conference, saya tinggal di Straburger Strabe nomor 48.  Rumah keluarga Born.  Anak saya, Kiki yang mencarikan lewat Air BNP.  Kami mendapatkan lantai terbawah, dengan satu kamar tidur sangat luar, dapur menyatu dengan ruang makan yang lengkap dengan perabotnya, satu kamar pakaian dan ada kamar mandi yang cantik.  Kamar tidur dan ruang makan menghadap ke taman belakang yang tertata bagus.

Selama di situ, saya hanya sempat bertemu dengan Brigit Born dan anaknya Leo Born.  Sesuai dengan pesan Kiki, begitu tiba di bandara Bremen isteri saya menilpun rumah tersebut dan diterima oleh anak perempuan bernama Leo.  Dia pula yang menerima kedatangan kami.  Cewek cantik berumus 20 tahun, mahasiswa di Cologne University, ramah dan dengan bahasa Inggris yang sangat bagus menjelaskan segala hal.  Fasilitas apa saja yang dapat kami gunakan, dimana minimarket terdekat dan bagaimana caranya untuk pergi ke tempat konferensi.

Besuk sorenya, Brigit Born menemui kami. Ya sekedar “say hello”.  Ternyata beliau seorang kepala sekolah.  Orangnya cantik, berwajah ceria dan ramah.  Beliau mengatakan, sebenarnya yang dipesan untuk meneria kami anaknya yang laki-laki.  Tetapi anak tersebut kurang pandai berbahasa Inggris, sehingga anak perempuannya yang menggantikan.  Leo, yang pernah tinggal di New Zeland 1,5 tahun, sehingga tentu bahasa Inggrisnya sangat bagus.

Kiki yang menyarankan menyewa flat dan bukan di hotel selama di Bremen.  Harganya lebih murah dan ada dapur sehingga bisa masak sendiri.  Apalagi Kiki juga menyusul ke Bremen, sehingga kami dapat tidur bertiga. Toh kamarnya besar dan memang ada extra bed yang dapat ditarik dari bahwa bed yang aslinya.





Untuk pergi dan pulang ke konferensi kami naik tram, dengan tiket 2,6 euro untuk satu kali jalan atau 10 eoro untuk dua orang dalam satu hari.  Artinya dengan 10 eoro, dua orang dapat pergi kemana sana dan naik apa saja (tram atau bus) selama di kota Bremen.  Menurut Leo, kereta aka setiap 10 menit dan dari St. Joseph (halte dekat rumah) sampai Domsheide (halte tempat konferensi hanya memerlukan waktu 14 menit. Pada hal dari rumah (Straburger Strabe 48) ke St Joseph hanya perlu waktu 2 menit dengan jalan kaki.  Jadi total jenderal, kami hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit dari rumah sampai tempat konferesi.  Sungguh nyaman.
 

Begitu tiba di Bremen, yang segera saya pelajari adalah peta untuk mengetahui arah dan lokasi serta bagaimana naik tram atau bus.  Sebenarnya saya sudah pernah ke Bremen, tetapi kan harus meng-update lagi, karena sudah lupa.  Ternyata mudah, mesin penjual tiket ada di dalam tram.  Hanya yang saya lupa, ternyata tram tidak otomatis berhenti dan membuka pintu di setiap halte.  Oleh karena itu, saya pernah terlewat satu halte, karena lupa memencek tombol minta berhenti.  Untungnya kami membeli tiket untuk satu hari, sehingga ketika turun di halte berikutnya dan naik lagi kereta untuk balik, tidak perlu membeli tiket lagi.


Untuk 2 hari pertama kami tidak sempat kemana-mana, karena konferesi selesai pukul 18.00 dan seperti biasanya selesai acara kami masih ngobrol sana-sini, membangun relasi.  Saat ngobrol itu seperti itulah kami saling diskusi bebas.  Pada saat itulah, saya diudang oleh Dr. Lazaro dari Univesity of Stocholm untuk hadir di konferensi di Swedia tanggal 9-11 Mei 2016.  Juga ngobrol dengan Dr. Thomas Schroder dari TU Dormunt University yang mengajak bertemu pada bulan Novemberi saat ada Konferensi RAVTE ASIA yang konon akan diadakan di Shanghai.  Juga ngobrol dengan Dr. Margaret Malloch yang mengeluhkan sulitnya megundang orang Eropa ke Australia. Beliau mengatakan “they have no ideo how to go to Australia”.





Nah, pada hari ketiga yang acaranya hanya sampai pukul 13, sorenya sempat jalan-jalan sebentar.  Kasihan isteri yang baru pertama ke Jerman.  Begitu selesai acara dan “say good by”  ke peserta lain, serta mengucapkan “selamat dan sukses” kepada Larissa dan Michael, saya dengan isteri segera mencari makan siang di restoran Turki. Saya makan ayam plus kentang, sedangkan isteri makan sup plus roti.  Kami juga membeli kebab gulung isi daging ayam untuk makan malam.

Selesai makan, kami jalan-jalan.  Namun Bremen itu kota kecil dan bukan kota wisata.  Daerah yang biasa dikunjungi ya di sekitar tempat acara.  Disitu ada patung simbul kota Bremen, yaitu patung dari perunggu yang berwujud keledai, anjing, monyet dan ayam jago. Keempatkan dibuat seakan bertumpuk.  Ada juga patung Roland, yang konon simbul pembebasan Bremen. Patung-patung itu berada di lapangan kecil di kelilingi oleh gedung-gedung kuno yang sekarang dipakai untuk gedung parlemen Bremen, gedung Kadin (yang digunakan untuk pembukaan konferesi) dan lainnya.  Hanya itu yang dapat dikunjungi.  Jadi kami hanya perlu waktu sekitar 1 jam untuk melihat-lihat dan terus pulang.

Mengapa?  Karena besuknya pagi-pagi sudah harus ke bandara untuk terbang kembali ke Edinbrugh.  Kami pesan taksi pukul 03.30 karena pesawatnya pukul 06.30.  Ternyata pukul 04.00 sudah sampai bandara, dan check in belum buka, sehingga kami harus menunggu. Tidak apa-apa, dari pada terlambat dan jadi masalah.

Empat hari yang menyenangkan di Bremen, ikut konferensi yang sangat produktif, berkenalan dengan kolega dari 26 negara yang menekuni bidang yang sama (VET) dan tinggal di apartmen kecil tetapi sungguh menyenangkan.  Terima kasih kepada ITB-Bremen University yang sudah mengatur konferensi dengan begitu bagus dan terima kasih kepada keluarga Born yang telah menyewakan apartmentnya untuk kami.









Tidak ada komentar: