Selasa, 01 September 2015

JAUH KE INVERNESS TERNYATA MAKAN WADER



Seperti saya ceritakan yang lalu, setelah melihat Ploda Fall, air terjun di hutan pinus, kami makan siang di Inverness.  Roy berusaha mencarikan rumah makan yang lokasinya bagus dan mendapatkan yang berada di pinggir pantai, bernama Crofter Bristo.  Rumah makan kecil tetapi pengunjungnya banyak.  Bangunannya kuno, berdinding batu dan pintu masuknya dari samping.  Mungkin agar bagian yang menghadap ke laut dapat ditempati meja dan pengunjung dapat makan sambil menikmati pemandangan pantai.  Oleh karena itu, dinding depan dibuat dari jendela kaca lebar dan betul saja meja di dekat jedela itu selalu dipilih pengunjung.

Perut sudah lapar setelah berjalan-jalan di hutan pinus, apalagi udara sangat dingin.  Oleh karena itu, begitu dapat tempat kami segera memesan makanan.  Saya memilih memesan white bait.  Saya tidak tahu pasti apa itu, tetapi kata Kiki itu ikan goreng dengan disajikan bersama kentang goreng.  Saya terpikir seperti fish and chip yang sangat populer di Australia dan kesukaan Pak Ketut Budayasa.  Ingat saya porsinya besar dan tentu akan memuaskan perut yang sedang lapar.





Isteri saya dan Stela (besan saya) memesan sup sweet poteto, sedangkan Roy memesan sandwich dan Kiki memesan makanan Itali yang saya lupa namanya.  Kami menunggu sambil minum.  Saya minum teh yang terbuat dari buah-buahan, Kiki minum home made limonate, isteri minum teh hijau dan seperti biasanya Roy minum diet coke.  Kami ngobrol ngalor ngidul, sekedar menunggu pesanan makanan.  Saya berbisik kepada isteri, jauh-jauh ke Invernes kok pesan sop dari ketela.  Lha di kampung ketela kan banyak. Dia hanya tersenyum, mungkin biar sama dengan besan.

Ketika keluar, ternyata yang dimaksud dengan white bait itu “wader goreng”.  Saya pun tertawa, karena teringat wader yang biasa kami makan di Warung Wader di Ketintang.  Jauh-jauh ke Inverness, makan di restoran pinggir pantai, ternyata yang didapat wader goreng.   Ya itulah hasil orang yang malu bertanya, maunya dapat fish and chip, dapatnya wader goreng dengan kentang.  Sama-sama ikan sih, tetapi bukan ikan haddock atau cord yang terkenal enak dan wader kecil-kecil. Isteri saya yang ganti ketawa, melihat saya dapat wader goreng.  Mungkin ingin mengolokkan, tadi mengomentari jauh-jauh pesan ketela, sekarang kena batunya, jauh-jauh pesan wader. 

Kalau rasanya memang enak, gurih dan tidak terlalu keras.  Mungkin menggorengnya tidak telalu kering seperti wader di Ketintang,sehingga tidak terlalu keras.  Untuk lidah saya sih lebih enak dan gurih yang kering seperti wader di Ketintang, tetapi kalau orang lain, termasuk isteri saya, yang kering itu keras dan konon proteinnya sudah sangat berkurang.  Entahlah, ini masalah selera dan bukan masalah kandungan protein.  Mungkin karena perut lapar, wader goreng ala Inverness enak juga. Apalagi oleh pelayan saya diberi saus tomat.

Ketika sambil makan kami melihat keluar, pas didepan restoran itu ada mobil sport BMW yang diparkir.  Mobil sport dengan atap terbuka.  Penumpangnya 2 orang muda dan begitu keluar mobil berjalan ke arah pantai.  Mungkin mereka berjalan-jalan di pantai, karena memang banyak yang jalan-jalan disitu.

Tiba-tiba ada mobil Honda CRV yang akan parkir, mundur dan notol bagian belakang mobil sport BMW tadi.  Sebenarnya tidak terlalu keras.  Namun bagian mobil Honda CRV itu punya besi cantolan yang biasanya untuk menarik karavan.  Jadi besi cantolah itu yang notol mobil BMS sport yang lebih dulu parkir.  Rasanya tidak terlalu keras, kami tidak mendengar suara benturannya.  Mungkin hanya “jendul” begitu.

Saya tidak tahu apakah ada beret atau penyok.  Tetapi dua orang, pengemudi dan penumpang Honda CRV itu turun dan lama mengamati bemper belakang mobil BMW yang ketotol. Setelah itu, mereka berdua celingak-celinguk, sepertinya mencari pemilik mobil BMW tetapi tidak ketemu.  Kemudian dia menaruh kertas kecil dijepitkan di wiper mobil BMW dan kemudian duduk di pagar di dekatnya.  Sampai saya selesai makan, kedua orang itu masih duduk disitu, sambil makan sesuatu.

Menurut Kiki, biasanya dalam kejadian seperti itu si penabrak (penotol) meninggali catatan nama, alamat dan nomer asuransinya.  Intinya biar di pemilik mobil yang ketotol dapat menghubungi untuk mengatur perbaikannya.  Nomor asuransi ditunjukkan untuk memudahkan menagih biaya reparasi.  Toh semua mobil di Scotland mempunyai asuransi dan jika terjadi totolan yang membayar asuransi yang notol.

Saya berkelakar, kalau di Surabaya mungkin orang yang menotol akan ngeloyor begitu saja.  Toh si empunya BMW tidak ada dan juga tidak ada orang yang memperhatikan.  Namun Kiki mengingatkan, di Scotland dimana-mana ada CCTV yang mungkin saja merekan totolan itu.  Jika sampai pemilik BMW melapor kena totol dan polisi menemukan mobil yang menotol, urusan jadi panjang.  Bisa-bisa SIM penotol akan dicabut.  Dan lagi, setiap mobil punya asuransi, sehingga yang nanti membayar ongkos reparasi yang asuransi.





Tidak ada komentar: