Kamis, 03 November 2016

MBAHE PRAMUGARI



Ketika naik KLM dari Amsterdam ke Bremen dan melihat pramugari yang menyuguhkan makanan kecil (snack) dan minuman, saya teringat kelakar Pak Baedowi.  Prof Baedowi, mantan Sekjen Depdikbud dan juga mantan Dirjen PMPTK Kepdikbud yang sekarang menjadi guru besar UNS, sering kerkelakar “kalau naik Garuda jangan ambil kelas ekskutif”.  Mengapa?  Kata beliau di kelas ekskutif tidak ada pramugari.  Apa itu betul?  Itu hanya kelakar, karena menurut Pak Baedowi yang melayani penumpang kelas bisnis di Garuda itu “ibunya pramugari”.

Sepertinya Garuda punya kebijakan, pramugari yang melayani kelas bisnis adalah mereka yang senior.  Dugaan saya, usia mereka antara 30-40 tahun.  Saya pernah ngobrol dengan pramugasi seperti itu dan beliau bercerita kalau pas tidak bertugas hobinya mengantar anaknya yang masih SD sekolah.  Kalau dianggap anaknya kelas 2 atau 3 SD dengan usia 9 atau 10 tahun dan beliau punya anak usia 28 tahun, maka usia pramugari itu kira-kira 38 tahun.  Jadi sebenarnya belum tua, hanya kalau dibandingkan dengan pramugari baru yang konon rata-rata usianya 26 tahun, ya mereka termasuk “senior”.

Nah ketika saat naik KLM dari Amsterdam ke Bremen, pramugari yang melayani saya duga berusia lebih dari 50 tahun.  Yang seorang tampak lebih muda, tetapi dugaan saja usianya di atas 40 tahun, sedang 2 orang lainnya saya menduga di atas 50 tahun.  Saya lebih yakin, tentang usia itu ketika saya bertanya kepada isteri yang duduk di sebelah.  Ternyata isteri saya juga memperhatia pramugari itu dan juga bertanya-tanya usia segitu kok masih sebagai pramugari.

Sebenarnya itu bukan yang pertama saya melihat pramugari yang usianya “senior”.  Seingat saya, ketika terbang dari Indiana ke Washington sekitar 9 tahun lalu, saya juga menemui hal serupa.  Saat itu bahkan saya memuji pramugari itu, karena ketika menerangkan cara-cara memakai alat keamanan, sabuk pengaman, pelampung dan masker oksigin, sangat jelas dan santai.  Tidak seperti pramugari kita yang berbicara sangat cepat, seakan-akan hanya untuk memenuhi formalitas.  Cara menyajikan makanan juga sangat santai dan seringkali disertai kelakar dengan penumang.  Apalagi pesawatnya kecil, sehingga pramugari tidak terlalu sibuk.

Apakah pramugari senior seperti itu untuk penumpang kelas bisnis seperti yang selama ini diterapan Garuda?  Atau hanya untuk penerbangan domestik, seperti diterapkan oleh KLM dan penerbangan lokal antara Indiana ke Washington yang saya lupa namanya?  Apakah pola seperi iu hanya kasuistik, kebijakan perusahaan penerbangan tertentu atau memang terjadi secara umum?  Dan yang terpenting, apakah pramugari yang senior dapat memberikan layanan lebih baik yang yunior?   Jujur saya tidak tahu.

Menurut saya, tugas pokok pramugari adalah melayani penumpang.  Tentu bentuk layanan yang dilakukan berbeda, karena situasinya berbeda.  Pesawat tentu berbeda dengan bus, berbeda dengan kereta api, berbeda dengan kapal, walaupun ke-empatnya sama-sama angkutan umum.  Pesawat tidak dapat “minggir ke tepi jalan” kalau ada kerusakan.  Pesawat memiliki risiko kecelakaan jauh lebih tinggi dibanding dengan kereta apai.  Oleh karena itu, wajar kalau untuk menjadi pramugari udara diperlukan kemampuan jauh lebih banyak dibading dengan, misalnya pramugari kereta api. Bahkan sangat mungkin diperlukan fisik yang sangat prima, karena harus membantu menolong penumpang jika terjadi kecelakaan pesawat terbang.

Namun kalau mendengar kata pramugari udara yang terbayang di benak kita adalah gadis cantik yang lemah gemulai, berpakaian bagus dan bahkan sedikit seksi.  Seorang kawan saya seringkali berseloroh bahwa baju pramugari Garuda itu panjang tetapi sengaja diberi belahan sampai setengah paha.  Pramugari yang mengenakan celana panjang dibuat ketat, sehingga lekuk badannya terlihat jelas.

Mungkin manajemen maskapai penerbangan menerapkan prinsip “kesan pertama selalu menggoda, selanjutnya terserah anda”.  Artinya, dirancang agar ketika bertemu dengan pramugari kita terkesan.  Setelah itu baru, penumpang disilahkan menilai layanannya.  Pakaian dan kecantikan fisik adalah pemberi kesan, sedangkan layanan adalah yang selanjutnya.

Tidak ada komentar: