Sabtu, 02 September 2017

PERCAYA DIRI ITU PERLU TETAPI....



Tanggal 30 Agustus 2017 saya mendengarkan komentar teman-teman asesor di Dikti yang bertugas untuk menilai proposal pembukaan program studi baru.  Saya sendiri tidak ikut menilai, jadi hanya mendengarkan komentar teman-teman.  Tentu sambil  bertanya ini dan itu.  Kebetulan sebagian besar asesor saya kenal dan bahkan ada beberapa orang merupakan teman lama, sehingga mereka dengan bebas menyampaikan komentar dan saya juga bebas bertanya ini itu tanpa sungkan.  Bahkan seringkali sambil berkelakar.

Dari sekian banyak komentar dan tanya jawab, saya menangkap kesan bahwa banyak PTN kurang serius ketika menyusun proposal usulan prodi baru.  Banyak data yang bolong, banyak uraian yang kalimatnya tidak nyambung dan ada uraian yang diduga copy-paste dari prodi lain.  Misalnya dalam usulan prodi “X” tahu-tahu ada kalimat yang menguraikan prodi “Y”.  Dalam daftar dosen tertulis “N” orang, ternyata data pendukung yang disertakan jauh kurang dari itu.

Sebenarnya fenomena seperti itu bukan yang pertama kali.  Teman-teman yang bertugas sebagai asesor BAN PT juga sering menyampaikan hal yang sama, yaitu PTN seringkali kurang sungguh-sungguh ketika menyusun proposal akreditasi maupun ketika menerima kunjungan tim akreditasi  saat ada verifikasi.  Ketika asesor datang dan menanyakan dokumen tertentu, dokumen tersebut masih harus dicari dan memerlukan waktu cukup lama.  Ketika asesor berkunjung ke laboratorium, ketua lab atau laborang tidak di tempat.

Sementara, PTS justru sangat serius menyusun proposal prodi baru maupun borang akreditasi.  Bahkan konon PTS berani mengeluarkan anggaran untuk mengundang konsultan untuk membantu menyusun proposal usulam prodi baru maupun konsultan untuk menyiapkan borang akreditasi.  Pokoknya segala upaya dilakukan agar proposal usulan prodi baru dan borang akreditasi prodi lama tersusun sebaik-baiknya. Penerimaan asesor akreditasi juga disiapkan dengan baik, bahkan konon ada PTS yang “meminjam” peralatan Lab agar meyakinkan asesor. Mungkin itu yang menyebabkan timbulnya pertanyaan mengapa akreditasi prodi di PTS seringkali lebih baik dibanding PTN.  Pada hal jika dilakukan pencermatan kondisi yang sesungguhnya, kondisi prodi di PTN yang lebih baik.

Keadaan seperti itu menjadi dilema bagi asesor proposal prodi baru maupun asesor akeditasi prodi lama.  Jika hany mendasarkan proposalyang tertulis dan dibaca, seringkali hasilnya PTS memperoleh sekor lebih tinggi.  Namun asesor juga tahu keadaan sebenarnya di lapangan yang menunjukkan PTN lebih.  Namun asesor tidak memiliki bukti tertulis, sehingga ketika akan memberikan justifikasi.  Untuk akreditasi prodi lama masih lumayan, karena ada  kesempatan unuk melakukan verfikasi.  Namun untuk usulan prodi baru (kecuali S3) penilaian semata-mata dari proposal tertulis yang diterima Dikti.

Saya tidak ingin mendiskusikan hasil penilaian yang seringakali membuat “orang yang tidak tahu kaget”, tetapi mem[ertanyaannya, mengapa perilaku PTN dan PTS berbeda?  Tampaknya, di kalangan PTS tertanam bahwa mahasiswa adalah sumber keuangan utama.  Oleh karena itu keberadaan prodi sangat vital.  Akreditasi prodi diyakini menjadi salah satu iklan, sehingga jika akreditasinya bagus diyakini minat mahasiswa masuk juga meningkat.  Pembukaan prodi baru diyakini sangat penting, karena akan menambah jumlah mahasiswa yang otomatis menambah income perguruan tinggi.

Sebaliknya teman-teman PTN sudah merasa nyaman dengan keadaan saat ini.  Gaji diberi negara dan tidak ada kaitannya dengan jumlah mahasiswa maupun akreditasi program studi dimana dosen menginduk. Teman-teman di PTN juga sangat percaya diri bahwa asesor sudah tahu keadaannya, tentunya tidak mungkin menilai sembarangan. Mereka lu[a kalau asesor menilai dokumen seperti apa adanya.  Apalagi ada aturan asesor harus memberikan komentar pada setiap butir di proposal.  Penilaian juga dilakukan oleh dua orang penilai yang pada awalnya tidak saling tahu, sehingga harus hati-hati agar tidak memberikan sekor yang tidak sesuai dengan isi proposal.

Jadi rasa percaya diri yang sangat tinggi dari teman-teman PTN seringkali membuat asesor bingung.  Mau memberi sekor rendah sesuai proposal tidak enak, karena tahun keadaan sebenarnya.  Mau memberi sekor tinggi kawatir karena isi proposal tidak memadai.  Nah, ketika penilaian sudah keluar orang kaget bahkan protes.  Rasa percaya diri perlu tetapi jika terlalu membuat pekerjaan tidak maksiman dan akhirnya asesor bingung.

Tidak ada komentar: