Selasa, 26 Desember 2017

PETA KONSEP



Semester genap ini saya mendapat tugas mengampu MKPD (matakuliah penunjang disertasi) untuk Leadership bersama Prof Ali Imron dari Universitas Negeri Malang.  Tentu kami harus berbagi waktu dan memutuskan Prof Ali Imron yang memilih waktu lebih dahulu, karena beliau dari luar kota.  Saya memanfaatkan jadwa kuliah ketika beliau tidak ke Surabaya.

Saat pertama kali masuk kelas, saya kaget karena yang ikut kuliah banyak sekali, yaitu 10 orang.  Lazimnya peserta MKPD hanya 2-4 orang, karena hanya mereka yang penelitian disertasinya terkait dengan MKPD tersebut.  Dalam pikiran saya, hanya mahasiswa yang penelitiannya terkait dengan kepemimpinan yang ikut matakuliah MKPD-Leadership.  Agak aneh kalau dalam satu angkatan sampai 10 orang yang memiliki penelitian terkait dengan hal yang sama.

Saya sempat menanyakan hal itu kepada para mahasiswa, tetapi sepertinya mereka memiliki berbagai alasan.  Ketika masing-masing mahasiswa saya minta menyebutkan topik penelitian disertasinya, ternyata hanya satu orang yang penelitiannnya benar-benar tentang kepemimpinan pendidikan dan satu orang lagi sedikit terkait.  Lantas mengapa mereka ikut MKPD-Leadership?  Alasanya macam-macam.  Ada yang mengatakan topik penelitian yang tadi disebutkan masih belum pasti dan saat inipun masih sedang mencari-cari.  Ada yang mengatakan memang semua mahasiswa mengikuti semua matakuliah MKPD, baik yang Leadership, Planning, maupun yang Audit.

Karena peserta pada umumnya dosen, guru senior dan pejabat di beberapa lembaga pendidikan, saya menyampaikan bahwa pendekatan kuliah di pascasarjana apalagi di level S3 itu andragogi.  Mahasiswa diyakini sudah mengetahui kebutuhan untuk kuliah, mengetahui pengetahuan apa yang diperlukan dan tugas dosen adalah mendampingi agar mahasiswa lebih mudah memperoleh pengetahuan itu.  Namun kalau mahasiswa peserta MKPD belum tahu apa yang ingin diketahui, tentu menjadi repot.

Melihat kondisi itu, saya menjadi ragu “seberapa bekal pengetahuan mahasiswa tentang teori leadership, khususunya kepemimpinan pendidikan”. Biasanya hanya mereka yang disertasinya terkait dengan itu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, satu demi satu saya minta menjelaskan peta konsep yang mereka ketahui tentang teori kepemimpinan pendidikan.   Saya terkejut lagi, mereka tidak dapat menjelaskan dengan baik.  Mereka menyebutkan sepotong-sepotong dan cenderung mencampuradukan teori dengan teknik penerapan. 

Saya dibuat bingung oleh keadaan itu.  Sepanjang yang saya fahami, MKPD dirancang untuk membantu mahasiswa mempelajari konsep dan teori yang terkait dengan topik penelitian disertasi yang sedang atau akan dilakukan.  Bentuk kuliah lebih fokus mereview berbagai jurnal mutakhir yang relevan, sehingga menemukan state of the art bidang kajian itu.  Asumsinya mereka sudah “memegang peta konsep teorinya” yang didapat ketika kuliah sebelumnya dan diperdalam ketika menyusun rancangan penelitian.

Karena bingung, pada pertemuan berikutnya saya bawakan buku “Leadership: Theory & Practice” tulisan Peter G. Nirthouse, dan saya sampaikan buku ini sebenarnya buku untuk level S2, bukan untuk S3.  Apa mereka pernah membaca?  Ternyata belum.  Memang yang saya tunjukkan yang edisi ke-7 terbitan 2016, namun toh sudah ada edisi sebelumnya.  Dan mereka belum pernah membaca.  Saya pancing apakah pernah membaca teori authentic leadership?  Ternyata juga belum.   Lantas buku apa yang mereka baca?

Saya jelaskan, dari pengalaman banyak mahasiswa gelagapan ketika ujian dan ditanya grand theory yang digunakan dan bagaimana kaitannya dengan teori lain.  Akhirnya saya dan mahasiswa sepakat membedah buku Peter G. Northouse itu dan kemudian membuat peta konsep yang diuraian pada buku itu.  Harapannya mahasiwa dapat menggandengkan trait theory, skill theory.....tranformational leadership theory, sampai pada psychodynamic theory.

Apa yang menarik dalam proses perkuliahan tersebut?  Mahasiswa tidak mengalami kesulitan memahami berbagai teori yang diuraikan dalam buku tersebut. Bahkan mahasiswa dapat mengaitkan teori yang mereka baca dengan praktek kepemimpinan yang dia pernah ikuti (beberapa mahasiswa merupakan pejabat) maupun yang dibaca di buku pelatihan.  Namun ketika saya minta mengaitkan satu teori dengan teori lainnya mereka kebingunan.  Misalnya bagaimana mengatikan dengan behavioral theory dalam kepemimpinan dengan kepemimpinan situasional,  Bagaimana mengaitkan path-goal theory dengan adhaptive leadership theory.

Apakah itu gejala umum atau hanya pada mahasiswa peserta kuliah MKPD yang saya dan Prof Ali Imron ampu?  Saya tidak tahu.  Tetapi menurut saya fenomena itu serius.  Kalau mahasiswa S3 belum mampu membuat peta konsep dari bidang ilmu yang dipelajari tentu merupakan masalah serius.  Pemahaman sepotong-sepotong yang lepas tentu saja tidak cukup.  “Tumpukan” pengetahuan yang tidak dapat dipetakan ibarat puzle yang berserakan tanpa membentuk sesuatu wujud yang utuh”.   Mungkinkah itu merupaka kekeliriuan belajar kita selama ini?  Atau para guru dan dosen memang tidak mengajarkannya kepada siswa dan mahasiswa?   Sesuatu yang perlu kita renungkan.

Tidak ada komentar: