Selasa, 16 April 2013

BUKAN HUTAN KAMPUS, TETAPI HUTAN KOTA DI KAMPUS UNESA


Tanggal 12 April 2013 Unesa punya gawe besar, yaitu meresmikan hutan kota.  Peresmian dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur dengan menandatangani prasasti serta melepaskan balon.  Selain dihadiri oleh sivitas akademika Unesa dan Gubernur beserta ibu, acara tersebut juga dihadiri oleh Sekda Jawa Timur yang sekaligus merangkap Ketua IKA Unesa beserta ibu, Walikota Surabaya, wakil dari Polda Jawa Timur, wakil dari Kodam Brawijaya, Bank BTN, Bank BNI, pada asisten Sekda Jawa Timur, Kepala Dinas Kehutanan dan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, serta masyarakat sekitar kampus. Acara sangat meriah dan didahului dengan jalan sehat keliling kampus.

Gagasan membuat hutan kota, dilandasi oleh pemikiran bahwa kota Surabaya sudah berkembang menjadi kota metropolitan yang dipenuhi dengan mal dan bangunan-bangunan lainnya.  Lalu lintas sangat padat dan cenderung macet pada jam-jam berangkat dan pulang kantor.  Juga masih banyak industri di beberapa daerah.  Dapat dibayangkan betapa pekatnya polusi di kota Surabaya.  Oleh karena itu diperlukan hutan kota yang dapat berperan sebagai paru-paru bagi kota Surabaya.

Tentu tidak mudah untuk mendapatkan lahan luas di tengah kota untuk dijadikan hutan.  Jika ada tentu tidak banyak atau bahkan tidak ada yang merelakan.  Apalagi instansi bisnis. Bukankah nilai ekonomi lahan di kota sangat tinggi.  Pengamatan saya tidak ada instansi pemerintah yang memiliki lahan cukup luas.  Kebun Binatang saja konon sudah diincar investor untuk diubah menjadi kawasan bisnis.  Kebut Bibit di kawasan Bratang konon juga diperebutkan antara Pemkot Surabaya dengan pihak swasta.  Kompleks Marinir di Gubeng juga sudah berubah menjadi mal besar.  Kawasan Adityawarman kini juga sudah menjadi mal.

Lahan kampus Unesa di Lidah luasnya 83 HA dan berada di daerah bisnis yang strategis serta perumahan mewah.  Surabaya Barat tampaknya akan menjadi daerah bisnis dan hunian yang luas.  Saya menduga pada saatnya akan menjadi daerah dengan lalu lintas sangat padat dan mungkin juga bising.  Oleh kaena itu kami memutuskan untuk mendedikasikan sebagian lahan untuk hutan.

Luas lahan untuk hutan sebesar 4,2 HA.  Lahan tersebut dibagi menjadi zona-zona yang masing-masing zona akan ditanami berbagai jenis tanaman.  Tanaman di hutan akan terdiri dari 210 jenis dengan ratuan varietas dengan jumlah pohon sebanyak 3.756 batang.  Diharapkan nanti akan menjadi hutan kota yang lengkap koleksi tanamannya. Permulaan penanaman hutan kota sebenarnya telah dimulai tahun lalu oleh Walikota Surabaya, Ibu Risma, yang menanam pohon bisbul atau mertego dan oleh Rektor Unesa yang menanam pohoh kenari.  Dua pohon tersebut kini sudah tumbuh bagus.

Hutan tersebut bukan hutan kampus, tetapi hutan kota di kampus.  Memang, lahan hutan tetap milik Unesa.  Tetapi fungsi hutan bukan semata-mata untuk kepentingan warga Unesa, tetapi untuk warga kota Surabaya. Hutan kota tersebut diharapkan memiliki tiga fungi sekaligus dan itu yang menjadi moto hutan kota di kampus Unesa, yaitu KOSERVASI, EDUKASI, REKREASI.   Hutan tersebut diharapkan menjadi tempat konservasi berbagai tanaman asli Indonesia, sekaligus sebagai paru-paru kota dan tempat penyimpanan air.  Oleh karena itu akan ditanam berbagai jenis tanaman asli Indonesia yang sudah mulai langka.  Misalnya pohon Pulai yang ditanam oleh Gubernur Jawa Timur, pohon bisbul atau mertego yang tahun lalu ditanam oleh Walikota Surabaya, pohon kenari yang tahu lalu ditanam oleh rektor Unesa.  Berbagai pohon langka sedang disiapkan seperti pohon rukem, mundu dan sebagainya.  Dinas Kehutanan Jawa Timur dan Dinas Pertanian Kota Surabaya menyatakan siap memasok berbagai tanaman langka.

Fungsi edukasi dimaksudkan agar hutan kota tersebut nanti menjadi tempat anak-anak seusia SD dan SMP belajar IPA-Biologi.  Mereka dapat melihat dan mempelajari secara langsung berbagai tumbuhan yang mungkin sulit jika hanya belajar dari gambar.  Akan dirancang semacam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan kepada siswa yang mengunjungi hutan tersebut.  Melalui LKS tersebut siswa dipandu mempelajari berbagai tumbuhan.  LKS tersebut diharapkan dapat diintegrasikan dengan pelajaran IPA Biologi di sekolah.  Unesa akan sangat senang, jika dalam merancang LKS dapat bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan para guru.

Fungsi rekrisasi dimaksudkan untuk warga Unesa, khususnya mahasiswa, anak-anak sekolah dan masyarakat luas, dapat menggunakan hutan tersebut untuk tempat rekriasi.  Oleh karena itu, hutan akan dilengkapi dengan danau kecil, lahan terbuka untuk aktivitas anak-anak dan sebagainya.  Mahasiswa dapat santai bercengkerama di tempat terbuka di hutan tersebut.  Akan dipasang WIFI sehingga mahasiswa juga dapat belajar dan mengakses internet di area hutan.

Disain hutan dibuat menyerupai pohon bakau.  Jika dilihat dari udara akan tampak pohon bakau dengan akar-akar yang kokoh, serta dahan dan rantingnya.  Pohon, akar, dahan dan ranting tersebut sebenarnya jalan-jalan utama, berupa jalan paving  dan jalan setapak dalam hutan yang berupa blok-blok beton.  Sedangkan rimbunnya daun bakau digambarkan dengan tanaman di hutan.

Ketika memberi laporan, saya berkelakar bahwa konon harga tanah di sekitar kampus Unesa Lidah 10 juta/m2.  Berarti dengan membangun hutan seluas 4,2 HA Unesa mendedikasikan lahan seharga 420 Milyar untuk kota Surabaya.  Semoga pihak lain terdorong untuk berperan serta mengembangkan hutan kota tersebut.

Tidak ada komentar: