Sabtu, 20 April 2013

RESPONS TERHADAP KASUS UN: APA YA HARUS BEGITU?


Tahun lalu saya mengeluhkan pemuatan foto pengawas Ujian Nasional (UN) yang mengantuk (mungkin tertidur). Beberapa wartawan beralasan, salah satu tugas pers adalah menyampaikan fakta dan informasi kepada masyarakat.  Saya faham, pertanyaannya apakah harus dengan cara seperti itu?  Apakah pelaksanaan tugas kewartawanan harus “mengorbankan” pihak lain?  Bukankah dengan termuatnya foto tersebut citra pengawas tersebut akan rusak?  Pada hal mungkin saja pengawas tersebut mengantuk karena sakit atau alasan lain yang dapat diterima.  Bagaimana kalau ada wartawan yang mengantuk atau tertidur ditengah-tengah tugas peliputan?  Bagaimana jika wartawan yang tertidur tersebut difoto dan dimuat di koran lain?  Pada hal mungkin wartawan tersebut mengantuk, karena semalam tidak tidur karena anaknya sakit.

Pertanyaan, argumen dan sindiran tersebut saya sampaikan pada saat ada diskusi dengan para wartawan di stasiun TV.  Kebetulan topik diskusi tentang UN dan banyak wartawan dari berbagai media cetak yang hadir.  Seperti biasanya masing-masing pihak memiliki argument.  Saya sedih, karena kesan saya pemuatan foto pengawas ngantuk/tertidur tersebut dianggap wajar oleh para wartawan.  Oleh karena itu, di akhir diskusi saya berseloroh: “saya khawatir prinsip bad news is a good news dianut oleh wartawan kita”.  Dan seperti biasanya, teman-teman wartawan menyambut ungkapan saya dengan tertawa, seakan meng-iya-kan.

Tahun ini UN jenjang SMA/SMK/MA tidak dapat berjalan serempak.  Ada 11 propinsi yang UN-nya diundur.  Menurut berita hal itu terjadi, karena percetakan yang mengerjakan soal untuk 11 propinsi tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.  Media cetak dan elektronik seakan dapat berita yang laku keras.  Saya mencoba menghitung, hampir semua media menayangkan sisi negative dar persitiwa tersebut.  Media ramai-ramai memuat sisi negative, baik fakta kejadian maupun komentar berbagai pihak.  Misalnya, Kemdikbud dianggap tidak profesional, adanya sekolah yang soalnya kurang, sekolah yang soalnya tertukar, dugaan kong-kalikong tender pencetakan soal UN dan sebagainya.  Hampir tidak ada media yang memuat bagaimana berbagai pihak berupaya mengatasi masalah tersebut.

Saya tidak dalam posisi membela pihak manapun.  Namun, bukankah kita sadar bahwa berita koran maupun TV memiliki pengaruh kuat kepada masyarakat, termasuk siswa.  Jika siswa SMA kelas 3 membaca atau menonton tayangan tersebut, sangat mungkin akan menimbulkan keraguan atau ketidakpercayaan terhadap UN. Juga mungkin timbul ketidak-sukaan terhadap UN.  Nah, jika keraguan/ketidakpercayaan/ketidaksukaan tersbut cukup kuat, akan berpengaruh terhadap sikap positif mereka saat mengerjakan UN.  Dan jika itu terjadi, justru anak-anak SMA/SMK/MA yang menjadi korban.  Jangan-jangan yang sedang ikut UN dan terkena dampak tersebut anaknya para wartawan.

Kita tahu bahwa media, cetak dan elektronik merupakan pembentuk opini publik yang sangat kuat.  Jika koran dan TV punya kecenderungan memuat berita-berita yang bersifat negative, saya kawatir akan membuat masyarakat kita selalu berpikir negative terhadap pihak lain.  Pada hal, pikiran negative (negative thinking)  justru akan membuat kita tidak produktif dan berpikir dan bekerja.  Pikiran negatif akan membuat kita mencari “siapa yang salah” dan tidak terdorong untuk mencari bagaimana untuk mengatasinya.

Sudah saatnya kita mencoba merenungkan.  Kita harus membuang jauh-jauh, kesenangan saat orang lain menderita.  Sudah saatnya kita mementingkan bagaimana kita membantu menyelesaikan masalah dan bukan memperburuk situasi.  Tentu saja dari bidang kerja dan keahlian kita masing-masing.  Sudah saatnya pertanyaan: “Mengapa itu terjadi?” tidak diteruskan dengan pertanyaan: “Siapa yang salah?”.  Tetapi diteruskan dengan pertanyaan: “Bagaimana masalah tersebut dapat diatasi?”.

Sekali lagi, saya tidak dalam posisi membela siapapun.  Tetapi mengajak kita berkontribusi dalam menyelesaikan masalah dan berkontribusi agar masyarakat berpikir dan berbuat produktif.  Bahwa ada yang tidak beres dalam pelaksanaan UN atau kejadian lainnya tentu tidak boleh dibiarkan.  Namun biarlah masalah itu diurus oleh pihak yang berkompeten dan dengan cara yang profesional.  Kita hindari agar kita tidak memperkeruh suasana. Semoga.

1 komentar:

IBU RISKA mengatakan...

0=482=111 saya sangat bersyukur kepada allah karna melalui bantuan MBAH KABOIRENG dan kini kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,ingat kesempatan tdk akan datan untuk yg kedua kalinya.. KLIK TOGEL 2D 3D 4D 6D DISINI













saya ingin berbagi cerita kepada semua teman-teman bahwa saya yg dulunya orang yg paling tersusah,walaupun mau makan itu pun harus hutang dulu sama tetangga dan syukur kalau ada yg mau kasi,semakin aku berusaha semakin jauh juga pekerjaan dan selama aku ingin berbuat baik kepada orang lain semakin banyak pula yg membenci saya karna saya cuma dianggap rendah sama orang lain karna saya tidak punya apa-apa,dan akhirnya saya berencana untuk pergi mencari dukun yg bisa menembus nomor dan disuatu hari saya bertemu sama orang yg pernah dibantu sama MBAH KABOIRENG dan dia memberikan nomor MBAH KABOIRENG,dia bilan kepada saya kalau MBAH KABOIRENG bisa membantu orang yg lagi kesusahan dan tidak berpikir panjang lebar lagi saya langsun menghubungi MBAH KABOIRENG dan dengan senan hati MBAH KABOIRENG ingin membantu saya,,alhamdulillah saya sudah menang togel yg ke5 kalinya dan rencana saya bersama keluarga ingin membuka usaha dan para teman-teman diluar sana yg ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KABOIRENG di 085=260=482=111 saya sangat bersyukur kepada allah karna melalui bantuan MBAH KABOIRENG dan kini kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya,ingat kesempatan tdk akan datan untuk yg kedua kalinya.. KLIK TOGEL 2D 3D 4D 6D DISINI