Minggu, 26 Mei 2013

TERNYATA ANAK-ANAK ITU PINTAR

Sekitar empat bulan lalu saya mendapat informasi kalau Rois memenangkan lomba desain mobil Porsche dan akan diundang ke Jerman untuk menerima hadiah.  Bahwa Rois, lulusan S1 Senirupa Unesa yang saat ini sedang kuliah S2 Seni Budaya, pandai membuat lukisan saya sudah lama tahu.  Ingat saya, dia juga ikut rombongan kesenian ke Jepang tahun lalu, dengan tugas utama melukis anak-anak yang sedang menari.  Lukisan itu harus sudah jadi saat tarian selesai dan kemudian diberikan kepada pengunjung.  Saya juga sudah mendengar kalau Rois memang langganan juara dalam berbagai perlombaan yang terkait dengan lukis-melukis.

Namun demikian kalau dia menang lomba desain mobil, apalagi mobil Porsche yang terkenal sebagai mobil sport mewah dari Jerman tentu membanggakan.  Oleh karena itu saya mengabarkan berita itu kepada Bu Illah Sailah, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti.  Bu Illah minta cv dan nomor HP Mas Rois.  Tampaknya ada perhatian buat mahasiswa kreatif tersebut.

Belum dapat kabar kelanjutan hari kemenangan tersebut,  ternyata “Rainbag Design” buatan Rois juga menjadi finalis di Bag Design Competition bersama peserta dari UK, USA, Hungary, Estonia, Hong Kong dan India.  Rancangan tersebut dipamerkan Hong Kong Convention & Exhibition Hall.  Rasanya kita harus harus bangga.

Dua minggu lalu saya juga dapat kabar menggembirakan.  Mahasiswa Teknik Mesin Unesa memenangkan Lomba Karya Ilmiah tentang Bio Energi tingkat nasional di Pontianak dan mendapat undangan mengunjungi negara-negara di Asia, antara lain China, Thailand, Malaysia dan sebagainya.  Yang mengagetkan salah satu anggota Tim lulusan Madrasah Aliyah Lamongan.  Ketika menemui saya, saya goda: “Setelah kuliah di Unesa, alumni MA Lamongan dapat menjuarai Lomba Karya Ilmiah Bio Energi Tingkat Nasional, apa tidak hebat.”

Kabar gembira lain, rombongan kesenian Unesa yang tampil di Maroko mendapat juara pertama tingkat internasional.  Kabar yang tidak terduga, karena saat akan berangkat masih “maju-mundur”.   Rombongan tersebut berangkat dengan disponsori Ditjen Kebudayaan.  Namun seperti biasanya biaya yang tersedia hanya kecil, sehingga perlu dicarikan “akal” agar dapat berangkat dengan baik.

Hari Jum’at mobil listrik Garnesa-3 juga berangkat ke Malaysia untuk ikut lomba di sana.  Tentu dapat berangkat karena sudah melalui seleksi awal yang cukup ketat.  Saat memberangkatkan, saya sampaikan: “Apa tidak hebat, dengan fasilitas seperti ini, mobil listrik dapat berangkat ke Malaysia”.  “Gunakan semangat bambu runcing, yang dengan senjata seadanya dapat mengusir penjajah”.  Masih ada beberapa mahasiswa Unesa yang menjuarai beberapa kejuaraan, misalnya robot Dewa yang beberapa tahun lalu menang lomba tingkat nasional dan diikutkan lombta tingkat internasional di Amerika Serikat. 

“Atase” mahasiswa eks IKIP tetapi mampu memenangkan kompetisi tingkat nasional yang harus bersaing dengan mahasiswa sekelas ITB, ITS, UI, UGM dan sebagainya.  Ditambah lagi dosen muda Unesa (Dr. Suyatno) yang menemukan alat deteksi Tsunami yang konon lebih hebat dibanding alat yang saat ini sudah ada.  Beberapa dosen juga mendapat predikat cum laude saat menempuh S3.

Saya jadi berpikir, ternyata anak-anak itu pintar. Saya menyimpulkan di Unesa banyak mahasiswa  dan dosen muda yang pandai dan kreatif.  Kalau saya cermati, memang mereka bukan berasal dari SMA/SMK “top” dan bahkan sebagian besar dari SMA/SMK daerah.  Namun tampaknya mereka itu ibarat “mutiara terpendam”.  Karena berbagai hal, mulai dari SD sampai SMA/MA/SMK tidak berkesempatan memperoleh sekolah yang top.  Akibatnya tidak masuk atau tidak temotivasi masuk ke perguruan tinggi “besar”, sekelas UI, ITB, UGM, Unair dan sebagainya.


Mungkin itu “durian runtuh” bagi Unesa, mendapatkan anak-anak muda yang cerdas dan kreatif.  Anak-anak seperti itu biasanya memerlukan “ruang gerak” untuk mengekspresikan kreativitasnya.  Diluar matakuliah yang baku, tampaknya mereka perlu mendapatkan rangsangan dan pembinaan dalam menungkatkan ide-idenya.  Bahkan perkuliahan harus menumbuhkan rangsaangan tersebut.  Jika keingintahuan terdorong, daya nalar terasah dan kreativitas terwadahi rasanya anak-anak cerdas akan menjadi bibit-bibit jawara bagi bangsa Indonesia. Semoga.

Tidak ada komentar: