Jumat, 24 Juli 2015

PERLUNYA MEMASANG TARGET



Kamis tanggal 23 Juli 2015 saya diundang oleh SMA Al Huda Tuban.  Sudah tidak berani menyopir jauh, maka saya ikut mobil Bu Lutfi dan janji berkumpul di Pascasarjana Unesa.  Hampir jam 7, Bu Lutfi sudah menilpun, pada hal saya baru keluar rumah.  Sebenarnya saya tahu kalau janjiannya jam 7 di Pascasarjana, tetapi pagi itu saya asyik ngudang Freya jadi lupa kalau jam 7 harus sudah di Pascasarjana.

Untunglah perjalanan lancar dan pas di trafic light Giant Margorejo lampunya hijau sehingga saya tidak perlu menunggu dan berjalan terus.  Di perlintasan rel kereta Jl Ketintang kendaraan juga kosong, sehingga saya juga dapat melaju dengan lancar.  Alhamdulillah pukul 07.08 saya sudah sampai Pascasarjana, sehingga terlambat tetapi hanya sekitar 8 menit.

Bu Lutfi dengan disopiri Mas Nanang sudah menunggu, sehingga kami langsung berangkat ke Tuban.  Perjalanan sangat lancar, sehingga walaupun mampir sarapan soto di Lamongan kami sampai di tempat acara sekitar pukul 10.05. Untung Bu Lutfi sudah pesan, sehingga acara sudah dimulai oleh Kyai Mundir.  Kami dapat memulai bagian kami tepat pukul 10.15. Alhamdulillah.

Acara itu merupakan pembekalan awal bagi para guru SMA Al Huda yang baru mulai menerima siswa baru tahun ajaran 2015/2016 ini.  Jadi semua gurunya guru baru di sekolah tersebut, walaupun beberapa orang sudah pernah mengajar di sekolah lain. Kepala SMA Al Huda, Pak Masruri adalah guru SMAN 2 Tuban dan alumni S2 Pendidikan Sains Unesa.

Ada 17 orang guru yang ikut workshop singkat itu.  Ketika saya dan Bu Lutfi masuk ruangan, peserta sedang mengenalkan diri. Tampaknya perkenalan penting, sebab mereka yang baru pada acara itu saling bertemu, karena merupakan hari pertama kerja di SMA Al Huda untuk tahun ajaran 2015/2016.  Saya mencermati, ternyata latar belakang pendidikannya beragam. Ada yang dari Unesa, UM, UIN Sunan Ampel, UIN Malang, Mesir dan sebagainya.  Kecuali kepala sekolah (Pak Masruri) semua guru tampak masih sangat muda.

Tugas saya dalam acara itu adalah memberi penjelasan singkat tentang Project Based Learning, sebagai penyiasatan kurikulum yang berlaku di Indonesia.  Saya mengawali penjelasan bahwa tugas guru dan sekolah itu sebenarnya sangat berat.  Orangtua menyerahkan anaknya selama 3 tahun (karena jenjang SMA) dan membayar cukup mahal, dengan penuh harapan agar anaknya memdapatkan bimbingan yang baik, sehingga sukses hidupnya di kemudian hari.  Bayangkan apa komentar atau lebih tepatnya gerutuan orangtua, jika ternyata guru/sekolah tidak mampu memberikan bekal sukses tersebut.  Bisa-bisa orangtua mengumpat dengan sumpah serapah, walaupun tidak disampaikan langsung.

Pada hal, kalau kita cermati kurikulum kita tidak sepenuhnya inline dengan tuntutan sukses hidup di era digital ini. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain.  Kurikulum di Amerika Serikatpun banyak dikritik orang, karena dinilai tidak mampu menyiapkan anak-anak untuk menghadapi era digital.  Menurut pada ahli, kemampuan penting yang diperlukan di masa depan adalah memecahkan masalah secara kreatif.  Bahwa itu memerlukan memerlukan kemampuan lain yang terkait dengan matapelajaran tentu betul, tetapi kemampuan itu harus berujung pada penggunaan untuk memecahkan masalah kehidupan.  Dan itulah yang kurang dalam kurikulum kita saat ini.  Siswa tidak memiliki kesempatan menggabungkan berbagai matapelajaran untuk memecahkan masalah.

Project Based Learning (PjBL) saya dorongkan diterapkan di SMA Al Huda unuk menyiasati masalah tersebut.  Siswa tetap mengikuti kurikulum yang berlaku, dengan catatan materi yang overlap antara matapelajaran dihilangkan. Materi yang diyakini siswa dapat mempelajari sendiri juga tidak perlu diajarkan.  Di samping itu kepada siswa diberikan kesempatan/penugasan mengerjakan proyek, yang: (1) kontekstual dengan lingkungan dan kemampuan siswa, (2) mencakup atau gabungan dari semua matapelajaran yang dipelajari, (3) dikerjakan dalam kelompok untuk melatih kerjasama, (4) diberikan penekanan pada pemecahan secara kreatif, dan (5) siswa mempresentasikan gagasan dan penyelesaikan proyeknya.

Nah, setelah diskusi tentang PjBL selesai, saya “menantang” para guru muda itu, beranikan membuat target capaian SMA Al Huda, misalnya setelah 5 tahun nanti, lulusan SMP di Tuban mendaftar ke SMA Al Huda dan baru kalau tidak diterima mendaftar ke SMAN 1 Tuban.  Mendengan itu, para guru muda itu seperti terhenyak tetapi menjadi tertantang.  Saya tambahkan, SMA Al Huda dapat dikatakan unggul kalau dapat mengalahkan SMA terfavorit di Tuban dan itu dapat mudah diukur pada saat pendafara siswa baru.

Saya mengajar mendorong para guru muda itu membuat target capaian pengembangan SMA Al Huda.  Mereka harus berani membua target seperti itu, sehingga menjadi arah sekaligus penyemangat dalam berkerja dan berkarya.  Nah, jika tidak berani menarget dalam 5 tahun ya 6 tahun atau bahkan 10 tahun.  Yang penting punya target, yang tentu saja harus menantang tetapi juga realistik.

Dari target jangkan panjang itu dapat dibuat target tahunan.  Misalnya kalau pada tahun ke 5 sudah menjadi pilihan utama lulusan SMP di Tuban, apa target tahun ke-4, tahun ke-3, tahun ke-2 dan akhir tahun ke-1.  Selaman bekerja dan berkarya.  Jadilah orang mulia karena karyanya.

Tidak ada komentar: