Senin, 21 Agustus 2017

FDS DAN 4-C



Hari minggu tanggal 20 Agustus 2017 saya ke kampus sendirian, nyopir sambil mendengarkan radio Suara Surabaya.  Mbak Ema yang menjadi penyiar mendapat informasi kalau di Pasuruan ada spanduk menolak Lima Hari Sekolah (Five Day School/FDS) sepanjang 15 kilometer.  Tentu yang dimaksud bukan spanduknya sepanjang 15 km, tetapi banyak spanduk yg dipasang di pinggir jalan, sepanjang 15 km.

Mbak Ema memberi komentar, pemasangan spanduk seperti itu lebih baik dibanding melakukan demo yang mengganggu lalu lintas.  Dan juga lebih efektif karena dibaca orang banyak dan berlangsung beberapa hari.  Mungkin Mbak Ema membandingkannya dengan demo di beberapa daerah terkait dengan penolakan FDS itu. Pagi ini koran Jawa Pos juga memberitakan spanduk penolakan itu.

Saya tidak dalam posisi menyetujui atau menolak FDS, biarlah itu dibahas oleh pihak yang berkompeten dan berwenang.  Saya ingin mengaitkan fenomena itu dengan 4-C,  kemampuan yang sangat penting di abad 21.  Menurut beberapa referensi, di era iptek dan ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat dan seringkali terjadi lompatan, maka ada empat kemampuan yang sangat penting, yaitu critical thinking, creativity, communication adn collaboration. Disingkat dengan 4-C. 

Dua C yang pertama terkait dengan kecakapan personal (personal skills), sehingga diperlukan setiap orang walaupun yang bersangkutan sendirian, mengerjakan suatu pekerjaan seorang diri.  Misalnya seorang peneliti di laboratorium atau seorang tukang servis motor yang membetulkan motor yang sedang mogok.  Peneliti dan tukang servis motor harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk menemukan penyebab motor mogok atau penelitian tidak berjalan lancar, dan kemudian harus memiliki kreativitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi itu.  Itulah sebabnya, ada orang dua C itu ujungnya untuk memecahkan masalah atau problem solving.

Dua C yang kedua terkait dengan kecakapan sosial (social skills), yaitu kecakapan yang sangat diperlukan ketika seseorang berinteraksi, bekerjasama dan di hidup di lingkungan sosial. Dalam kehidupan nyata, kita tidak pernah sendirian.  Pasti ada orang lain di sekitar kita. Di rumah tangga saja ada suami-isteri, adik-kakak dan sebagainya.  Di pekerjaan selalu ada orang lain yang berintesraksi dengan kita.  Nah, oleh karena itu kemampuan komunikasi dan bekerjasama menjadi sangat penting.

Lantas apa hubungannya dengan FSD?  Saya berpikir tentunya masalah itu dapat didiskusikan, dirundingkan untuk menemukan solusi yang semua merasa senang.  Jika kedua belah pihak, yang pro dan kontra, dapat berkomunikasi dengan baik, dapat menjalin kerjasama untuk menemukan solusi yang kreatif rasanya tidak perlu ada demo yang menghabiskan enersi dan kain spanduk itu dapat dijahit menjadi baju anak-anak sekolah yang kesulitan membeli seragam.

Saya yakin Ibu/Bapak yang pro maupun yang kontra adalah orang cerdas yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan juga memiliki kreativitas yang tinggi.  Dengan demikian pastilah mampu menemukan penyelesaikan tentang polemik FDS yang baik, solutif dan arif sehingga semua pihak merasa senang.  Saya yakin kedua belah pihak dapat menemukan win-win solution.

Yang mungkin perlu dimulai adalah kemauan untuk melakukan komunikasi dan kolaborasi secara bersama-sama menemukan solusi tersebut.  Saya yakin kedua belah pihak memiliki kemampuan berkomuniasi dan sekaligus kemampuan berkolaborasi.  Saya juga yakin kedua belah pihak bermaksud baik dan bertujuan mulia.  Kalau toh ada perbedaan hanyalah cara memandang.  Nah, sudah saatnya ke 4-C itu diterapkan untuk menemukan solusi yang tepat, dengan tetap menghargai satu dengan yang dan tetap mengutamakan pendidikan yang terbaik untuk generasi ke depan.  Semoga.

Tidak ada komentar: