Rabu, 24 Januari 2018

SEEING THE FOREST FOR THE TREES




Buku karya Dennis Sherwood itu sebenarnya merupakan buku lama, terbitan tahun 2002.  Saya mendapatkan fotocopy dari Pak Kir Haryono, dosen UNY, pada tahun 2004.  Saya terdorong untuk mengulas setelah bertemu Prof Zainal Arifin Hasibuan, PhD, biasa dipanggil Pak Ucok. Saya bertemu dosen Fasilkom UI dan pernah menjadi Ketua BSNP itu, saat sarapan di Hotel Grand Mercure Medan.  Pertemuan tidak sengaja.  Waktu saya masuk restoran hotel, beliau sedang membawa piring isi makanan.  Setelah saling menyapa, kemudian beliau pindah duduk ke depan saya sehingga saling ngobrol.

Beliau mengeluh, sampai selesai menjadi Ketua BSNP belum berhasil mengajak teman-teman di Kemdikbud untuk berpikir holistik.  Masing-masing pejabat berpikir parsial, kalau terlalu kasar disebut sektoral, sesuai dengan tugas dan kepentingannya.  Akibatnya disatu pihak sering terjadi tumpang tindih, di lain pihak terjadi ada bagian yang bolong karena tidak ada yang mengerjakan.  Apalagi kemudian diperparah dengan kecenderungan mengerjakan yang ada anggarannya, karena penyerapan anggaran merupakan salah satu indikator kinerja.

Sebenarnya fenomena itu bukanlah hal baru, karena sudah banyak dikeluhkan orang.  Fenomena seperti itu juga banyak terjadi di tempat lain.  Apalagi jika pimpinan puncak lembaga itu tidak memiliki kerangka utuh dari program kerjanya, sehingga masing-masing staf mengerjakan bagiannya tanpa koordinasi yang kuat.  Atau jika kepemimpinan di lembaga itu kurang kuat, sehingga arahan tidak dipatuhi oleh staf. 

Buku Sherwood menjelaskan itu dan memberikan panduan bagaimana seharusnya mengelola organisasi.  Buku ini bertolak dari pola pikir systmen thinking, bahwa semua fenomena di dunia ini merupakan sesuatu yang sistemik.  Bab 1 dengan judul “The System Perpective” menjelaskan bahwa setiap faktor akan selalu terkait dengan faktor lain dalam sistem tertentu.  Setiap faktor merupakan sub-sistem dari supra sistem yang lebih besar, tetapi seringkali sekaligus sebagai supra sistem dari komponen di dalamnya.

Dengan prinsip itu Sherwood meyakinkan pembaca, untuk memahami suatu komponen (fenomena) harus terlebih dahulu memahami sistem dimana komponen itu menjadi bagian (sub-sistemnya).   Contoh-contoh yang digunakan dalam buku itu adalah dunia bisnis dan organisasi non profit, karena memang sub judul bukunya: A Manager’s Guide to Applying Systems Thinking. Jadi kata Seeing the Forest for the Trees hanya metaphora, bahwa untuk dapat memahami pohon harus lebih dahulu melihat hutan dimana pohon itu tumbuh.

Suatu instansi atau lembaga bukankah entitas yang berada di “dunia kosong”.  Instansi selalu merupakan sub sistem dari sistem sosial atau organisasi yang lebih besar. Nah di sistem sosial yang lebih besar itu banyak kompenen lain yang saling mempengaruhi. Bahkan dapat saja sebuah organisasi sekaligus menjadi sub sistem dari beberapa supra sistem.  Suatu RT merupaka sub sistem pemerintahan desa, tetapi sekaligus juga sebagai sub sistem dari sistem sosial di kampung atau daerah tertentu.  Dalam buku School That Learn, Peter Senge mengambarkan seorang guru memang merupakan sub sistem suatu sekolah, tetapi sekaligus juga merupakan sus sistem dari keluarganya, juga sub sistem dari masyarakat kampungnya, juga sub sistem dari organisasi sosial yang diikutinya.  Oleh karena itu, kita tidak akan dapat memahami guru tersebut denga baik tanpa mengetahui supra sistem dari yang bersangkutan.

Menurut saya buku tersebut layak dibaca oleh siapapun yang terlibat dalam organisasi sekecil apapun.  Buku itu akan membimbing kita untuk berpikir holistik-komprehenif dan tidak parsial.  Dengan membaca buku tersebut, kita sadar bahwa kita atau organisasi kita dipengaruhi oleh organisasi lain dan sekaligus mempengaruhi  organisasi lain.  Kita juga faham bahwa organisasi kita merupakan sub sistem dari organisasi atau sistem sosial yang lebih besar.  Dengan membaca buku itu ego dan “kesombongan” yang sering muncul pada diri kita dapat direm.  Semoga.






Tidak ada komentar: