Jumat, 05 Juni 2015

TIGA JAM HILANG DI BANDARA TEHERAN: Pengalaman mengikuti konferensi Asaihl di Iran (3)



Ketika berangkat, tiket kami sudah diatur oleh Mbak Silfi untuk pulang tanggal 26 Mei 2015 pukul 22.20.  Oleh karena itu penginapan di Isfahan di-booking-kan selama 4 malam, mulai tanggal 22 sampai dengan tanggal 26.  Namun ada informasi tanggal 26 Mei ada pameran Sains dan Teknologi di kampus IAU (Islamic Azad University) cabang Teheran.  Tentu kami ingin melihat seperti apa kemajuan teknologi di universitas di Iran.  Bukankah teknologi nuklir Iran sudah maju, sehingga ditakui Amerika Serikat. Oleh karena itu penginapan tanggal 25 malam kami batalkan, karena tanggal 25 sore kami diantar ke Teheran dan menginap di kampus IAU agar pagi-pagi dapat mengikuti acara pameran.

Cukup banyak peserta yang berangkat ke Teheran sore itu, sehingga menggunakan 2 mini bus. Bus pertama antara lain dinaiki oleh Prof Idrus dan Prof Ilham dan Unhas. Kami berempat (Pak Rektor, Pak PR-4, saya dan Prof LeTran Binh dari Vietnam ikut mini bus kedua, bersamaan dengan beberapa peserta yang akan pulang tanggal 26 dini hari.  Jadi mereka langsung diantar ke bandara dan tidak ikut menginap di kampus.

Ketika kami sudah naik mini bus, seorang panitia naik dan mengucapkan selamat jalan dengan mengatakan kami berempat akan diantar sampai ke hotel kampus IAU Teheran.  Kami tentu senang, menginap gratis dan diantar lagi.  Kami berangkat sekitar pukul 17.30 waktu setempat.  Duduknya akan berhimpitan, karena banyak koper di dalam mini bus.  Kami juga dibekali dengan segebok roti, pisang kavendis dan aqua.

Perjalanan relatif lancar dan sempat berhenti di pinggir jalan, karena ada peserta yang ingin buang air kecil.  Sopir mini bus tidak dapat berbahasa Inggris, sehingga menggunakan bahasa isyarat saat minta mini bus berhenti.   Mungkin ini pengalaman pertama bagi pak sopir itu ada penumpang yang kencing di tepi jalan.  Untung sudah malam dan lokasinya di padang pasir, sehingga gelap dan tida terlihat oleh pengguna jalan lainnya.

Kami sampai di bandara Imam Komaini Teheran sekitar pukul 11 malam.  Semula saya tidak tahu mengapa semua koper diturunkan oleh pak sopir.  Setelah itu  dia memanggil sopir taksi.  Ternyata kami diminta naik taksi dari bandara ke hotel. Kami tidak keberatan, toh sudah diantar dari Isfahan ke bandara Teheran yang menempuh waktu lebih 5 jam.  Kalau toh harus membayar tentu tidak terlalu mahal.

Koper kami berempat diatur oleh sopir taksi agar dapat masuk ke begasi. Kamipun masuk ke dalam taksi.  Pak Rektor, Pak PR-4 dan saya duduk di kursi belakang, sedang rekan dari Vietnam duduk di kursi depan sebelah pak sopir.  Begitu masuk pak sopir bertanya dalam bahasa Parsi, kami minta diantar ke hotel apa.  Nah, kami berempat bingung karena tidak tahu nama hotel. Kami mengira pak sopir mini bus sudah memberitahu nama hotelnya ke pak sopir taksi.

Komunikasi dengan pak sopir taksi juga tidak berjalan baik, karena dia tidak biasa bahasa Inggris.  Kami menjelaskan kalau akan menginap di hotel kampus IAU Teheran, tetapi pak sopir tidak faham.  Lantas pak sopir itu mencari petugas bandara yang bisa berbahasa Inggris.  Kami jelaskan kepada petugas tersebut, kalau kami peserta konferensi Asaihl di IAU Isfahan dan besuk aka ikut pameran di IAU Teheran dan akan menginap di kampus tersebut.  Pak petugas bertanya IAU yang mana, karena sangat banyak cabang IAU di Teheran.  Sayangnya kami tidak tahu dan merasa salah tidak bertanya saat di Isfahan.  Kami terlalu percaya kalau mini bus akan mengantar sampai di hotel kampus.  Akhirnya petugas tersebut angkat tangan dan pergi.

Kami berempat saling berpandangan dan berpikir bagaimana mengatasinya.  Kami coba menilpun Prof Ilham dan Prof Idrus dengan harapan beliau sudah sampai di hotel dan dapat memberi tahu nama hotelnya.  Saya tidak ingat berapa kali kami menilpun tetapi tidak pernah diangkat.  Saya maklum karena saat tengah malam dan baru saja menempuh perjalanan jauh, sehingga mungkin mereka sedang tidur nyenyak.  Kami mencoba menilpun beberapa profesor IAU yang kartu namanya kami dapat dan juga tidak ada yang mengangkat.  Kami menilpun ke hotel Kowsar Isfahan dengan harapan mereka tahu nama hotel yang kami tuju di Teheran.  Tilpun diangkat tetapi petugasnya tidak dapat berbahasa Inggris.  Mungkin petugas front office sudah istirahat dan yang menerima mungkin petugas keamanan.

Setelah sekitar jam 01 dan belum dapat jalan keluar, kami berempat sepakat masuk ke bandara untuk mencari WIFI untuk membuka intenet, siapa tahu dapat mencari informasi kamous IAU yang akan mengadakan pameran.  Sayang sekali tidak ada WIFI, baik di bandara maupun kafe yang malam itu buka.  Sambil mencoba menilpun lagi ke Pak Ilham dan Pak Idrus, Prof Le Tran Binh mencoba menilpun Prof Moghaddan yaitu salah satu panitia yang sering berkomunikasi dengan kami.  Namun yang kami punya tilpun beliau di Oxford, karena beliau memang Wakil Rektor IAU cabang Oxford Inggris.  Dicoba saja, siapa tahu bisa nyambung.  Nyambung tetapi juga tidak diangkat.  Karena itu tilpun kantor, kami meninggalkan pesan di sambungan tilpun tersebut.

Kami sudah setengah fustrasi.  Jalan satu-satunya menunggu sampai pagi dengan harapan apa peserta yang pulang dan diantar oleh panitia.  Dalam keadaan setengah fustrasi dan lelah, tiba-tiba ada tilpun masuk ke hp saya.  Saya angkat ternyata dari Prof Moghaddan dan bertanya “where are you?”.  Tampaknya beliau ditilpun stafnya di Oxford dan pesan kami di sambungan tersebut disampaikan.  Saya jawab kalau di bandara dan saya jelaskan kejadiannya.  Dengan sangat bijak, beliau minta maaf dan minta kami menunggu karena akan ada petugas menjemput.  Kami sepakat menunggu di pintu masuk internasional.

Kami berempat berser-seri dan segera menuju ke pintu gerbang keberangkatan internasional.  Beberapa saat menunggu tilpun saya berbunyi dan ternyata dari petugas yang menjemput kami.  Sayangnya petugas tersebut tidak lancar berbahasa Inggris.  Rekan Vietnam sangat cerdas, menyerahkan hp saya ke orang yang berdiri di sebelahnya dengan permintaan agar membantu komunikasi dengan penilpun dengan bahasa Pasi.  Alhamdulillah, orang tersebut sangat baik.  Setelah berbicara beberapa saat, orang tersebut mengatakan kami ditunggu di kafe Booth.  Dimana letaknya?  Dia juga tidak tahu, tetapi pasti di sekitar pintu gerbang internasional.

Diputuskan, rekan Vietnam yang akan mencari sedangkan kami bertiga menunggu koper.  Tidak lama rekan Vietnam datang bersama dua orang.  Seorang adalah utusan Prof Moghaddan dan seorang lagi sopir taksi yang bisa berhasa Inggris.  Nah semua terjelaskan dan kami segera meluncur ke kampus dengan dua mobil.

Ternyata cukup jauh dan hotelnya dan kampusnya berada di puncak bukit. Untuk masuk harus melalui dua pintu gerbang dengan portal dan dijaga petugas.  Jarak dari pintu gerbang pertama ke lokasi hotel mungkin sekitar 3 km dan melalui jalan kampus yang menanjak dan mendaki karena di perbukitan.  Saya membayangkan apakah sopir mini bus dari Isfaham juga tahu lokasi hotel itu.  Jika tahu apakah diijinkan untuk masuk.

Alhamdulillah, akhirnya sampai di hotel, lebih tepat disebut penginapan kampus, pukul 02 pagi.  Petugasnya juga sudah tidur, sehingga membukakan pintu, membawakan koper dengan hanya mengenakan kaos oblong. Tanpa basa-basi saya masuk kamar cuci tangan dan kaki terus tidur, dengan setengah tersenyum lha 4 orang profesor kok hampir hilang di bandara Imam Komaini Teheran.

Tidak ada komentar: