Sabtu, 06 Juni 2015

VISI BESAR, KERJA KERAS DAN MANAJEMEN PRIMA: Pengalaman mengikuti konferensi Asaihl di Iran (4)



Sewaktu pertama membaca booklet Islamic Azad University (IAU) yang menyebut punya lebih 400 cabang (kampus) di Iran, punya 4 kampus di negara lain dan punya 1,7 juta mahasiswa saya tidak percaya.  Apalagi IAU merupakan universitas swasta dan baru berdiri tahun 1982, apalagi kampus induknya di Iran.  Itulah juga yang mendorong saya ingin ke Iran untuk melihat seperti apa sih IAU dan apa yang dapat dipelajari.

Ketika sampai di Isfahan dan mulai mengikuti acara konferensi, saya merasa kampusna biasa saja.  Lahan kampus tidak terlalu luas, terletak di luar kota dan di pinggiran gunung yang kering kerontang, gedungnya juga biasa saja.  Bahkan ketika acara berlangsung beberapa kali listrik mati.  Kalau toh ada yang istimewa adalah manajemen air untuk penghijauan yang sangat bagus, sehingga walaupun tanahnya tandus taman di kampus tertata bagus, subur dan banyak bunga yang sedang mekar.  Selain itu makanan seperti berlimpah, sehingga untuk ukuran perut Indonesia rasanya terlalu banyak.

Kalau toh mencengangkan adalah pada pimpinan yang sebagian besar lulusan Inggris dan kampus beken yaitu Oxford.  Bahasa Inggris sangat bagus dan ketika memberi sambutan tampak sekali wawasan internasionalnya yang luas.  Pembawa acaranya masih muda, mengenakan jas tanpa dasi dengan celana jean dan yang paling mengesankan bahasa Inggris-nya sangat bagus.  Cara membawa acara juga sangat bagus, layaknya MC profesional.   Yang tentu mengesankan adalah Dr. Moghaddan, sang ketua panitia yang juga wakil rektor IAU kampus Oxford.  Bahasa Inggrisnya bagus, pengetahuannya luas dan setelah saya lacak, beliau lulusan Oxford University, pernah menjadi dosen di Oxford dan Australia National University (ANU).

Keraguan itu hilang ketika saya berkunjung ke IAU kampus Teheran.  Ternyata  kantor pusat dan kampus yang terbesar di Teheran.  Saya tidak tahu berapa luas kampus IAU Teheran, mungkin ribuan hektar.  Yang jelas kampusnya di atas gunung. Ketika masuk sangat mirip film apa begitu, karena mobil melewati jalan lebar meliuk-liuk di tebing perbukitan.  Gedungnya selalu di atas bukit di kiri kana jalan.  Gedung yang sekarang sudah ada dan lokasinya tertinggi adalah tempat penginapan tamu.  Di puncak bukit yang paling tinggi konon digunakan untuk tandon air yang dipompa dari danau atau sungai di bawah.  Di sisi jalan memang ada pipa air yang menurut penjelasan teman dari IAU itulah pipa air ke tandon air di puncak bukit.

Penghijauan juga mulai tumbuh.  Sebagian besar tanamananya pohon cemara yang tigginya baru sekitar 3-4 meter.  Terlihat setiap pohon diairi air dengan pipa.  Mungkin dipilih pohon cemara karena konon tidak memerlukan air terlalu banyak dan dapat hidup di lahan yang tidak subur.  Saya membayangkan 10 tahun lagi, gunung atau bukit itu akan menjadi hutan cemara yang sangat indah.

Walaupun lahannya sangat-sangat luas, ternyata bangunan kampusnya berupa gedung tinggi-tinggi.  Kantor pusat IAU (mereka menyebutya central organization) dimana rektor (mereka sebut president) dari seluruh IAU berkantor merupakan gedung berlantai 12.  Gedung pusat riset yang digunakan untuk pameran teknologi merupakan gedung yang mungkin 20 lantai lebih, gedung Lab MIPA juga merupakan gedung dengan tinggi sekitar 12 lantai. Lapangan olahraga juga besar, karea IAU punya Departement of Sport Sciences. Pokoknya gedungnya tinggi-tinggi.  Jalan utama dari gerbang depan sampai gedung penginapan tamu berupa jalan kembar dengan masing-masing sekitar 10 meter.

Saya sempat menanyakan kepada Dr. Angaji, wakil rektor bidang buhungan internasional, bagaimana awalnya punya ide dan membangun kampus di Teheran yang sangat menakjubkan.  Ternyata itu sudah sejak awal diimpikan oleh para pendiri IAU.  Kebetulan Board of Trustee (mungkin mirip Dewan Penyantun) IAU adalah Hashemi Rafsanjani, tokoh penting Iran yang pernah menjadi presiden.  Mungkin itu yang salah satu pendukung IAU mendapatkan lokasi pegungungan untuk membangun kampus.  Ketika saya sampaikan kalau besuk kampus IAU Teheran sudah terbangun lengkap mungkin menjadi kampus terbesar dan terindah di dunia, Dr Angaji mengiyakan.

Sepulang dari kunungan itu saya merenung, bagaimana universitas swasta yang konon tidak pernah medapatkan dana dari pemerintah, punya kampus seperti itu.  Memang bangunan masih sedikit, tetapi saya yakin pada saatnya akan menjadi kampus sangat besar dan sangat indah karena lokasinya di pegunungan.  Bangunannya modern dan menyisakan lahan kosong berupa hutan yang luas dan hijau.

Saya membayangkan, itu pasti bukan karena adanya uang atau adanya sponsor.  Saya yakin itu diawali dari visi atau mimpin besar untuk membangun universitas yang hebat, dengan kampus yang sangat luas.  Dan tentu itu baru dapat terwujud (walaupun baru sebagian) karena manajemen IAU sangat prima.  Buktinya dalam usia sekitar 32 tahun sudah mempunyai lebih 400 kampus di Iran dan 4 kamus di luar negeri serta jumlah mahasiswa 1,7 juta.  Dosennya juga hebat-hebat dan yang saya baca sebagian besar doktor lulusan luar negeri (umumnya lulusan Inggris).

Visi besar atau katakanlah mimpi besar seperti itulah yang sangat kita perlukan, karena mimpi besar seperti itu yang dalam praktek menjadi awalan program besar.  Bagaimana mungkin kita punya program besar, kalau tidak ada visi besar.  Tentu visi yang bukan sekedar mimpi di siang hari, tetapi visi yang mampu mendorong yang bersangkutan untuk mengubahnya menjadi keinginan kuat untuk mewujudkannya.  Bukan sekedar keinginan yang ditulis terus dibiarkan tetap menjadi tulisan.  Keinginan yang menumbuhkan energi untuk menggelegak untuk mewujudkannya.  Kalau meminjam istilah Jack Welch, keinginan yang mampu menumbuhkan positive energy, yaitu energi yang tidak pernah habis untuk mewujudkan keinginan.  Kalau istilah Dahlan Ikhsan mungkin keinginan yang membuat yang bersangkutan kerja-kerja-kerja.

Sayang sekali, tidak banyak orang yang punya atau lebih tepatnya bermimpi besar.  Coba kita tanya anak-anak muda di sekitar kita, apa mimpinya di masa depan. Saya menduga tidak banyak yang punya jawaban.  Pada umumnya mereka akan menjawab akan sekolah atau kuliah.  Jika dikejar sekolah bidang apa dan untuk apa setelah selesai, sebagian besar akan menjawab mencari pekerjaan.  Tidak banyak yang dapat atau berani mengatakan “saya akan membuat ini atau saya akan menjadi orang seperti ini”.  Seakan hidupnya akan mengalir dan ditentukan oleh keadaan sekitar.  Itu mungkin kelemahan kita atau itu mungkin tugas kita sebagai orangtua atau guru untuk mendorong anak-anak mau dan berani mimpi besar.

Tidak ada komentar: