Jumat, 05 Juni 2015

PSUSAH MENCARI ORANG JELEK: Catatan mengikuti Konferensi Asaihl di Iran (2)ost title



Sebelum berangkat ke Iran untuk mengadiri konferensi internasional Asaihl, saya harus mengikuti acara USAID Prioritas di Jogyakarta.  Oleh karena itu, saya mengirim email ke Mbak Lira agar tiket saya diatur dari Jogya bukan kembali ke Surabaya, tetapi ke Jakarta.  Saya menjelaskan kalau harus ke Iran taggal 21 Mei pukul 17.55.  Mbak Lira bertanya ada apa ke Iran dan saya jawab untuk membeli nuklir  Tentu itu hanya kelakar dan saya ganti mengoda apa Mbak Lira titip cowok Iran yang menurut informasi cakep-cakep. Mbak Lira ganti menggota dengan mengatakan pesan satu losin untuk dibagi-bagi kepada teman yang belum menikah di kantor USAID Prioitas.  Email ria kami akhir dengan hehehe, karena sama-sama mengerti itu hanya kelakar.

Menurut informasi memang orang Iran cakep-cakep.  Raut mukanya lebih dekat dengan orang Eropa, hidung mancung, kulitnya kuning, rambut hitam ikal dan fisiknya tinggi-tinggi.  Konon itu karena perpaduan antara Eropa, Asia dan Arab.  Orang Iran adalah bangsa Persia dan bukan bangsa Arab.  Mungkin mirip dengan orang Yordania dan Lebanon yang sering kita lihat di TV.

Ketika sampai di Iran, saya mencoba memperhatikan apakah informasi itu betul.  Ternyata betul.  Dengan gaya berpakaian yang modis, anak muda di Iran memang tampak ganteng dan cantik.  Wanitanya rata-rata mengenakan celana panjang yang dipadu dengan rok sampai setengah paha. Banyak yang memakai celana jin. Menggunakan kerudung tetapi rambutbagian depannya kelihatan.  Beberapa diantaranya berambut merah atau pirang, namun saya tidak tahu apakah itu asli atau dicat.  Rata-rata mereka menggunakan make up, walaupun tidak terlalu mencolok.

Pemuda Iran tidak kalah modis.  Banyak yang memakai celana jin dan T shirt.  Kalau ahak formal, memakai baju warna terang dan jas warna gelap, tanpa memakai dasi.   Rambutnya disisir rapi, dengan janggut yang tercukur rapi.  Pokoknya mereka ganteng dan cantik, mirip dengan bintang film yang sering kita lihat di TV.

Mengamati pemandangan seperti itu, Prof Idrus Paturusi dari Makasar mengatakan, sulit mencari wanita jelek di Iran, karena semuanya cantik.  Rekan lain berkomentar jika ada 10 gadis di Iran, yang cantik 11 orang.  Saya menggoda Prof Ansyar dari UIN Makasar yang kebetulan berangkat dengan istrinya.  Karena beliau sering mengomentari cewek Iran, maka yang ganti berkomentar, kalau saja Prof Ansyar berangkat tidak bersama ibu, saya menduga akan kecantol di Iran.  Kami tertawa, termasuk Bu Ansyar yang selalu setia mendampingi ke berbagai acara.

Melihat cara pemuda dan khususnya gadis Iran, dalam hati saya bertanya apakah budaya berpaian mereka berbeda dengan orang Arab?  Memang menurut sejarah, peradaban bangsa Persia jauh lebih tua dibanding bangsa Arab.  Tampaknya, ketika Islam masuk ke Persia dan bangsa Persia memeluk Islam (biasanya disebut Syiah) budaya Arab tidak ikut masuk.  Oleh karena itu cara berpakaian dan makanan orang Iran tidak seperti pakaian dan makanan orang Arab.  Menurut saya lebih mirip pakaian orang Turki.

Yang sangat menarik, tampaknya kerudung yang umumnya warna hitam itu hanya dikenakan di Iran. Saya melihat ibu-ibu muda dan cewek-remaja yang ketika naik pesawat mengenakan kerudung, begitu di pesawat ke luar negeri, kerudung tersebut dibuka.  Sebaliknya mereka yang ketika naik pesawat di Dubai mengenakan T shirt, ketika turun di Teheran sudah mengenakan jaket dan kerudung hitam.  Apakah itu berlaku pada orang Iran secara secara keseluruah atau hanya kebetulan yang saya lihat, saya tidak tahu.

Makanan orang Iran, menurut saya cukup sehat, tetapi porsinya sangat besar. Beberapa kali ikut jamuan makan, makanan yang tersaji selalu banyak sayuran mentah (mirip salad), sup gaya Eropa, berbagai roti, ikat dan kebab.  Nasi juga tersedia, tetapi mirip nasi kabuli.  Menurut teman dari Isfahan, budaya makan nasi belum lama.  Mungkin baru sekitar 20 tahun, karena sebelumnya budaya mereka makan roti.  Itu yang menyebabkan orang Iran tidak banyak yang gemuk.  Ada teman yang memandingkan wanita Iran dengan wanita Turki.  Ketika muda sama-sama cantik, tetapi ketika sudah tua wanita Turki pada umumnya gemuk-gemuk, sedangkan wanita Iran tidak banyak yang gemuk.

Budaya lain yang tampak maju adalah keteriban mengikuti aturan.  Jalan dan taman di Isfaham maupun di Teheran sangat bersih.  Saya melihat orang-orang yang bersantai dan makan di taman, membungkus dan membawa sampahnya.  Sungat di Iran juga sangat bersih.  Bahkan makanan kuda penarik kereta dimasukkan dalam karung yang diikatkan dalam kepada kuda.  Dengan demikian saay kuda makan, tidak ada rumput yang kececeran.  Demikian pula, ada penampung kotoran kuda.  Bedanya dengan di kita, tampaknya kotoran kuda yang tertampung segera dibersihkan.  Saya amati hampir tidak ada tampung kotoran kuda yang tersisa dikarung yang dipasang di belakang kaki kuda itu.

Budaya antre tampaknya juga sudah berjalan dengan baik.  Saya melihat antre check in tiket, antre makan di acara Asaihl berjalan dengan baik.  Walaupun saat check in ketika akan pulang, ada juga orang nerombol yang ditolak oleh petugas.  Saya tidak tahu, apakah orang tersebut orang Iran atau pendatang.  Yang pasti bisa bahasa Persia, karena ketika ditegur oleh petugas, dia ngeloyor pergi.  Artinya dia mengerti.  Semoga kita dapat belajar dari mereka.

Tidak ada komentar: