Rabu, 22 November 2017

SEKOLAH BESAR



Senin tanggal 20 Nopember 2016 saya mengunjungi sebuah SMK di kota Malang dan sungguh sangat terkejut. Sekolah itu memiliki Keahlian Kejuruan (dahulu disebut Paket Kejuruan atau mirip program studi di perguruan tinggi) sebanyak 86 buah.  Jumlahnya siswanya hampir 2.800 orang dan menurut penjelasan Kelapa Sekolah dahulu jumlah siswa pernah mencapai 3.200an orang.

Tertarik dengan informasi itu, saya mencoba mengamati kondisi sekolah tersebut.  Apa lahannya sangat luas?  Apakah gurunya sangat banyak?  Apakah sarananya sangat bagus?   Saya tidak mendapatkan informasi yang jelas berapa luas lahannya.  Namun yang jelas, gedungnya mepet-mepet, jarak antara gedung dengan pagar juga mepet, ada lapangan basket dan sepertinya juga digunakan sebagai lapangan futsal, dan itu diapit oleh ruang kelas, kantor dan bengkel. Saya tidak menemukan laham kosong.  Bahkan karena kekurangan ruangan, konon banyak bengkel/workshop yang juga digunakan sebagai kelas teori.

Lokasi sekolah itu memang agak di luar kota, tetapi akan berada di dekat ujung jalan tol Surabaya-Malang.  Kepala Sekolah risau sekali bagaimana jika jalan tol Surabaya-Malang sudah jadi, sehingga minta hadap sekolah diubah agar tidak menghadap jalan yang besuk akan sangat ramai. Ketika saya sarankan memekarnya lahan sekolah, ternyata sekolah tersebut berada di hook (pojok), sebelah selatan merupakan jalan besar dan sebelah timur jalan kembar yang nanti menjadi akses ke jalan tol.  Sebelah barat ternyata pasar, sedangkan sebelah utara rumah orang.  Jadi praktis sulit untuk memekarkan lahan.

Bagaimana dengan guru?  Jumlah guru hampir 200 orang, tetapi 80 orang lebih merupakan guru honorer.  Sudah lama sekolah kekurangan guru, khususnya guru produktif sehingga terpaksa mengangkat guru honorer, walaupun menyedot banyak dana BOS.   Kepala sekolah yang April tahun depan pensiun mengeluh betapa harus pontang-pating membenahi sekolah, walaupun beliau sangat optimis dapat menangani.  Wakil Kepala Sekolah yang masih muda, juga mengatakan betapa sulitnya mengelola sekolah dengan murid yang sangat banyak.

Bagaimana dengan sarana, khusunya workshop?  Cukup baik, dan sekolah memiliki kerjasama dengan DUDI.  Sekolah juga baru saja menerima sumbangan mesin mobil Ertiga dari Suzuki.  Sekolah itu juga memiliki kerjasama dengan sebuah colege di Malaysia yang membantu siswa untuk melaksanakan prakerin.  Memang masih tahap awal, sehingga belum tahu bagaimana dampaknya.  Sekolah juga menerapkan disiplin, termasuk rambut siswa pria harus 1-2-3, sehingga pas saya datang ada siswa potong rambut.

Ternyata jumlah sekolah yang begitu banyak bukankah rancangan awal.  Keadaan itu dimulai ketika Kemdikbud memiliki program SMK Besar dan ada dua sekolah di Malang yang dipilih untuk melaksanakan program itu.  Program itu ternyata hanya untuk SMK, tidak untuk SMA maupun SMP.  Kepala sekolah maupun guru juga tidak tahu apa yang menjadi landasan program tersebut.  Karena terpilih yang harus melaksanakan.

Sambil mendengarkan penjelasan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan juga diskusi dengan para guru serta mahasiswa PPG sedang melaksanakan PPL, saya merenung apakah sekolah besar seperti itu efektif ya?  Jujur saya belum tahu dan tidak berani menjawab.  Referesi yang pernah saya baca, menjelaskan bahwa ada rentang kendali maksimal oleh kepala sekolah.  Yang pernah saya baca, seorang kepala sekolah itu dapat mengendalikan sekolah maksimal 36 rombel.  Lebih dari itu, akan sulit mengendalikan.   Apakah ada pola “manajemen baru” sehingga seorang kepala sekolah dapat mengendalikan 86 rombel dengan 2.800 orang siswa.  Jujur saya tidak tahu.

Saya pernah mengunjungi sebuah “sekolah besar” di Manila sekian tahun lalu.  Saya tidak ingat berapa jumlah siswanya. Yang jelas sangat banyak.  Bahkan agar tidak terlalu ramai saat istirahat, datang dan pulang.  Waktu masuk, istirahat dan pulang, setiap jenjang dibat berbeda dengan selisih 10 menit. Rute perjalanan antar gedung juga dibuat searah agar tidak kacau.  Namun lahan sekolah itu sangat luas dan punya berbagai fasilitas olaharga, seperti lapangan sepak bola dan sebagaianya.  Taman diantara gedung sekolah juga tampak luas dan terpelihara baik.

Mengingat dua “sekolah besar” itu, saya menduga memang ada pola sekolah besar.  Namun semestinya diperhitungkan dan dirancang secara baik berdasar konsep/teori yang dapat dipertanggungjawabkan.  Gedung dan berdempetan tentu tidak sehat.  Sekolah yang bising karena jumlah siswa yang melebihi kapasitas normal dapat menyebabkan situasi pembelajaran tidak kondusif.  Jumlah guru dan siswa yang besar dapat membuat manajemen sekolah tidak efektif. Jangan sampai keinginan membuat sekolah besar tidak dibarengi dengan penyiapan sarana-prasarana serta manajemen yang baik, sehingga sekolah yang semula dengan ukuran “normal” dan bermutu baik, menjadi turun mutunya ketika “dinaikkan kelasnya” menjadi sekolah besar.

Apakah sekolah besar merupakan terobosan untuk meningkatkan daya tampung?  Mungkin saja ya. Namun sebaiknya tidak mengganggu kualitas sekolah. Pendidikan itu sesuatu yang irreversible, tidak dapat dikembalikan.  Sekolah terjadi tidak dapat dibalikkan Inovasi penting namun harus didasari pemikiran matang, konsep/teori yang rasional dan bukan coba-coba dan atau sekedar meniru.  Lebih dari itu sebuah inovasi sebaiknya diujicoba lebih dahulu sebelum diterapkan secara luas.

Tidak ada komentar: