Jumat, 02 September 2016

INCHEON NATIONAL MARITIME HIGH SCHOOL



Incheon National Maritime High School (INMHS) adalah lembaga yang pertama kami datangi selama kunjungan ke Korea Selatan September 2016 ini.  Korea Selatan hanya memilki 2 buah sekolah seperti INMHS dan keduanya negeri.  Satunya lagi berada di Busan, kota bagian selatan Korea Selatan.  INMHS kami kunjungi karena merupakan salah satu Meister School, sebuah inovasi untuk menguatkan pendidikan kejuruan di Korea Selatan.

Rombongan dari Kemdikbud yang terdiri dari 6 orang tiba di INMHS tepat pukul 11.00 waktu setempat seperti yang disepakati.  Kami diterima oleh Kepala Sekolah (Mr. Kim Myeong-Sik,) Ms Yoon Mi-Ran, guru bahasa Inggris yang mendampingi dan dua orang guru yang saya lupa namanya.  Kami diterima di ruang rapat, dimulai dengan sambutan pendek oleh Kepala Sekolah dilanjutkan dengan pemutaran film tentang INMHS.  Ms Yoon yang mengatur pemutaran film sambil memberi tambahan keterangan di sana-sini.

Ketika pemutaran film selesai dan dibuka tanya jawab, saya yang ditunjuk sebagai ketua delegasi harus memulai dengan diawali dengan memperkenalkan anggota delegasi. Setelah itu disambung oleh pertanyaan Pak Samsul Bachri dari ITB dan Mas Herdi dari Kemdikbud.  Pertanyaan dijawab dengan baik oleh Kepala Sekolah yang dibantu oleh dua orang guru yang hadir dan dibantu Ms Yoon sebagai peterjemah.  Tampaknya kedua guru yang hadir tidak lancar berbahasa Inggris.

Dari film dan tanya jawab, dapat diketahui bahwa INMHS merupakan sekolah negeri sehingga sesuai aturan di Korea gratis, artinya siswa tidak tidak membayar SPP.  INMHS memiliki dua jurusan (Nautika dan Technika) dengan masa studi 3 tahun.  Jumlah siswa 300 orang dengan 47 orang guru.  Pola pendidikannya 2+1, artinya 2 tahun di sekolah dan 1 tahun di laut.  Masa di laut dibagi dua, 1 sementer di kapal latih dan 1 semester di industri pelayaran.

Dari 47 orang guru, 16 diantaranya guru umum, misalnya Bahasa Inggris, Matematika dan sebagainya.  Selebihnya guru kejuruan, baik Nautika maupun Technika.  Pada umumnya guru kejuruan memiliki pengalaman bekerja di kapal selama minimal 6 tahun.  Di samping itu secara periodik juga ada guru tamu dari kalangan industri pelajaran.  Mr. Kim Myeong-Sik ternyata pernah diundang untuk membantu Sekolah Tinggi Ilmu Pelajaran di Jakarta dan Semarang.  Tampaknya pengalaman lapangan (industri) merupakan syarat penting bagi guru kejuruan di INMHS.

Setelah selesai tanya jawab, tim diajak untuk meninjau fasilitas sekolah.  Ternyata INMHS benar-benar sekolah dengan fasilitas lengkap.  INMHS memiliki simulator dimana siswa belajar membawa kapal.  Workshop juga sangat lengkap dan juga didukung oleh perpustakaan, sarana olahraga dan kesenian yang sangat baik.

Dengan pola pendidikan 2+1, fasilitas sangat baik, guru-guru berpengalaman, rasanya dapat difahami jika lulusannya sudah dapat pekerjaan begitu lulus.  Pada umumnya siswa sudah dapat tawaran pekerjaan saat melaksanakan magang di perusahaan pelajaran pada semeser akhir.  Apalagi menurut keterangan Kepala Sekolah, Korea Selatan sangat kekurangan tenaga pelaut dan terpaksa mengimpor tenaga kerja dari negara lain.

Mencermati dan mendengarkan keterangan dari INMHS, saya menduga Korea Selatan sangat serius menangani pendidikan.  Mutu tampaknya dijaga betul, sehingga hanya mau membuka sekolah jika mutunya dapat dipastikan bagus.  Dapat dibayangkan, di seluruh Korea hanya ada 2 Sekolah Menengah Pelajaran dengan siswa masing-masing sekitar 300 orang.  Namun mutunya sangat bagus.

Yang sampai akhir, khususnya saya belum mendapat penjelasan secara tuntas adalah “apa yang dimaksud dengan Meister School”.  Mr. Kim hanya menyebutkan bahwa Meister School adalah Specialist School yang dipilih pemerintah untuk ditingkatkan mutunya dengan dukungan penuh.  Tapi Mr. Kim juga tidak dapat menjelaskan apa ciri khususnya.

Ketika ditanya apakah istilah Meister sama dengan istilah yang digunakan di Jerman, jawaban Mr. Kim juga tidak jelas.  Di Jerman, Meister artinya orang dengan keahlian sagat baik, sehingga walaupun bukan sarjana memiliki seritifikat untuk mengajar. Pada hal lulusan INMHS (sebagai Meister School) tidak menjadi instruktur?  Apakah dengan bernama Meister School, lulusan disiapkan pada saatnya siap menjadi instruktur seperti di Jerman?  Tidak ada penjelasan yang konkret.  Sebuah pertanyaan yang dibawa sejak dari Jakarta, tetapi tidak mendapat jawaban yang tuntas di INMHS.

Tidak ada komentar: