Kamis, 01 September 2016

LAYANAN PRIMA TETAPI TIDAK SARAPAN DI KOREAN AIR



Sudah lama saya tidak ke Korea Selatan, sehingga ada keinginan untuk kesana.  Apalagi setelah membaca buku tentang Samsung yang sekarang merajai barang-barang elektronik DI Indonesia.  Oleh karena itu begitu Kemdikbud menawari untuk ke Korea Selatan saya langsung mau.  Lebih lagi ke Korea akan berkunjung ke KRIVET (Korean Research Institute for Vocational Education and Training), sebuah pusat riset untuk pendidikan kejuruan yang merupakan bidang yang selama ini saya tekuni.

Jadwal semula ke Korea Selatan tanggal 29 Agustus s.d 3 September 2016, tetapi karena urusan surat ijin yang belum beres akhirnya digeser menjadi tanggal 31 Agustus s.d 5 September 2016.  Kami berangkat ber-enam, Pak Samsul Bachri dari ITB, Bu Puji, Mas Herdi, Mas Bayu-ketiganya dari Kemdikbud, Mbak Eka dari Setkab dan saya sendiri.  Perjalanan diatur oleh sebuah biro perjalanan, sehingga kami tinggal berangkat saja.

Kami terbang menggunakan Korean Air, semacam Garuda-nya Korea Selatan.  Karena sudah beberapa kali saya naik Korean Air, semula saya tidak begitu tertarik untuk memperhatikan ini dan itu.  Yang saya ingat hanya pramugarinya yang biasanya berkulit putih mulus dengan mengenakan pita kaku agak besar berwarna abu-abu dan dibentuk mirip simbul anti aids.  Namun ketika boarding, masuk dari gate menuju pesawat kami disambut oleh petugas berwajah Korea mengenakan batik berwarna toska dan mengucapkan “selamat malam” dengan sedikit membungkuk.  Sederhana tetapi memberikan kesan sangat baik bagi penumpang.

Sebenarnya saya memesan agar dipilihkan tempat di lorong agar kalau ingin pipis malam-malam tidak mengganggu penumpang lain.  Namun, katanya penumpang penuh dan kami check in agak lambat, sehingga saya mendapat nomor kursi 47-A, yang berarti di dekat jendela. Apa boleh buat, ya diterima saja dengan berdo’a mudah-mudahan tidak terasa pipis di tengah malam.  Untuk itu, menjelang naik pesawat sengaja saya pipis di toilet bandara.

Begitu pesawat take off dan sudah stabil serta lampu tanda pemakaian sabuk pengaman dipadamkan, pramugari segera keliling menawarkan minuman (air atau jus jeruk).  Tidak lama lagi dibagikan kacang dan tidak lama lagi makan malam dibagikan.   Normal-normal saja, seperti penerbagan pada umumnya.  Saya tidak makan, karena sebelum boarding sudah makan nasi lamak di Town House restorant.

Saya segera tidur, karena besuk pagi begitu tidak dibandara Incheon akan langsung mulai kunjungan.  Maunya biar paginya badan cukup segar karena sudah tidur cukup. Namun seperti biasanya, saya tidak dapat tidur nyenyak karena sambil duduk.  Nah, saat terbangun itulah saya melihat pramugari keliling melihat penumpang. Begitu tahu saya terjaga, pramugari menawari minum. Hebat, pelayanan baru dan sangat baik.  Bukan karena haus dan dapat minuman, tetapi setahu saya layanan semacam itu hanya dilakukan oleh Singapore Airlaine (SQ).  Sekarang Korean Air juga melakukan.  Perbaikan layanan yang menyenangkan penumpang.

Pukul 03.30an saya terbangun dan sudah tidak ngantuk sehingga mulai menuliskan naskah ini.  Ternyata semalam saya lupa menutup penutup jendela, sehingga ketika langit mulai terang pramugari minta agar penutup jendela diturunkan agar penumpang tidak terbangun.  Meminta menurunkan penutup jendela dengan sopan, sambil menawari minuman.  Tentu saya mau dapat minuman pagi-pagi sambil mengotak-atik laptop.

Jadilah sambil menulis naskah ini, saya menikmati minuman pagi hangat. Sebenarya perut agak lapar, karena tidak makan malam di pesawat.  Ya, terus saja menulis sambil menunggu saatnya diberi sarapan pagi.  Saya kaget, ketika menyadari pesawat mulai menurun dan pilot mengumumkan kalau pesawat decending (menurun) menuju bandara Incheon.  Kok belum diberi sarapan? Apa tidak ada sarapan pagi di Korean Air?   Dan betul, sampai pesawat landing penumpang tidak diberi sarapan, seperti lazimnya penerbangan malam hari.  Sampai menyelesaikan naskah ini, saya tidak mendapat penjelasan mengapa begitu.  Apa aturan sekarang seperti itu ya.

Ketika mendarat, saya langsung bilang ke Mbak Nurul dari travel yang mengurus kami, kalau saya lapar.  Sambil tersenyum beliau bilang, selesai imigrasi kita dapat sarapan.  Ternyata, pengurusan imigrasi cukup lama-hampir 90 menit, sehingga tidak waktu cukup untuk sarapan di restoran.  Akhirnya pihak travel membeli sarapan take away. Jadinya kami makan burger di mobil sambil meluncur ke acara pertama di Incheon National Maritime High School untuk belajar apa yang disebut dengan Meister School.

Tidak ada komentar: