Kamis, 06 Juni 2013

NAIK KERETA CEPAT BEIJING-TIAN JIN HANYA 30 MENIT

Saya sudah lama membaca kalau China mempunyai kereta cepat.  Konon kecepatannya 350 km/jam.  Oleh karena itu saat CCNU mengundang untuk berkunjung ke Wuhan, saya sampaikan keinginan untuk naik kereta tersebut.  Kebetulan rencananya ke Wuhan setelah ikut acara International Confucius Institute Conference di Beijing, bulan Desember 2012.  Namun  tidak jadi, karena bulan Desember 2012 semua pejabat Kemdikbud tidak diijinkan keluar negeri. Oleh karena itu, ketika harus ke Tian Jin saya ingin naik kereta cepat itu, walaupun jarak Beijing-Tian Jin hanya sekitar 140 km.

Kali ini perjalanan ke Tian Jin dari Phnom Penh.  Begitu mendarat di bandara Beijing, kami (saya dengan Pak Ali Mustofa dan Ibu Chen Jing) segera mencari tempat penitipan koper.  Maksudnya agar tidak repot ketika naik kereta cepat ke Tian Jin.  Setelah itu harus naik kereta bawah tanah (subway), karena kereta cepat tidak singgah di airport station. Setelah dua kali pindah kereta subway, eh ternyata keliru.  Kami sampai di Beijing Railway Station.  Pada hal tempat pemberhentian kereta cepat itu di South Station.  Terpaksa kami naik taksi untuk pindah stasiun tersebut.  Lucu juga, tiga orang doktor keliru naik kereta.  Apalagi yang satu orang adalah orang China yang pernah tinggal di Tian Jin.

Terminal kereta cepat ternyata mirip bandara.  Kalau masuk harus lewat security check  dengan  X ray.  Walaupun tidak seketat di bandara, petugas juga menggunakan metal detector.  Di dalam stasiun juga terpampang jadwal kereta pada papan elektronik seperti di bandara.  Bedanya tempat penjualan tiket berada di dalam.  Jadi kita masuk stasiun belum membawa tiket.

Kami dapat kereta yang pukul 20.30 dari Beijing dan informasinya akan sampai di Tian Jin pukul 21.00.  Harga tiket Beijing-Tian Jin 55 yuan atau sekitar 80 ribu rupiah.  Keretanya sangat bagus dan bersih.  Di setiap gerbong ada kamar kecil yang juga bersih.  Di atas pintu gerbong ada papan informasi yang menunjukkan kecepatan kereta, suhu di luar dan sebagainya.  Saya mencermati karena ingin tahu berapa keceparan kereta tertinggi.  Ternyata 291 km/jam.  Jadi belum mencapai kecepatan maksimal yang konon 350 km/jam.

Selama perjalanan Beijing-Tian Jin kereta tidak pernah berhenti dan sampai stasiun Tian Jin tepat pukul 21.00.  Hebat.  Keretanya bagus, cepat dan tepat waktu.  Namun saat besuknya pulang dari Tian Jin ke Beijing dengan kereta yang sama, ternyata pernah sekali berhenti di suatu stasiun yang saya tidak tahu namanya.  Habis menggunakan huruf China, jadi saya tidak dapat membaca.   Akibatnya waktu perjalanan Tian Jin-Beijing menjadi lebih lama.  Kereta berangkat pukul 15.35 dan baru sampai Beijing pukul 16.10.  Jadi beda 5 menit.

Sepanjang perjalaman Tian Jin-Beijing saya merenung dan bertanya kepada diri sendiri, (1) apakah kita bangsa Indonesia belum waktunya punya kereta seperti ini?, (2) apakah para ahli kita di PT INKA Madiun dan yang lain belum mampu membuat kereta semacam ini?

Baik saat naik dari Beijing ke Tian Jin maupun dari Tian Jin ke Beijing, penumpang penuh.  Dari pakaiannya saya menduga penumpang adalah para karyawan atau “orang-orang biasa”.  Artinya bukan turis atau “orang-orang khusus”.   Jadi kereta cepat tersebut dirancang untuk transportasi umum dan bukan untuk kereta turis atau kereta untuk penumpang tertentu.

Saya membayangkan, seandainya ada kereta cepat seperti ini untuk Surabaya-Malang atau Jakarta-Bogor rasanya akan laku.  Jika ada kereta cepat Surabaya-Malang dengan waktu tempuh 25 menit dengan ongkos sekitar 50 ribu rupiah, akan banyak penumpang.  Bayangkan saat ini kalau naik bis Surabaya-Malang perlu waktu 2-3 jam dengan ongkos 25 ribu rupiah.  Jika ada kereta cepat seperti itu untuk Jakarta-Bogor dengan ongkos 40 ribu rupiah, saya yakin akan laris juga.  Kereta Prambanan Ekspres (Pramex) Jogya-Solo pulang pergi juga laris saat ini, konon sampai sopir bis Jogya-Solo protes.  Pada hal waktu tempuhnya 1 jam.

Apakah para insinyur kita mampu membuat kereta cepat seperti di China?  Saya yakin mampu. Bukankah mereka mampu membuat pesawat terbang?  Bukankah akhir-akhir ini banyak orang muda yang unjuk kebolehan dalam berbagai teknologi?  Mobil listrik dengan berbagai modelpun bermunculan.  Sampai Meneg BUMN Dahlan Iskan “kepencut” dengan kemampuan pemuda kita dan bersedia menjadi sponsor untuk inovasinya.


Kalau betul nanti ada kereta cepat Surabaya-Malang dan Jakarta-Bogor, mungkin dapat menjadi solusi beberapa masalah.  Mengurangi arus mobil pribadi, mengurangi polusi, menghemat penggunaan bahan bakar dan sebagainya.  Semoga.

Tidak ada komentar: