Selasa, 18 Oktober 2016

TRAM DAN BUS KOTA DI BREMEN



Sejak datang  saya memutuskan akan menggunakan tram dan bus untuk transportasi selama di Bremen.  Sejak lama tram dan bus di Bremen dikenal baik, bahkan kadang-kadang orang menyebut Bremen adalah sekumpulan desa yang terhubung dengan tram dan bus.  Alasan lain yang juga sangat penting yaitu murah-meriah.  Setelah lebih seminggu menggunakan, saya ingin berbagi cerita tetang angkutan masal itu.  Siapa tahu dapat menjadi gambaran bagi warga Surabaya yang konon akan segera punya tram lisrik.

Secara umum semua lokasi di Bremen terjangkau oleh jalur tram dan atau bus.  Rumah penduduk yang yang terjauh dengan jalur tram dan atau bus, mungkin hanya memerlukan 20 menit jalan kaki untuk mencapai jalur tram terdekat. Tram dan bus menggunakan jalur yang sama.  Artinya ada bus yang jalannya menggunakan jalur tram, walaupun ada jalur bus yang tidak dilewati tram.  Jadi jumlah jalur bus lebih banyak dibanding jalur tram.

Bus dan tram lewat setiap 10 menit sekali dan ada jadwal yang tertulis di setiap halte pemberhentian.  Jadi penumpang dapat mengetahui tram nomor berapa dan atau bus nomer berapa yang lewat dan jam berapa akan berhenti di halte itu.  Dengan demikian penumpang dalam mengatur waktu agar tidak terlalu lama menunggu dan sebaliknya tidak tertinggal tram atau bus yang diinginkan.  Tram dan bus beroperasi sampai jam 22.00.

Untuk pergi ke suatu tempat, sangat mungkin kita harus pindah tram dan atau bus.  Misalnya dari apartmen di Olgastrasse ke kampus ITB Bremen University, saya harus naik tram no 10 dari halte St Jorgenstrasse ke arah Gropelingen, turun di HBF (stasiun sentral) dan ganti tram no 6 jurusan Universitat, turun di halte Universitat Nord.  Melalui internet, kita dapat mengetahui tram atau bus jalur berapa yang lewat suatu tempat dan dimana harus ganti tram atau bus untuk mencapai lokasi yang dituju.  Di situ juga tertulis perkiraan waktu yang diperlukan.  Namun bagi pendatang baru, seperti saya, stasiun sentral (HBF) merupakan lokasi terbaik untu ganti tram atau bus, karena banyak pilihan. Apalagi ketika tram dan bus akan berhenti di HBF, ada pengumuman dalam bahasa Inggris yang mengatakan, di stasiun sentral Anda dapat pindah ke layanan tram atau bus atau ke kereta jarak jauh.

Ketika naik tram atau bus, kita tidak perlu kawatir salah halte karena ada layar kecil yang menunjukkan peta jalur tram atau bus yang dilewati dan halte yang akan sampai dibunderi besar.  Di layar juga tertulis nama halte yang akan datang. Lebih dari itu, ketika tram atau kereta mulai berangkat dari suatu halte akan ada informasi (suara) yang menyebut nama halte berikutnya.  Dengan begitu penumpang dapat siap-siap untuk turun.  Tidak perlu berdiri, karena tidak banyak penumpang dalam satu gerbong, sehingga walaupun tram dan bus hanya sebentar berhenti, kita tidak akan tertinggal.  Mungkin karena setiap 10 menit ada tram atau bus lewat, sehingga orang tida berjubel. Apalagi penumpang tertib turun dan yang akan penumpang baru akan naik jika yang turun sudah habis.

Apakah tram dan bus selalu tepat waktu dan tidak pernah terlambat?  Selama lebih 1 minggu menggunakan, secara umum tram dan bus datang tepat waktu.  Memang pernah terlambat agak lama, seperti yang saya ceritakan ketika saya gagal sholat jum’at.  Namun hanya sekali itu yang saya alami.  Yang lain selalu tepat waktu, kalau toh terlambat paling satu atau dua menit dan itupun jarang.  Di setiap halte juga ada layar yang menunjukkan tram atau bus nomor berapa, jurusan kemana dan kurang berapa menit akan datang.

Yang juga sangat menarik pada setiap tram atau bus (busnya gandeng 2-tramnya gandeng 3), gerbong terdepan ada fasilitas untuk orang yang menggunakan kursi roda.  Jika ada penumpang berkursi roda penumpang lain akan antri di belakangnya.  Ketika itu dari lantai pintu tram atau bus keluar pelat yang menjulur terus ujungnya turun mepet dengan lantau halte.  Setelah kursi roda naik ke atas plat, ujung pelat nekuk ke atas, seperti ingin menahan kalau-kalau kursi roda mundur.

Di dalam tram juga ada tempat duduk yang dikhususnya untuk orang tua atau orang sakit dengan diberi tanda (+), mirip palang merah tetapi warnanya biru.  Kenyataannya banyak orang duduk di kursi itu, namun begitu orangtua naik, yang duduk di kursi itu segera berdiri.  Selama lebih satu minggu saya belum melihat ada orang sakit, sehingga tidak tahu bagaimana caranya.

Yang mungkin cukup merepotkan bagi orang seperi saya, adalah banyak penumpang tram membawa sepeda.  Juga banyak orang naik tram atau bus membawa anjing.  Walaupun anjing di Jerman sepertinya tidak pernah menggonggong dan juga tidak ada yang mulutnya menganga sambil menjulurkan lidah, tetap saja saya risi.

Saya mencoba mengamati sopir tram atau bus.  Ternyata banyak yang wanita. Perkiraan saya sekitar separoh sopir tram atau bus di Bremen wanita.  Mengapa begitu?  Apakah pekerjaan sebagai sopir tram dan bus dianggak tidak berat? Apakah itu bentuk emansipasi?  Jujur saya tidak tahu dan juga belum pernah bertanya kepada teman di Jerman. 

Berapa ongkos naik tram atau bus?  Tram dan bus dianggap sama, sehingga tiketnya juga sama.  Kita dapat membeli tiket sekali jalan, harganya 2, 75 euro. Kita juga dapat membeli tiket satu hari yang dapat digunakan kemana saja selama dalam satu hari.  Harganya 7,75 euro.  Kita juga dapat memberli tiket mingguan seharga 21,70 euro.  Tinggal pilih mana yang lebih efisien.  Saya memilih yang mingguan, karena setiap hari harus pulang balik dan gantu tram 2 kali.

Dengan gambaran seperti di atas itulah yang mungkin menyebabkan banyak “orang kelas menengah” menggunakan tram atau bus untuk bekerja.  Dr. Pekka Kamarainen - peneliti senior di ITB dan menjadi partner penelitian saya – juga menggunakan tram.  Saya juga sering melihat orang naik tram atau bus dengan memakai jas lengkap dengan dasi.

Apakah ada pemeriksaan tiket?  Selama di Jerman, ini yang ke-empat, saya belum pernah tahu ada pemerisaan tiket.  Yang pernah saya alami hanya sekali, di Belanda ketika naik kereta dari Groningen ke Amsterdan bersma Bu Kisyani dan Pak Ketut Budayasa. Yang pasti, ketika membeli tiket mingguan di kios di HBF, saya harus antre karena banyak yang juga membeli.

Tidak ada komentar: