Selasa, 12 Februari 2013

YA AMPUN, KOTORNYA?


Sepanjang  ada penerbangan, kalau keluar negeri saya selalu naik garuda. Kali ini saya naik garuda dari Jakarta ke Amesterdam, untuk acara di Utrecht University, Groningen University dan Nuffic.  Selama ini, Garuda singgah di Dubai tetapi saat pengumuman naik ternyata akan singgah di Abu Dabi.

Saya sangat senang, karena banyak rombongan umrah yang naik garuda.  Bearti “orang Indonesia banyak yang kaya”, karena tiket garuda relatif agak mahal. Saya lihat pakaiannya juga bagus-bagus.  Ternyata mereka berasal dari daerah Bekasi dan sekitarnya.  Logak Betawi juga terasa.  Ada yang mantan lurah.  Orang agak pendek, dengan rambut dipotong pendek pula.

Pesawat berangkat tepat waktu. Tetapi ketika menjelang landing di Abu Dabi diumumkan kalau bandara Abu Dabi ditutup karena kabut tebal dan pesawat dialihkan untuk landing di Muscat di Oman.  Menunggu cuaca Abu Dabi membaik, dan akan segera terbang lagi ke Abu Dabi.

Karena hanya pendaratan sementara maka penumpang tidak boleh turun.  Saya juga tenang-tenang saja. Toh penerbangan Muscat – Abu Dabi hanya 40 menit.   Hampir 3 jam menunggu tidak ada pengumuman.  Pramugari juga belum pernah punya pengalaman.  Menurut mereka, singgah di Abu Dabi juga hal baru bagi mereka. 

Ketika hampir empat jam menunggu, diumumkan agar penumpang siap-siap karena pesawat akan segera berangkat.  Namun setelah semua siap, termasuk pramugari sudah duduk ditempatnya, pesawat juga tidak bergerak.  Baru setelah agak lama, diumumkan bahwa ada kabar lagi bahwa bandara Abu Dabi belum mengijinkan dan kami harus menunggu. 

Ya, kami harus menunggu lagi.  Waktu setempat sudah jam 7an berarti sudah jam 10 di Surabaya, jadi perut sudah mulai lapar.  Sepertinya pramugari juga mengerti, “sisa makanan” yang ada dibagikan.  Walaupun hanya sepotong roti kecil ditabah teh panas, lumayan untuk menganjal perut.

Untung salah seorang penumpang peserta umrah yang konon mantan lurah, sangat lucu.  Dia terus “ngebanyol” dengan logat betawi yang kental menggoda teman atau siapa saja yang lewat di dekatnya. Termasuk ketika ada “bule” jangkung yang keluar toilet “diganggu”, karena dia hanya “di bawah ketiak” si bule.

Sekitar jam dua belas waktu setempat atau jam 3 sore waktu Surabaya, akhirnya pesawat take off dan betul hanya perlu 40 menit untuk sampai di Abu Dabi.   Rombongan jamaah umrah pada turun.  Juga ada beberapa penumpang lain yang juga turun, sehingga pesawat menjadi sangat kosong.  Semula saya mengira, penumpang transit seperti saya boleh turun.  Lumayan untuk cari makan.  Tetapi ternyata tidak boleh.  Kata pramugari biar quick handling, karena sudah terlambah lebih 6 jam.  Jadilah kami di dalam pesawat, saat petugas kebersihan masuk.

Ya ampun, saya baru sadar betapa kotornya lantai pesawat.  Banyak cuwilan roti, botol minuman kosong, bahkan plastik-plastik bekas makanan berserakan. Sepertinya ada penumpang yg membawa makanan saat naik pesawat.  Diam-diam, saya membandingkan lokasi di bawah kursi suadara-saudara rombongan umrah dan penumpang lainnya.   Ternyata berbeda cukup mencolok.

Mengapa ya?  Di dalam pesawat, disamping para bule yang beberapa baru pulang berlibur di Indonesia, juga banya orang Indonesia.  Kami ber-tujuh, tiga dari Unesa dan empat dari Unsri. Juga ada beberapa mahasiswa yang sedang S3 di Eropa.

Saya jadi teringat dialog ibu sepuh dengan teman di sebelahnya.  Ibu sepuh bercerita, sudah berumur 90 tahun, tidak pernah bersekolah.  Sekolahnya ya “nandur dan nyangkul” di sawah.  Memang dari tutur katanya, sebagian rombongan umrah adalah bapak/ibu sepuh yang mungkin tidak terlalu tinggi pendidikannya.  Namun yang pasti, ada mantan lurah yang lucu itu.

Bukankah kebersihan sebagian dari iman.  Mungkinkan ini fenomena yang sering diungkap oleh Prof Roem Rowi, bahwa keberagamaan kita belum merasuk dalam taraf kehidupan keseharian.  Keberagamaan kita masih bekutat pasa kesalehan individual dan belum kepada kesalehan sosial.  Mungkinkah karena faktor pendidikan? Semoga dengan meningkatnya pendidikan masyarakat dan meningkatnya pemahaman keagamaan, fenomena tersebut pada saatnya tidak a

Tidak ada komentar: