Selasa, 22 Desember 2015

HUSAIN TERLALU SEMANGAT NAMBAH PENERBANGAN



Tanggal 19 saya diundang untuk menyampaikan pemikiran pengembangan guru SMA dan SMK di Bandung.  Karena acaranya pagi, dan tanggal 19 malam saya punya acara di Surabaya, maka saya berangkat tanggal 18 sore dan balik ke Surabaya tanggal 19 sore juga. Kabar yang menggembirakan, sekarang penerbangan Surabaya-Bandung dua kali sehari.   Dari Surabaya pukul 11.30an dan 17.50an. Bari Bandung, pukul 13.20an dan jam 15.20an.

Keberangkatan dari Suabaya ke Bandung berjalan lancar.  Berangkat dari Surabaya pukul 17.55 sampai di hotel Panghegar, tempat penyelenggaraan seminar, sekitar pukul 20.00.  Cukup lancar, karena seperti biasa antrean take off cukup lama.  Demikian juga taksi dari bandara Husain ke hotel cukup lama, karena jalanan macet.

Tanggal 19 saya kebagian menyampaikan makalah pukul 09.00 sehingga pukul 10.00 sudah selesai.  Namun saya ingin mendengarkan paparan teman dari Kadin yang dapat giliran sesudah saya.  Setelah makan siang, sekitar pukul 13.20 saya segera siap-siap ke bandara, dengan harapan dapat sampai bandara lebih awal sehingga dapat istirahat di lounge.

Saya sudah tahu kalau lalu lintas macet.  Namun saya kaget ketika justru di depat bandara yang sangat macet.  Pada hal itu hanya jalan kecil, jalan dalam kompleks permahan AURI, sehingga hanya kendaraan ke bandara yang ada.  Kalau toh ada satu-dua kendaraan lain, adalah kendaraan warga setempat.  Pukul 14.310 saya baru sampai bandara, sehingga hotel Panghegar-bandara Husain perlu waktu 50 menit.  Bukan main.

Begitu masuk bandara saya lebih kaget.  Antrean masuk untuk melewati X-ray sangat panjang.  Aga empat baris, dengan masing-masing sekita 15 meter.  Bukan main.  Alat X-ray hanya dua buah, dengan pintu yang sempit sementara yang akan masuk sangat banyak.  Begitu masuk ke ruang dalam untuk check-in ternyata orang juga berjubel.  Untunglah saya naik Garuda, sehingga seperti biasanya antrean check-in tidak banyak.

Ketika akan masuk ruang tunggu di lantai dua, justru lebih ngeri.  Antrean dua baris dengan panjang sekitar 20 meter.  Pada hal tangga naik sangat sempit.  Jadi wajar kalai majunya antrean sangat-sangat lambat.  Saya membayangkan bagaimana kalau sampai waktu boarding tiba ternyata belum bisa masuk ke ruang tunggu.  Betul, sampai ada pengumuman Garuda Surabaya boarding, saya masih antre sekitar 10 meter.  Untunglah petugas mengumumkan siapa yang Garuda Surabaya agar masuk duluan.  Kami, sekitar 10 orang terpasa “menyalip” antrean dan dengan suyah payah melewati X-ray.

Begitu dapat melewati X-ray dan masuk ruan tunggu, ya ampun orang berjubel bukan main.  Berdiripun sangat mepet-mepet, melebihi pasar malam yang ada orkes dangdut.  Meskipun ber-AC dan Bandung, banyak orang yang kipas-kipas karena kepanasan.  Ketika diumumkan Garuda Surabaya las call, terpaksa petugas mencarikan jalan penumpang agar dapat menuju ke pintu keluar.   Sambil keluar saya sempat menggerutu kepada petugas, “bandara kok seperti pasar malam”.

Begitu masuk ke pesawat dan duduk di kursi no. 22-C, saya berpikir bagaimana bisa terjadi keadaan bandara seperti itu.  Dugaan saya keadaan itu belum lama terjadi.  Seingat saya, dua bulan lalu saya juga punya acara ke Bandung dan bahkan sempat menginap dua malam.  Pulangnya juga ke Surabaya, bersama dengan teman dari Australia, Lynne Hill.  Sekali lagi, mengapa keadaan itu terjadi?  Mengapa terjadi perubahan yang cepat?

Berdasarkan data bahwa penerbangan Surabaya-Bandung yang semula satu kali sekarang menjadi dua kali.  Banyaknya penerangan Bandung-Malaysia yang konon terus tambah.  Berjubelnya penumpang baik di lantai satu, tempat check ini dan di ruang tunggu pada lantai dua.  Saya jadi berpikir apakah jumlah penerbangan di bandara Husain Bandung bertambah banyak, sehingga fasilitas tidak mampu menampung?   Apakah penambahan penerbangan itu tidak memperhitungkan kapasitas bandara?

Tentu saya tidak mampu menjawab.  Yang saya takutkan adalah keinginan untuk menambah pendapatkan terlalu tinggi, sehingga kurang memperhatikan kapasitas yang ada. Mudah-mudahan itu hanya dugaan yang tergesa-gesa dan keadaannya tidak seperti itu. Saya mengajak semua pihak merenungkan itu.  Jangan sampai keinginan menambah pundi-pundi justru kontra produktif, karena menurunkan kepuasan pelanggan. Semoga.

Tidak ada komentar: