Jumat, 25 Desember 2015

JENANG ATAU JENENG



Walaupun saya berasal dari suku Jawa dan sampai usia 19an tahun tinggal di pedesaan, tetapi baru mengenal pepatah Jawa “JENANG OPO JENENG” itu beberapa waktu lalu.  Itupun tidak langsung faham, karena kebetulan yang menyampaikan seorang teman dari Yogyakarta.  Menurut teman tadi “jenang” adalah jenis makanan dan dalam pepatah itu dimaknai uang atau harta.  “Jeneng” adalah istilah Jawa yang artinya “nama” yang dalam pepatah itu dimaknai “dikenal” atau “dihargai”.  Jadi pepatah “jenang opo jeneng” maknanya, kita harus memilih ingin mendapatkan uang atau penghargaan.  Teman dari Jogyakarta tadi memberikan nasehat, jangan tergesa-gesa mencari harta, sebaliknya carilah penghargaan atau nama dan dengan nama yang baik, kita akan mudah mendapatkan harta.

Di Surabaya sebenarnya ada pepatah yang mirip itu, yaitu “poin atau koin”. “Poin” bermakna mirip dengan “jeneng” dan “koin” bermakna mirip dengan “jenang”.  Jadi kalau teman dari Jogya menasehatkan carilah jeneng dulu dan jangan buru-buru mencari jenang, orang Surabaya dapat mengatakan, carilah poin dulu dan jangan buru-buru mencari koin.  Namun orang Surabaya biasanya lebih sering menggunakannya dengan urutan “kalau tidak dapat koin paling tidak dapat poin, syukur kalau dapat keduanya”.

Secara pribadi saya lebih sependapat dengan nasehat teman dari Jogyakarta.  Bahkan saya berpendapat, jika anak muda punya keahlian dan mau bekerja keras dengan komitmen baik, maka yang bersangkutan akan mendapatkan nama baik.  Dengan nama baik itu, yang bersangkutan akan dicari orang yang tentu mendapatkan imbalan yang layak.  Jadi dengan nama baik atau jeneng, secara tidak langsung yang bersangkutan akan mendapatkan jenang atau koin.

Walaupun tampak sederhana, menurut saya pepatah Jawa itu kini sangat relevan.  Saya melijat sekarang ini banyak anak muda yang inginnya seba instan.  Inginnya begitu mulai bekerja mendapatkan gaji besar dan faslitas bagus.  Begitu mulai usaha, banyak anak muda inginnya langsung sukses.  Apakah itu hanya pengamatan saya yang mungkin terbawa oleh pengalaman pribadi yang saat muda harus berjuang keras, saya kurang faham.  Apakah itu hanya pendapat orang berusia tua seperti saya ini, saya juga kurang faham.  Apakah itu gejala umum pada generasi muda atau yang kebetulan yang saya amati, saya juga kurang faham.  Tetapi itulah yang saya rasakan.  Jika menggunakan nasehat teman Jogya itu, sepertinya banyak anak muda yang keburu mencari “jenang” dan tidak sabar untuk mendapatkan “jeneng” lebih dahulu.

Apakah itu terbawa oleh situasi yang juga serba instan, saya juga kurang faham.  Seorang teman muda mengatakan sekarang jaman serba cepat.  Kalau bisa didapat sekarang mengapa harus besuk.  Kalau tidak diambil sekarang, kapan lagi ada kesempatan. Masa untuk kaya harus menunggu tua, nanti keburu tidak dapat menikmati.  Dan masih banyak lagi argumen sejenis itu yang pernah saya dengar.

Yang mungkin dapat saya ajukan adalah “jika kita mampu bekerja dengan baik, nanti orang akan mencari kita”.  Maksudnya jika orang mengetahui bahwa kita punya keahlian dan mampu menerapkan keahlian itu dengan baik, orang akan mendatangi kita untuk mengerjakan sesuatu.  Jika kita mempunyai usaha dan perusahaan kita dikenal baik, nanti orang akan mendatangi perusahaan kita.  Nasehat itu yang sering saya sampaikan kepada anak-anak dan teman muda.  Bukankah itu mirip dengan “carilah jeneng lebih dahulu dan jika sudah kita punyai, jenang akan datang dengan sendirinya”.  Semoga.

Tidak ada komentar: