Rabu, 05 Agustus 2015

MOS DAN OSPEK, APA YANG SALAH?



Saya tidak ingat kapan mulai ada MOS (masa orientasi studi) di SMP/MTs dan SMA/SMK/MA.  Seingat saya itu belum terlalu lama, karena baru anak saya yang ketiga yang ada MOS ketika masuk SMA, sedangkankan anak saya yang pertama dan kedua belum ada MOS.  Saya tidak tahu bagaimana awalnya.  Saya juga tidak tahu persis bagaimana pelaksanaannya.  Saat saya menjadi guru belum ada MOS.  Siswa baru masuk begitu saja.  Paling-paling ada upacara bendera dan diteruskan masuk ke kelas masing-masing dan mendapat pengarahan dari wali kelasnya.

Kalau OSPEK rasanya sudah ada sejak dulu kala.  Saya yang masuk kuliah tahun 1970 sudah ada dan menurut para senior waktu itu, mereka juga sudah mengalaminya.  Dulu namanya MAPRAM, singkatan dari masa pra bakti mahasiswa.  Terus diganti dengan MAPERMA, singkatan dari masa perkenalan mahasiswa.  Terus berganti-ganti dan sekarang disebut OSPEK. Namanya boleh berganti, tetapi isinya tidak jauh berbeda.

Tentu saja saya pernah mengikuti MAPRAM dan pernah menjadi Wakil Ketua Panitia MAPERMA ketika sudah menjadi senior.  Oleh karena itu ijinkan saya berbagi pengalaman, baik ketika menjadi peserta, menjadi senior, menjadi panitia dan bahkan menjadi ketua organisasi kemahasiswaan intra kampus yang menjadi penanggung jawab kegiatan MAPRAM dan menjadi rektor yang otomatis menjadi penanggungjawab kampus termasuk OSPEK.

Ketika tahun 1970 saya ikut MAPRAM, seingat saya isinya banyak berupa perploncoan.  Kami, peserta digojlok yang konon untuk menguatkan mental. Semua yang kami lakukan dianggap salah dan memang aturannya yang tidak jelas. Misalnya pagi harus berkumpul jam 05 waktu Kayoon.  Lha waktu Kayoon itu yang tidak jelas, jam berapapun kami datang dianggap terlambat diukur dari waktu Kayoon.  Kata senior dimarahi, digertak dan sebagainya itu untuk menguatkan mental.

Pada saat itu, setiap peserta dibei buku perkenalan dan dengan buku itu setiap peserta harus mencari sekian tanda tangan pimpian univesitas, dosen dan mahasiswa senior sebagai bukti sudah berkenalan.  Kalau dengan pimpinan universitas dan dosen biasanya mulus-mulus saja, tetapi kalau dengan mahasiswa senior, biasanya peserta diminta ini dan itu yang kadang-kadang aneh-aneh.  Biasanya peserta mencari tanda tangan secara kelompok, untuk mengurangi rasa takut dan lain-lain.

Walupun tetap ada nuasa perploncoan, jujur saya ingin mengatakan ada banyak perubahan dari MAPRAM ke OSPEK saat ini.  Jika di masa lalu hampir semua kegiatan ditangani mahasiswa dan BEM Universitas (dahulu namanya Dewan Mahasiswa) sebagai penanggung jawab, sekarang penanggung jawa biasanya Pembantu Rektor/Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan.   Pengamatan saya dalam OSPEK, nuansa perploncoan tetap ada tetapi jauh lebih kecil dibanding di waktu lalu.

Seingat saya kasus-kasus “kecelakaan” dalam MAPERM/MAPERMA/OSPEK sudah terjadi berkali-kali.  Seingat sata pada tahun 1980an di ITS pernah terjadi mahasiwa terkena atau dikenai cairan kimia dalam MAPERMA, menjadi berita yang heboh.  Depdikbud saat itu mengambil langkah agar program ditiadakan.  Saya tidak tahu secara detail, tetapi seingat saya waktulah nama MAPERMA diubah menjadi OSPEK yang penanggung jawabnya bukan organisasi kemahasiswaan tetapi pimpinan universitas dan isinya harus bersifat edukatif.

Ketika menjadi rektor, saya melihat ada kegiatan OSPEK pada hal OSPEK belum dimulai.  Kegiatan itu dilaksanakan di halaman seberang kantor rektorat, sehingga pada saat itu juga saya memanggil PR-3 untuk minta informasi.  Ternyata itu kegiatan PRA-OSPEK yang dilaksanakan oleh BEM Fakultas dan diluar kendali PR3, Dekan maupun PD3.   Sangat menarik, ternyata adik-adik BEM itu mampu mengumpulkan mahasiswa tanpa melalui jalur formal. Dan konon itu sudah berjalan setiap tahun.

Di akhir OSPEK, banyak jurusan/fakultas melakukan cam di luar kampus.  Kami, pimpinan universitas dan fakultas sulit untuk menyetujui, karena takut kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.  Karena apa?  Karena tempatnya di luar kampus dan menginap, sehingga sulit kontrolnya.  Namun kegiatan seperti tetap berjalan, seperti kegiatan PRA-OSPEK.  Akhrinya, terpaksa kami menugaskan dosen untu mengawal, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi menurut informas dalam kegiatan seperti itu ada alumni yang ikut hadir yang kadang-kadang ikut melakukan perploncoan.

Saya pernah bertanya kepada beberapa mahasiswa apakah memang mendapat manfaat dengan ikut OSPEK.  Umumnya ada manfaatnya tetapi tidak terlalu banyak.  Dari aspek edukasi umumnya mereka mengatakan melalui OSPEK mereka tahu siapa pimpinan universitas/fakultas/jurusan dan cara-cara melakukan program perkuliahan.  Untuk non akademik, umumnya mereka mengatakan melalui OSPEK mereka dapat mengenal satu sama lain, khususnya dengan teman di luar jurusannya.

Apakah ada yang dirasa kurang tepat?  Ternyata banyak, misalnya tugas-tugas yang sangat berat dan tidak ada kaitannya dengan perkuliahan.  Juga kebiasaan senior membentak peserta dan peserta harus mengeluarkan biaya untuk kegiatan ini dan itu yang tidak diduga sebelumnya.

Yang menarik, ketika saya bertanya apakah OSPEK harus dihentikan atau diteruskan, hampir semua peserta menjawab, sebaiknya OSPEK tetap dilaksanakan, tetapi hal-hal yang memberratkan peserta seharusnya dihilangkan.  Ternyata yang dimaksudkan memberatkan terutama pengeluaran ekstra.  Kalau soal dibentak-bentak menurut mereka tidak terlalu memberatkan.

Berangkat dari uraian di atas, jika saya ditanya apakah OSPEK dihentikan atau diteruskan, saya menjawab sebaiknya diteruskan.  Bagi mahasiswa senior, OSPEK juga merupakan wahana latihan manajemen dan kepemimpinan yang baik.  Baik mahasiswa baru OSPEK tetap memberikan manfaat seperti yang disampaikan kepada saya oleh mereka sendiri.  Namun tentu secara menerus kta harus melakukan penyempurnaan OSPEK.  Beberapa yang perlu dilakukan?  Pertama, muatan pengenalan belajar di universitas perlu lebih ditekankan.  Cara melakukan kartu rencana studi, mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, belajar di perpustakaan dan sebagainya. Kegiatan ini perlu mendapat penekanan, sehingga begitu perkuliahan dimulai, mahasiswa baru sudah faham dan lancar melakukannya.

Kedua, kegiatan OSPEK dapat lebih diarahkan penguatan kebersamaan dan kreativitas.  Kegiatan semacam out bond dan problem solving menjadi kegiatan yang sangat bermanfaat.  Penguatan kepribadian, karakter dan rasa kebangsaan juga dapat dikembangkan  Seingat saya, beberapa tahun lalu OSPEK juga dikaitkan dengan penataran P4.

Tidak ada komentar: