Rabu, 26 Agustus 2015

WAJAHKU BUKAN TAMPANG PENYELUNDUP?



Saya dengan isteri tiba di bandara Edinbrugh sekitar pukul 10.30an.   Walaupun merupakan ibu kota Scotland tetapi kota Edinbrugh bukanlah kota yang sangat besar.  Bandara Edinbrugh juga tidak besar, mungkin sedikit lebih kecil dari bandara Juanda Surabaya.  Kondisi bandara juga tampak sederhana tetapi rapi dan bersih.  Petugas juga tidak banyak dan sangat ramah. Kesan angker sama sekali tidak terasa.

Edinbrugh memang kota wisata budaya, mirip Yogyakarta.  Apalagi ini bulan Agustus, sehingga sangat banyak festival dan tentu saja banyak sekali turis dari berbagai negara.  Di pesawat Turkish yang saya tumpangi, sebagian besar juga turis.  Orang yang duduk di sebelah saya sangat mungkin orang Turki yang tinggal di Edinbrugh.  Dia membaca buku berbahasa Turki tetapi tampak tidak sedang melancong. Ketika saya membuka-buka paspor, dia melihat kalau paspor saya dua bundel dan banyak stempel visa.  Dia bertanya: “you travel alot, are you going to see festival?”  Saya jawab: “no, I am visiting my daughter.”

Turun dari pesawat dan masuk ke bandara, penumpang melalui lorong panjang dan langsung diarahkan ke gate check imigrasi.  Seperti biasanya loket dibagi dua, loket-loket untuk penunmpang berpaspor EU (Europian Union) dan lainnya. Sungguh mengagetkan, proporsinya hampir sama.  Berarti separoh dari dari penumpang orang dari luar Uni Eropa. Jadi benar kalau sebagian besar turis yang ingin melihat festival tahunan yang memang sangat terkenal.

Tentu pemeriksaan paspor EU lebih cepat, sehingga ketika sudah habis, loket yang semua untuk pemeriksaan paspor EU dialihkan untuk paspor non EU.  Saya termasuk yang terkena pengalihan itu.  Ada petugas masih muda yang masih muda yang mengaturnya. Ketika saya bilang we travel together, dia menyilahkan saya dengan isteri maju bersama menuju loket. Nah, petugas imigrasi sepertinya melihat wajah Asia kami, sehingga bertanya: “how long will you be in Edinbrugh?”. Saya jawab: “two weeks”. Dia nyambung lagi: “to see festival?”. Saja jawab lagi: “no, visiting my daughter”.  “she marry to scotish”.  Dia ketawa dan berseloroh “he wear kill”. “have a nice trip and don’t forget to see festival”.  Saya akhirnya menjawab: “I hope so”. “thank you so much”. Pemeriksaan imigrasi sangat cepat, ramah dan bahkan disertai dengan sedikit kelakar.

Selesai urusan imigrasi, berikutnya ngambil bagasi dan pemeriksaan bea cukai.  Walaupun penumpang cukup banyak, karena ada beberapa pesawat, tetapi pengambilan teratur.  Tidak ada yang terlalu maju mendepat ban berjalan.  Kopernya banyak yang besar-besar, sehingga banyak yang mengambil troli.  Ketika koper saya muncul, ternyata yang kecil penariknya rusak.  Memang koper lama, mungkin waktu naik turus pesawat kecantol apa sehingga rusak.  Toh masih ada untuk mengangkat jadi tidak ada masalah.

Koper yang rusak itu isinya penuh dengan makanan pesanan si sulung, antara lain kripik tempe, sale pisang kesukaan menantu, trasi, sambel pecel, sambil bu rudi, sambil terasi, sambel goreng teri kacang, kering tempe, kemiri dan sebagainya.  Tentu harus di declare, karena termasuk barang yang mungkin berisiko.  Oleh karena itu, begitu koper sudah ketemu dan sudah ditumpangkan ke troli berikutnya mencari jalur untuk declare.  Saya lihat ada panah petunjuk, panah berwarna hijau dengan tulisan no declare ke arah lurus, sedangkan panah merah dengan tulisan declare  mengarah ke kiri.  Sayapun mendorong troli sesuai dengan arah itu.  Di depan jendela, saya bilang: “I want to declare my luggage”.  Saya agak kaget, petugasnya menjawab “you can go that way”.

Saya berjalan mengikuti pentunjuknya dan didepan saya ada penumpang yang sedang membuka-buka kopernya disaksikan oleh petugas.  Sayapun mengantre.  Beberapa detik datang petugas perempuan dan bertanya “do yo bring something to declare?”.  Isteri saya yang menjawab: “yes we bring dried fried banana (maksdunya sale pisang), nodle, ....”.  Belum selesai isteri saya menjelaskan, petugas itu berkata: “you may go, it’s ok”.  Saya segera mendorong troli keluar dan itu berarti urusan selesai.

Rasanya sudah berkali-kali saya mengalami hal mirip itu.  Saat ke Australia beberapa tahun lalu dan saya ingin me-declare bagasi, petugasnya bilang: “ok, you may go”.  Juga ketika ke Belanda dan men-declare barang, petugasnya bilang: “oh, Indonesian typical always bring food. Ok you can go”.

Mungkin wajah saya tidak termasuk wajah mencurigakan ya.  Atau mungin karena saya selalu men-declare barang yang saya bawa, justru petugas tidak curiga.  Atau karena saya sudah tua dengan rambut putih, sehingga petugas yakin saya tidak mungkin berbuat aneh-aneh?      

Tidak ada komentar: