Senin, 16 September 2013

BELAJAR LAYANAN PESAWAT DI BOSTON

Seperti saya ceritakan yang lalu, koper saya terselip di penerbangan dari Chicago ke Boston.  Sebenarnya koper sudah diatur oleh penerbangan sampai Boston.  Pada resi yang saya terima bersama boarding pass juga tertulis Boston.  Namun sesuai dengan aturan di Amerika Serikat, saat di Chicago koper haris diambil untuk clearance.  Penerbangan internasionalnya Jakarta-Chicago, sedangkan Chicago-Boston adalah penerbangan domestik.

Setelah clearance, koper saya masukan kembali ke drop bag.  Namun sampai di bandara Boston tidak saya temukan di tempat pengambilan bagasi.  Setelah saya urus di bagian loss and found, dapat jawaban kalau koper saya terdeteksi di bandara Chicago dan ikut penerbangan berikutnya.  Jadi baru sampai Boston sekitar pikul 22 waktu Boston.  Dijanjikan akan diantar ke hotel besuk pagi (Minggu) sekitar jam 10.  Saya mengajukan usul agar dikirim lebih pagi karena Minggu pagi sudah ada acara.  Petugas di bandata tidak berani menjanjikan dan hanya mengatakan akan “give a note to the morning officer”.

Walaupun percaya pada penjelasan petugas tadi, namun saya sedikit kawatir karena dalam koper tersebut ada baju, jas dan kelengkapan yang akan saya pakai selama acara di Boston dan Washington.  Untungnya saya memasukkan dua baju batik dan satu celana panjang dalam koper jinjing, sehingga dapat saya kenakan pada Minggu pagi.

Akhirnya pada acara Briefing Minggu pagi saya mengenakan baju baik dan jaket.  Agak kikuk juga karena jaketnya akan sangat casual.  Namun tetap saya kenakan karena ruangan tempat acara sangat dingin.  Mungkin itu kebiasaan orang Amerika yang mengeset suhu ruangan sekitar 17 derajat.

Ketika acara akan dimulai, Sabeen Faizullah, salah satu staf EDC mengatakan kalau koper saya sudah sampai dan sudah diantarkan ke kamar.  Katanya koper diantar oleh staf penerbangan pukul 05.30.  Kaget juga mendengar informasi itu.  Segera saya cek, ternyata koper belum ada di kamar.  Saya tanyakan ke front office, ternyata koper saya sedang didorong oleh petugas hotel .

Sambil berjalan menuju ruang acara saya merenung, begitu bagus layanan maskai penerbangan di Amerika.  Ketika saya menanyakan koper saya yang “terselip”, petugas dapat mengetahui bahwa koper saya terdeteksi di bandara Chicago dan dapat memastikan akan ikut penerbangan yang sampai Boston pukul 22.  Yang lebih mengesankan walaupun tidak berjanji, ternyata petugas penerbangan dapat mengantar koper saya pukul 05.30 sudah sampai hotel. 

Pertanyaan yang berputar di benak saya adalah “bagaimana layanan seperti itu dapat terlaksana”.   Tanpa bermaksud menjelekkan tanah air, saya juga pernah mengalami ketlisut koper saat penerbangan dari NTB ke Surabaya.  Saat ini saya naik Merpati dan koper saya ketlisut.  Akhirnya memang  koper saya kembali, namun mengurusnya cukup ruwet dan petugas sepertinya tidak tahu dimana koper saya berada.
Apakah sistemnya begitu bagus, sehingga dengan mudah petugas dapat mengecek dimana koper yang hilang?  Apakah begitu bagus tanggung jawab petugas, sehingga petugas begitu sungguh-sungguh mencari koper saya?  Apakah begitu bagus aturan layanan sehingga petugas mengantar koper saya pada pukul 05.30, walaupun jam kerja mereka mulai pukul 09.00.  Apakah begitu bagus?  Apakah begitu bagus?

Bukankah orang Amerika terkesan sangat indivualistik?  Bukankah orang Amerika tidak mau bekerja di luar jam kerjanya?  Bukankah orang Amerika masih tidur pada jam 05.30?  Bukankah?  Bukankah?

Kita dapat belajar dari layanan dari kasus tersebut.  Mungkin kajian menarik bagi mereka yang menekui psikologi kerja.  Mungkin juga menarik bagi yang menekuni bidang psikologi sosial.  Mungkin menarik bagi yang menekuni manajemen perhubungan atau manajemen pariwisata. Mungkin juga menarik bagi yang menekuni pendidikan, khususnya pendidikan karakter. Semoga. 

Tidak ada komentar: