Kamis, 19 September 2013

PELAJARAN DARI NATICK HIGH SCHOOL

Natick High School (NHS) adalah SMA Negeri di Natick suatu daerah pinggiran kota Boston Massachusetts.  Saya sangat senang mendapatkan kesempatan berkunjung ke NHS, karena merupakan sekolah model di Boston.  Gedungnya sangat megah dan baru dua tahun selesai dibangun.   Sarananya sangat lengkap dan beorientasi kepada teknologi maju, sehingga didukung dengan lab robotik , lab komputer, lab sains, juga perpustakaan yang lengkap.  

Sekolah juga memiliki lapangan olahraga indoor yang sangat megah, dengan trak lari, lapangan untuk basket, baseball  dan alat-alat gym yang lengkap.  Di luar gedung terdapat empat buah lapangan tenis yang sangat bagus.  Saya tidak ingin menguraikan apa-apa yang terkait dengan sarana, karena “terlalu hebat” untuk ditiru. Bagi yang tertarik dapat melacak keterangan lebih lanjut tentang NHS di www.natickps.org.Yang saya bagi pengalaman adalah hal-hal yang terkait dengan layanan dan pembelajaran.

Karena sekolah negeri, maka pada dasarnya NHS bebas biaya.  Artinya siswa tidak perlu membayar.  Semua ditanggung pemerintah yang tentunya berasal dari pajak.  Juga ada dukungan dari masyarakat secara sukarela.  NHS juga tidak boleh menolak jika ada anak yang tinggal di Natick yang mendaftar.  Termasuk anak-anak orang “luar” tetapi tinggal di Natick, misalnya mahasiswa S3 dari luar negeri yang tinggal di Natick.  Namun, jika orang tua si anak tinggal di luar Natick, maka harus melamar dan membayar.  Bayarnyapun sangat mahal.  Infomasi yang saya dapat siswa internasional (dari luar Amerika Serikat) harus membayar 37.000 dolar (setara dengan 370 juta rupiah?) per tahun.

Di samping membayar siswa dari luar Natick, baik luar daerah Natick maupun luar Amerika Serikat juga harus mengikuti serangkaian seleksi.  Informasi yang saya terima, seleksi sangat ketat dan baru akan diterima kalau calon siswa memang memiliki potensi yang hebat.  Misalnya Natick menerima siswa dari China, karena dia pianis yang hebat. Juga ada siswa dari luar Natick yang kemampuan hebat dalam robotik.  Kesan saya, NHS menerima siswa dari luar untuk mendongkrak prestasi sekolah.

Ketika berkeliling melihat proses belajar mengajar di kelas saya menjumpai hal-hal yang sangat menarik. Seperti umumnya pola pembelajaran di sekolah-sekolah di Amerika, aktivitas guru lebih banyak “memancing” siswa untuk berpikir dan mencari jawaban dari soal atau pertanyaan atau fenomena yang diajukan guru.  Jarang sekali guru memberikan informasi secara langsung. Guru mengajukan suatu kejadian atau fenomena dan meminta siswa mencari jawaban atau penjelasan mengapa itu terjadi. 

Menurut saya itulah yang sebenarnya disebut dengan keterampilan proses yang di Indonesia sudah disebut sejak Kurikulum 1975, tetapi belum terlaksana dengan baik.  Yang dipentingkan bukan produk (misalnya siswa faham tentang suatu konsep), tetapi siswa terlatih bagaimana “menemukan” konsep tersebut.   Prof Mohamad Nur (guru besar emeritus Unesa) sering menyebut siswa belajar seperti ilmuwan bekerja atau ketika ilmuwan menemukan suatu konsep atau teori.

Dalam kurikulum NHS ada matapelajaran yang diberi kode AP yang artinya Advance Program (program lanjutan).  Saya mendapatkan contoh tes matematika untuk anak K-12 (setingkat dengan SMA Kelas 12) yang termasuk matapelajaran dengan kode AP.  Saya sungguh kaget, karena mirip apa yang dipelajari oleh mahasiswa Teknik akhir sementer satu atau bahkan semester dua.  Memang pelajaran itu hanya diikuti oleh siswa yang memang berminat, tetapi levelnya sungguh cukup tinggi.

Ketika Kurikulum 2013 ada program peminatan, saya pikir model AP yang diterapkan di NHS dapat menjadi salah satu bahan banding.  Agar kita tahu apa plus-minusnya dan apa konskwensi yang ditanggung sekolah yang menerapkan.  Misalnya, saya menduga anak pandai akan tertarik mengambil jalur peminatan.  Konskwensinya dia akan menghabiskan banyak waktu pada matapelajaran itu (karena disenangi) dan mungkin “agak melupakan” matapelajaran lain.

Yang juga sangat menarik adalah NHS punya pembinaan profesional guru yang disebut PLC (Professional Learning Community).  Miri KKG atau MGMP di Indonesia, tetapi levelnya sekolah.  Di samping itu NHS punya guru yang ditunjuk sebagai master teacher.  Tugasnya memantau tugas guru lain dan membibing guru se mata pelajaran dalam melaksanaan PLC.  Setiap hari, guru mapel sejenis atau serumpun bertemu selama 45 menit untuk membahas pengalaman mengajar hari itu.  Hasilnya direkan sebagai bagian dari portofolio guru.

Sungguh menarik, kita “meninggalkan” KKG dan MGMP, tetapi NHS justru melaksanakannya secara konsisten.  Dan menurut para guru manfaatnya sangat baik.  Sebuah pelajaran menarik. Saat ini para guru mendapat tunjangan profesi. Konon nanti akan ada Evaluasi Kinerja Guru dan guru yang tidak bagus kinerjanya akan dihentikan tunjanan profesinya.  MGMP/KKG/PLC mungkin dapat dijadikan wahana pembinaan guru dan dijalankan secara konsisten.

Karena sekarang jaman teknologi cyber, mungkin ketika guru melaksanakan PLC/KKG/MGMP dapat mengundang pakar yang diperlukan untuk membantu.  Tentu tidak setiap pertemuan.  Juga tidak harus dalam bentuk tatap muka. Dapat saja dilakukan melalui teleconference atau dengan fasilitas internet yang tersedia.  Semoga.

Tidak ada komentar: