Jumat, 20 September 2013

MIT AHLI DALAM TEKOLOGI PEMBELAJARAN?

Sudah lama saya ingin berkunjung ke MIT, khususnya ke Sloan School of Management.  Mungkin saya terobsesi untuk menyaksikan seperti apa tempat kerja Peter Senge, pengarang buku The Fifth dan School That Learn yang sangat terkenal itu.    The Fifth merupakan buku induk yang memuat konsep secara umum, sedangkan School That Learn membahas aplikasi konsep sistem yang diterapkan dalam bidang pendidikan.  Saya menganjurkan siapa yang ingin memahami sekolah atau universitas sebagai sebuah sistem, membaca dua buku tersebut.

Rabu 19 September 2013 keinginan tersebut terlaksana.   Saya bersama beberapa rektor LPTK berkunjung ke Sloan School of Management. Gedungnya sangat bagus dan terletak di pinggir sungai besar.  Walaupun tidak terlalu besar dan juga tidak mewah, tetapi kesan teknologi sangat kental.  Misalnya pengaturan lampu dan perangkat pembelajaran di ruang workshop.  Waktu ruangan  agak silau akibat sinar matahari yang masuk, ada layar tipis yang diturunkan.  Tetap terang tetapi tidak silau.

Waktu masuk ke gedung tersebut saya berjalan bersama Prof Suparno, rektor UM.   Saya katakan slogan UM “learning university” mungkin mengadop pikiran Peter Senge.  Menurut Peter Senge, team learning merupakan salah satu komponen penting dalam melakukan perubahan.  Artinya semua orang dalam organisasi harus belajar secara bersama.  Pak Parno membenarkan.  Semoga UM sukses menerapkan konsep tersebut.

Walaupun tidak bertemu dengan Peter Senge, saya sangat puas mendengarkan kuliah singkat dari  Prof. Vijay Kumar, Direktur Educational Innovation and Technology dan Prof Richard Larson, tokoh di BLOSSOMS (Blended Learning Open Source Science or Math Studies).  Vijay Kumar yang asli India itu menjelaskan berbagai inovasi untuk memudahkan mahasiswa memahami perkuliahan dan membantu dosen mengelola pembelajaran.

Salah satu yang dijelakan adalah inovasi yang disebut dengan MOOC (Massive Open Online Course).  Dalam inovasi tersebut kuliah dilakukan secara online.  Siapapun dapat ikut kuliah dan tidak perlu membayar.  Tentu tidak dapat ikut ujian, karena bukan mahasiswa yang resmi terdaftar.  Jadi semacam sit in dalam kuliah tradisional.  Menurut pengalaman Vijay, mahasiswa yang ikut MOOC kemudian membentuk kelompok-kelompok untuk mendiskusikan lebih lanjut materi kuliah.  Dan dari diskusi-diskusi itulah justru mahasiswa belajar.  Jujur saya belum pernah membuka MOOC, mungkin polanya seperti pembelajaran di NHS yang lebih merangsang siswa/mahasiswa memecahkan masalah dan bukan sekedar menyampaikan informasi.

Inovasi lain yang dijelaskan Vijay Kumar adalah I-Lab.   Saya belum benar-benar memahami seperti apa I-Lab.  Namun dari apa yang dijelaskan Vijay, mahasiswa dapat melakukan “praktikum jarak jauh”.  Artinya dengan pola online, mahasiswa dapat mengoperasional peralatan Lab.  Kata Vijay I-Lab bukan Virtual Lab yang hanya berupa simulasi.  I-Lab mahasiswa benar-benar praktikum dan peralatan lan yang dioperasikan benar-benar ada dan berjalan.  Hanya saja dioperasikan jarak jauh.

Jujur saya sulit membayangkan.   Yang dapat saya bayangkan seperti ahli NASA yang mengoperasikan robot di ruang angkasa atau di permukaan bulan.  Robotnya benar-benar ada dan dapat dioperasikan dari jarak jauh.  Ahli NASA mengoperasikan robot dari ruang kendali di Amerikan Serikat. Saya masih penasaran, bagaimana risikonya.  Yang praktikum mahasiswa sehingga peluang untuk salah tentu cukup tinggi.  Apalagi jika tidak didampingi oleh dosen.  Sayang waktu Vijay sangat singkat, sehingga hal itu tidak sempat saya tanyakan.

Kuliah singkat Prof Richard Larson tentang BLOOSOMMS.  Melaui inovasi itu dosen, mahasiswa, guru mengembangkan “potongan pembelajaran” menjadi sebuah film yang dapat diputar melalui video.  Bahan tersebut kemudian digunakan sebagai “pengantar” oleh guru untuk membahas suatu pokok bahasan/topik tertentu.  Dan selanjutnya guru membahas bersama siswa.

Richard sempat menunjukkan BLOOSSOMS yang dibuat oleh dosen UTM Malaysia tentang sistem pengaturan dalam komputer.  Tayangan dimulai dengan pesta perkawinan di Malaysia yang heboh dengan tamu sangat banyak.  Kemudian dosen mengatakan “betapa ruwetnya layanan makan pada pesta tersebut jika sistem kerja pelayan tidak diatur dengan baik”.  “Itulah gambaran sistem pengaturan dalam program komputer”.  Contoh lain dibuat oleh mahasiswa Pakistan untuk pengantar materi probabilitas dengan menunjukkan tebakan dibalik tiga pintu.  DUa pintu berisi kambing dan satu pintu berisi mobil.  Bagaimana cara menebak pintu yang dibelakangnya mobil.

Sungguh menarik.  Bukan isi atau substansi kuliah yang digarap oleh tim Prof Vijay Kumar dan Prof Richard Larson, tetapi bagaimana memanfaatkan teknologi untuk membantu pembelajaran.  Bukankah itu yang sering disebut CAI (Computer as Aid of Instruction).  Saya sering mendengar itu dari teman-teman yang menekuni bidang Teknologi Pembelajaran (TEP).  Yang membuat kaget, teman-teman ahli TEP masih berkutat dengan hal-hal lain, tahu-tahu MIT sudah menemukan inovasi itu dan sudah bekerjasama dengan banyak negara.  Dalam benak saya muncul pertanyaan “apakah MIT masuk ke bidang keahlian Teknologi Pembelajaran”.

Mengapa pertanyaan itu muncul dan mengganggu benak saya?  Peter Senge yang bidang keahliannya Industrial Management menyusun buku School That Learn yang menjadi referensi pokok mereka yang mempelajari Manajemen Pendidikan.  Jangan-jangan apa yang dilakukan oleh Vijay Kumar dan Richard Larsen ditulis dan menjadi referensi pokok bagi mereka yang mendalami Teknologi Pembelajaran.  Pada hal mereka berdua sebenarnya bukan doktor TEP.    

Setelah itu saya membayangkan inovasi Vijay, baik MOOC dan I-Lab mungkin dapat diarahkan menjadi “Shared Resources Universities”.  Beberapa universitas dapat membentuk konsorsium.  Masing-masing universitas mengembangkan bahan ajar sesuai dengan potensi dan sumber yang dimiliki.  Nanti mahasiswa dari universitas lain dapat mengikuti kuliah resmi termasuk ujian.  Dengan begitu mahasiswa dapat memilih kuliah dari dosen yang “hebat” walaupun yang bersangkutan mengajar di universitas lain.

BLOOSSOMS juga dapat diarahkah agar setiap sekolah/universitas  membuat paket-paket yang dikuasai dan kemudian saling dibagi dengan sekolag/universitas lain.  Dengan begitu biaya operasional sekolah/universitas dapat lebih murah dan siswa/mahasiswa mendapatkan bahan ajar yang bagus.  Jika kurikulum dapat disepakati.  Atau paling tidak topik-topik pokok beserta kompetensi yang harus dicapai siswa/mahasiswa, maka pancingan atau pengantar kuliah dapat dibuat.  Dan antara universitas dapat berbagi, sesuai dengan ahli dan sarana yang dimiliki. Kita dapat mengunduh bahan-bahan yang sudah dikembangkan oleh BLOOSSOMS.  Toh semua terbuka dan gratis.  Semoga.

Tidak ada komentar: