Tanggal 10 September
2019 saya terbang dari Jakarta ke Kupang untuk memenuhi undangan Pemprop NTT
yang akan membuat grand design pendidikan.
Walaupun transit di Surabaya, saya tidak bisa mampir rumah karena
waktunya hanya 45 menit. Bahkan saya
tidak turun dari pesawat. Sesuai instruksi crew, saya tetap duduk di kursi yang
sesuai dengan boarding pass dengan membuka hand phone, siapa tahu ada email
atau wa yang masuk. Tentu juga
mengabarkan ke isteri kalau sedang transit di Juanda tetapi tidak mampir rumah.
Dari omongan pramugari dengan petugas darat yang naik ke dalam pesawat, saya mendengar kalau penumpangnya penuh karena ada rombongan jamaah haji. Dan betul setelah itu ada petugas yang mendorong kursi roda untuk bapak-bapak jamaah haji yang tampak sudah sepuh sekali. Ternyata beliau mendapat kursi nomer 43A, sedangkan kursi saya nomer 43C. Ketika sampai di dekat saya, pramugari bertanya “apakah bapak dapat berjalan?”. Jamaah tersebut menjawab tetapi dalam bahasa daerah, sehingga pramugari tidak faham. Untung ada penumpang di kursi belakang yang faham bahasa tersebut dan mengatakan, bapak tersebut tidak berdiri. Akhirnya petugas pendorong kursi mengangkat beliau. Agar tidak repot saya menawarkan agar jamaah tersebut duduk di kursi 43C dan saya pindah ke 43A. Pramugari setuju.
Tidak lama datang
berselang datang jamaah lagi yang juga didorong di kursi roda. Kali ini ibu-ibu, dengan usia yang dugaan
saya hampir sama. Ternyata jamaah wanita
itu dapat kursi 43K, berarti di jendela.
Dan ternyata beliau juga tidak dapat berdiri, sehingga petugas yang
mendorong mengangkatnya ke kursi, seperti jamaah laki-laki di sebelah
saya. Senang sekali, karena penumpang
yang dudul di kursi 43H mau bertukar tempat.
Saya memperhatikan
kedua jamaah tersebut, dengan rasa haru, bangga dan kasihan yang campur
baur. Haru karena keduanya tampak lemah
tetapi tidak mengeluh sama sekali, baik ketika didorong, diangkat maupun saat
kesulitan ketika mendapat pembagian makan malam. Bangga, karena ada orang yang berusia lanjut
tetapi masih bersemangat untuk menjalankan ibadah haji yang semua
muslimin/muslimah faham memerlukan tenaga besar. Kasihan, karena sebagai jamaah usia lanjut
sepertinya kurang mendapatkan layanan dari petugas haji.
Ketika semua jamaah sudah duduk, saya melihat ada penumpang yang memakai jaket dan topi bertuliskan "petugas jamaah haji". Saya kurang faham apa saja kuwajiban
petugas haji sekarang, walaupun sekian tahun lalu pernah menjadi petugas haji. Setahu saya ketika penumpang mulai naik pesawat seperti itu, penumpang yang memerlukan
bantuan, penumpang lanjut usia, hamil dan membawa anak-anak, dipersilahkan naik
lebih dahulu. Biasanya keluarga diminta untuk mendampingi. Saya tidak tahu, mengapa petugas haji tidak mendampingi kedua jamaah lansia yang tidak dapat berdiri tersebut.
Ketika pesawat mulai
take off dan pramugari telah memberikan selimut kepada kedua jamaah tersebut,
dalam hati saya memuji mbak pramugari.
Biasanya untuk mendapatkan selimut, penumpang harus meminta. Tetapi kali
ini, selimut diberikan dan bahkan dipasangkan walaupun kedua jamaah tersebut
tidak meminta. Mungkin juga tidak akan
meminta karena tidak dapat berbahasa Indonesia.
Ketika makan malam dibagi, saya sangat terharu karena kedua beliau
kesulitan untuk makan. Jamaah
bapak-bapak tidak makan dan hanya minum, sedangkan jamaah ibu-ibu hanya makan pudingnya saja.
Ketika pesawat landing
dan jamaah turun, ada seorang ibu yang menggoda jamaah bapak-bapak dengan
mengatakan kalau beliau ingin pulang untuk menanam jagung. Ternyata beliau dokter yang mendampingi
jamaah haji. Penumpang biasa pada turun, dan kedua jamaah tersebut menunggu
sampai nanti dijemput dengan kursi roda.
Saya kaget dan bingung melihat penumpang berjaket dan bertopi petugas
haji itu turun melewati kedua jamaah lansia itu tanpa menyapa dan terus turun. Mungkin beliau capek, karena sudah mendampingi
mulai dari Saudi Arabia. Tetapi bukankah itu sudah menjadi tugasnya dan sudah
diketahui ketika bersedia menjadi petugas haji.
Ketika kursi roda
datang, ternyata ada petugas haji lain yang memakai kaos. Beliau cerita kalau sebagai petugas haji. Oh, mungkin yang berjaket petugas haji dan turun dahulu tanpa menyapa
jamaah berkursi roda itu bosnya, sehingga merasa sudah ada anak buah yang
mengurus jamaah lansia itu. Petugas muda yang memakai kaos itulah yang
mengangkat kedua jamaah lansia itu, dan kemudian petugas garuda yang mengangkat
kursi turun tangga. Saya sungguh senang dan bangga, ternyata bu dokter tadi
masih di pesawat sampai kedua jamaah lansia itu turun dari pesawat. Semoga ini menjadi pelajaran untuk kita, yang baik kita tiru sedangkan yang kurang baik kita tinggalkan.
1 komentar:
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Posting Komentar