Seperti biasanya di hari minggu saya menemani isteri belanja ke pasar. Didahului jalan sehat menyusuri jalan kampung di sekitar pasar tersebut. Pasar krempyeng di dekat rumah merupakan tempat belanja bagi orang-orang yg tinggal di perumahan Tenggilis, tempat tinggal saya. Pasar yang diinisiasi oleh RT setempat, kemudian menjadi ramai menjual kebutuhan masak-memasak yang cukup lengkap. Bahkan belakangan mulai muncul kios yang menjual baju dan kebutuan rumah tangga lainnya.
Sesampai halaman pasar saya heran,
kon tidak banyak mobil seperti biasanya.
Pak tukang parkir, yang merupakan teman sekolah saya dulu itu, juga
tidak kelihatan. Saya lebih heran
setelah pasar kok tidak banyak orang yang belanja. Mungkin hanya sekitar 20 orang. Pada hal baru sekitar
jam 06.30an. Biasanya jam-jam sekian
yang berbelanja sangat banyak, sampai harus antre kalau ingin memberi barang
tertentu. Beberapa kios juga tutup. Ada
apa ya?
Sambil jalan pulang, saya menanyakan
fenomena itu kepada isteri. Dia malah
tercita kalau beberapa hari lalu, Mbak Ida-ART kami, mengeluh karena saat
belanja hanya beberapa kios yang buka, lainnya kosong. Akhirnya dia menilpun Pak Sabar, tukang
welijo-tukang sayur yang berkeliling kampung, untuk belanja. Ternyata Mbak Sri, salah satu penjual sayuran
di pasar tersebut, juga mau melayani pesanan online. Isteri saya biasa pesan ikan atau sayur via
WA, kemudian barangnya diantar kerumah.
Siang hari saya dengan isteri ke toko buku Gramedia, mencari buku bacaan untuk cucu. Kami merencanakan mengunjungi anak yang tinggal di Bintaro dan punya dua anak kecil-kecil. Sampai di basement tempat parkiran saya juga heran, karena hanya ada 2 mobil yang parkir. Pada hal baru jam 12.30a. Lebih heran, mbak yang jaga di gerbang tampak berjalan ke dekat saya memarkir mobil, bahkan ikut membantu mengarahkan. Mungkin karena tidak ada mobil masuk, dia bisa membantu mengatur parkir.
Ketika
naik ke lantai 1 saya lebih heran, karena hanya kami berdua yang masuk. Ketika naik ke lantai 2 tempat display buku,
hanya ada tamu 2 orang selain kami berdua. Jadi saat itu hanya ada 4 orang
tamu pengunjung. Lebih sedikit dari petugas toko yang rasanya
ada sekitar 12 orang. Pada hal dahulu
kalau hari Minggu Gramedia selalu ramai pengunjung. Apalagi jika tahun ajaran baru, banyak
orangtua yang bersama anaknya berkunjung.
Mungkin membeli buku dan perlengkapan sekolah lainnya. Konon juga banyak yang hanya membaca buku
yang dianggap menarik, sambal “ngadem”, karena took ber-AC sementara di luar
sangat panas.
Ketika pulang, dalam mobil, seperti
biasa isteri mencermati struk pembelian.
Dia kaget ternyata Gramedia juga melayani pembelian buku secara online. Bukan sekedar melalui Tokopedia, Bukalapak
dan sejenisnya, Gramedia membuka layanan pembelian online secara mandiri. Apakah Gramedia akan menuju seperti Amazon
ya?
Menerungkan fenomena itu dalam hati
saya bertanya, apakah kita akan “GO ONLINE MARKET” ya? Apakah kita sedang menuju pola jual beli
online? Apakah toko buku seperti
Gramedia akan tutup dan beralih ke online?
Apakah pasar-pasar tradisional juga akan menghilang dan berganti menjadi
online? Bukankah toko kebutuhan
sehari-hari, seperti Superindo, Alfamart, dan sejenisnya akhir-akhir ini
bermunculan? Apakah juga akan bermetamorfoma
menjadi online? Apakah itu hanya karena pandemi atau akan tetap berjalan terus,
walaupun pandemic corona-19 berakhir. Jika semua jual-beli “go online”, bagaimana
nasik toko kelontong di kampung-kampung ya?
Jujur saya tidak tahu jawabnya.