Jumat, 26 Juli 2024

PENGHAPUSAN PENJURUSAN DI SMA

Minggu lalu saya diwawancarai wartawan detik.com tentang penghapusan penjurusan di SMA.  Saya belum membaca Pemendikbudristek tentang itu dan juga belum membaca naskah akademik (kalau ada) sebagai landasan kebijakan tersebut. Oleh karena itu, saya menyampaikan pendapat saya berdasarkan rasional saya, referensi yang pernah saya baca dan pengamatan di beberapa negara lain.  Berikut apa yang saya sampaikan kepada Mbak Esti, wartawan detik.com.

Pada dasarnya SMA itu persiapan masuk ke perguruan tinggi. Penjelasan pasal 15 UU Sisdiknas menyebutkan “pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.  Walapun kenyataannya, ada bahkan cukup banyak lulusan SMA yang langsung bekerja setelah lulus. Sebaliknya SMK yang pada dasarnya dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, juga ada yang melanjutkan kuliah di perguruan tinggi.  Mungkin karena di penjelasan pasal 15 UU Sisdiknas disebutkan “pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.  Mungkin kata “terutama” yang menjadi landasannya.

Karena untuk persiapan masuk ke perguruan tinggi, maka sebaiknya apa yang dipelajari di SMA disesuaikan dengan jurusan atau program studi yang akan dimasuki besuk.  Bekal untuk kuliah di Fakultas Kedokteran tentu berbeda dengan bekal untuk masuk ke program studi Teknik Elektro dan berbeda pula dengan bekal untuk masuk ke program studi Teknil Informatika. Walaupun ketiganya selama ini dikhususkan bagi mereka lulusan SMA IPA.  Masuk program studi Akutansi tentu berbeda dengan bekal masuk ke program studi Komunikasi dan berbeda pula dengan bekal untuk masuk ke program studi Psikologi, walaupun ketiganya seakan-akan disediakan bagi lulusan SMA.

Sekitar 6 tahun lalu ada kemenakan saya mengalami nasib kurang baik. Dia menempuh SMA di Asutralia karena ikut ibunya yang sedang menempuh S3 di sana.  Karena ingin mengikuti jejak ibunya menjadi dokter, maka ketika di SMA di Australia dia mengambail stream Life Science, yang lebih banyak belajar Biologi dan Kimia.  Sebenarnya juga belajar Matematika dan Fisika, tetapi tidak sebanyak temannya akan kuliah di Teknik Mesin.  Nah ketika pulang ke Indonesia dan harus ikut tes masuk ke perguruan tinggi, dia kesulitan mengerjakan soal-soal Matematika dan Fisika, sehingga gagal masuk Fakultas Kedokteran PTN.  Walapun akhirnya dia dapat masuk Fakultas Kedokteran PTS dan sekarang sudah menjadi dokter dan peneliti bidang kedokteran dengan rekannya dari Eropa.  Artinya dia cukup pandai, hanya saja bekal yang dipelajari di SMA di Australia tidak cocok dengan tes masuk PTN di Indonesia.

Apa hubungan cerita di atas dengan penghapusan penjurusan di SMA?  Di beberapa negara, salah satunya Australia, siswa SMA (bisanya disebut Kelas dan 11 dan 12) sudah dapat memutuskan akan mengambil program studi apa ketika kuliah. Kok siswa SMA sudah dapat memilih program studi di kuliah?  Karena di negara tersebut, sejak di SMP bahkan di SD siswa sudah dipandu untuk mengetahui potensi dirinya masing-masing sebagai landasan untuk memilih profesi yang nanti akan ditekuni, melalui bekal kuliah di perguruan tinggi.

Jadi apakah artinya penghapusan penjurusan di SMA itu sudah betul? Nanti dulu. Jawabannya tidak sederhana itu. Secara konsep menurut saya cocok, karena konon dengan dihapusnya jurusan IPA, IPS dan Bahasa, siswa dapat memilih matapelajaran yang sesuai dengan bekal yang diperlukan untuk kuliah di perguruan tinggi.  Pertanyaannya, apakah siswa di Indonesia sudah tahu bahkan dapat memastikan progran studi apa yang ditekuni di perguruan tinggi.  Apakah guru dapat memandu siswanya bagaimana mengenal potensi diri dan kemudian memilih program studi yang sesuai.

Sepanjang pengamatan saya, banyak siswa SMA belum tahu akan melanjutkan atau bekerja setelah lulus.  Mereka yang akan melanjutkan seringkali juga belum tahu akan memilih program studi apa.  Jadi ketika penghapusan jurusan di SMA dilakukan secara mendadak sangat mungkin siswa SMA akan menghadapi kesulitan.  Sebaiknya kebijakan tersebut didahului dengan persiapan yang cukup, antara menumbuhkan kemampuan siswa mengenali potensi dirinya agar pada saatnya dapat memilih program studi saat di SMA.  Demikian guru memerlukan pelatihan bagaimana memandu siswanya.

Bagaimana dengan tes masuk ke perguruan tinggi?  Tentu ketika penjurusan di SMA di hapus, tes masuk perguruan tinggi juga harus diubah berdasarkan program studi yang dibuka.  Idealnya masing-masing program studi memiliki tes sendiri. Paling tidak, jika tesnya terpaksa menjadi satu, bobot setiap butir harus dibedakan dikaitkan program studi yang dipilih calon mahasiswa.

Tidak ada komentar: