Ada gelas berisi air
dan ditanyakan bagaimana bentuknya?
Jawabannya dapat macam-macam tergantung dari sisi mana kita
melihat. Jika dilihat dari atas, mungkin
berbentuk lingkaran kaca dan tengahnya ada air.
Mirip sumur yg dilihat dari atas, ganya saja lingkarannya bukan dari
beton tetapi dari kaca. Mereka yang
melihat dari samping, mungkin tampak sangat indah. Apalagi gelasnya gelas yang
ada pegangan seperti yang biasanya dipakai bule minum wiski.
Air dalam gelas itu
hanya setengah. Bagaimana kita menyebut dan memberi komentar? Juga macam-macam. Kita dapat menyebut isinya hanya setengah
jadi perlu ditambah. Dapat juga disebut
isinya sudah setengah jadi jangan ditambah. Atau isinya tinggal setengah,
mungkin sudah diminum orang. Dan
sebagainya?
Apa yang dapat
dipetik dari paragraf di atas? Respon
kita terhadap sesuatu fenomena tergantung sudut pandang yang kita gunakan. Jadi metapora orang buta meraba gajah (yg
katanya yang memegang kakinya berpendapat gajah itu seperti pohon bamboo besar,
yang memegang ekornya mengatakan gajah itu seperti kemucing), tidak hanya
terjadi pada orang buta. Orang melek-pun
dapat berbeda sudut pandang terhadap baran atau fenomena yang sama.
Gambaran di atas
saya ingat tadi siang ketika rapat Pansel Dewan Pendidikan Kota Surabaya. Para anggota Pansel bercerita tentang
berbagai komentar terhadap seleksi calon anggota Dewan Pendidikan yang sedang
berlangsung. Saya beberapa hari ini saya
tidak sempat membaca koran lokal, sehingga tidak tahu berbagai komentar yang
katanya muncul. Yang tilpun juga hanya
Mbah Rima, wartawan Jawa Pos, dan bertanya sampai mana tahapa seleksi. Saya jawab kalau besuk (maksudnya Senin
tanggal 15 September) ada rapat penentuan siapa yang dinominasikan untuk
diundang untuk menyampaikan gagasan.
Berbagai tanggapan
tersebut menurut saya wajar saja. Setiap
orang akan memberi tanggapan sesuai dengan yang diketahui dan dari mana
perpektif melihatnya. Mungkin ada yang
berpendapat Dewan Pendidikan itu lembaga yang benar-benar mandiri, seperti
LSM. Mungkin juga yang mengatakan Dewan
Pendidikan itu bagian dari pemerintah.
Mungkin ada yang mengatakan semi-semi, karena diangkat oleh
Walikota/Bupati dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah.
Tiga pandangan
tersebut tentu akan membentuk respons yang berbeda terhadap proses pencalonan
Dewan Pendidikan Surabaya yang sekarang sedang berjalan. Apalagi jika kemudian dimuati oleh keinginan
tertentu. Bukankah repons itu hasil
reaksi frame of thinking terhadap rangsang yang masuk. Jadi ya tergantung jenis dan bentuk
rangsangnya dan juga tergantung frame of thinking yang bersangkutan. Biasa saja kalau respons yang muncul
bermacam-macam. Nanti ketika
masing-masing mendapatkan informasi yang semakin lengkap dan kepentingannya
semakin tipis akan terjadi perubahan respons.
Yang pasti peminta
menjadi anggota Dewan Pendidikan Kota Surabaya ternyata besar. Buktinya yang mendaftar lebih dari 80 orang
dan berasal dari berbagai profesi.
Dengan pikiran positif (ini juga salah satu sudut pandang), itu
menunjukkan bahwa kepedulian orang Surabaya terhadap pendidikan cukup
tinggi. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar