(Dicuplik
dari naskah Grand Design Pendidikan Guru)
Guru merupakan salah
satu komponen sangat penting dalam pendidikan.
Bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa guru merupakan tiang penyangga
utama pendidikan. Ada ahli lain yang mengatakan guru sebagai ujung tombak
pendidikan. Pendapat itu dilandasi argumen bahwa guru adalah pelaksana utama proses
pendidikan. Gurulah yang dalam
kenyataannya melaksanakan kegiatan pembekajaran di sekolah. Apapun kebijakan dan apapun fasilitas yang
ada, pada akhirnya guru yang menggunakannya.
Fasilitas yang sederhana tetapi ditangani guru yang kreatif terbukti
lebih unggul disbanding peralatan yang lengkap tetapi dtangani oleh guru yang
tidak kompeten.
Banyak penelitian
yang mengukur seberapa kontribusi guru dalam menentukan mutu pendidikan. Kontribusi yang ditemukan berbagai macam,
namun semuanya di atas 50% (Samani, 2013).
Artinya 50% mutu pendidikan ditentukan oleh guru. Jika sekolah memiliki guru yang baik, maka
separuh masalah mutu pendidikan di sekolah itu sudah terselesaikan. Oleh karena itu dapat dimengerti jika banyak
menyebutkan guru sebagai kunci peningkatan mutu pendidikan.
Negara-negara
seperti Finlandia, Belanda, Hong Kong dan Jepang sukses meningkatkan mutu
pendidikan dengan cara memastikan adanya guru yang kompeten dan berkomitmen
kerja tinggi (Wang, 2003; Sahlberg,
2011). Negara-negara itu dikenal
memiliki guru yang kompeten dan berkinerja yang bagus, sehingga proses
pembelajaran berjalan optimal dan pada ujungkan hasil belajar anak optimal pula. Dalam derajat tertentu, China juga mengarah
kesana (Lianqing, 2003).
Senada dengan upaya
beberapa negara tersebut, kajian Thomas Friedman (2013) terhadap
sekolah-sekolah di Sanghai menemukan jawaban mengapa sekolah tersebut maju
pesat, karena: (1) komitmen yang tinggi terhadap pendidikan guru, (2) pembinaan
profesional guru yang terus menerus, (3) pelibatan orang tua dalam siswa
belajar, (4) kepemimpinan sekolah yang bagus, dan (5) budaya menghargai profesi
guru. Empat dari lima faktor penentu mutu pendidikan di Sanghai ternyata
terletak pada guru.
Berdasarkan fenomena
seperti itulah, banyak orang mengatakan “kalau ingin pendidikan bagus, maka
langkah pertama guru harus profesional”.
Untuk mendapatkan guru yang profesional, maka mereka harus memiliki
kompetesi yang bagus, berkinerja yang tinggi, dan mendapatkan penghasilan yang
bagus. Keadaan seperti itulah yang
terlihat pada guru di beberapa negara dengan pendidikan bagus.
Kondisi pendidikan
di Indonesia yang belum berkembang baik sangat mungkin juga dipengaruhi oleh
faktor guru. Sudah menjadi rahasia umum
kalau kompetensi guru kita belum bagus.
Hasil Uji Kompetensi Guru menunjukan hanya guru-guru Daerah Istimewa
Yogyakarta yang mendapatkan skor 50,1 sedangkah daerah lain di bawah 50 atau
separuh dari kompetensi yang seharusnya dikuasai. Dengan kompetensi guru seperti itu dapat
dimengerti kalau mutu pendidikan di Indonesia belum bagus.
Dilihat dari faktor
usia, hasil Uji Kompetensi Guru menunjukkan semakin tinggi usia kompetensi
justru semakin menurun. Kompetesi
tertinggi dicapai oleh guru yang berusia 35-40 tahun, dan terus menurun setelah
itu. Pada hal sekitar 54% guru kita
berusia 41 tahun ke atas. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompetensi sebagian besar guru kita memang belum baik. Apalagi itu masih ditambah dengan distribusi
guru yang tidak merata antar daerah dan antar sekolah.
Mengapa mutu guru
saat ini kurang baik? Bukankah dimasa
lalu kita memiliki guru-guru yang bagus? Belum
ada studi yang mempelajari pergeseran tersebut.
Namun dari data dan informasi terbatas, pada masa penjajahan dan awal
kemerdekaan, guru merupakan profesi bergengsi, sehingga banyak anak muda cerdas
menjadi guru. Namun seiring dengan
perjalanan waktu, gengsi tersebut perlahan menurun sampai saatnya yang masuk
pendidikan guru (misalnya SPG dan IKIP/LPTK) adalah mereka yang biasanya tidak
diterima di perguruan tinggi atau jurusan favorit. Dan mereka itulah saat mengabdi di
sekolah-sekolah di seluruh pelosok tanah air.1)
Namun semenjak ada
tunjangan profesi, minat anak muda untuk menjadi guru naik signifikan. Sejak tahun 2011 pendaftar ke LPTK (prodi
kependidikan) selalu menduduki peringkat 10 besar. Adanya tunjangan profesi guru tampak
mendorong anak muda (dari keluarga menengah ke bawah) berkeinginan menjadi
guru. Bibit bagus sudah mulai datang,
sehinga pertanyaanya bagaimana bibit bagus tersebut diproses menjadi guru yang
bagus dan dapat didistribusikan ke seluruh pelosok tanah air.
1 komentar:
salam, benar adanya, guru merupakan pelaksana semua kebijakan yang terkait proses pendidikan, sebagai ujung tombak, sedang meningkatkan kualitas sdm sebenarnya tidak semudah membaca berita, butuh waktu dan kemauan, ijin copas pak untuk memotivasi teman2, tks
Posting Komentar