Tanggal 4 Maret 2019 kemarin saya menginap di Hotel 101 daerah
Darmawangsa Jakarta Selatan. Sebagai
anggota BAN SM memang sering menginap di hotel tersebut jika ada kegiatan di
Jakarta. Biasanya banyak teman anggota BAN SM yang menginap di hotel itu,
tetapi saya tidak tahu mengapa dari daftar yang saya lihat hanya saya dan Pak
Toni Toharudin (Ketua BAN SM) yang menginap disitu, sedangkan yang lain memilih
d ihotel Bellevue dekat Pondok Indah.
Alasan saya memilih Hotel 101 sederhana saja, saat makan pagi pilihannya
banyak.
Ketika sampai di hotel saya hanya sendirian, karena Pak Toni membawa
mobil sendiri dan ternyata tidak jadi menginap di Hotel 101 karena ada acara di
Bogor. Jadi beliau langsung ke Bogor. Jadilah saya sendirian menginap di Hotel
101. Maksudnya diantara anggota BAN SM
hanya saya yang menginap di Hotel 101. Tentu saja banyak tamu lainnya. Ketika check in, hotel terasa sepi. Hanya saya yang check in dan ketika saya
melihat sekeliling lobi juga hanya ada 2 orang yang sedang duduk-duduk. Saya
dapat kamar nomer 6008. Artinya di
lantai 6.
Begitu masuk kamar, saya langsung mandi dan sholat magrib yang dijamak
dengan isya. Karena merasa capek,
selesai sholat saya langsung rebahan sambil nonton TV. Sekitar jam 9.30an tiba-tiba lampu mati. Untungnya korden jendela saya buka, sehingga
ada cahaya lampu luar yang masuk kamar sehingga tidak terlalu gelap. Saya tidak punya pikiran apa-apa, karena
fenomena seperti itu sering terjadi dan biasanya akan segera menyala
kembali. Listrik dari PLN mati dan
segera diganti dengan genset yang memang disiapkan di setiap hotel.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk dan di luar ada suara ramai. Ketika saya membuka pintu, ada petugas hotel
yang membawa senter besar mengatakan gardu PLN terbakar dan tamu diminta turun
lewat tangga darurat namu tidak usah membawa apa-apa. Petugas meyakinkan bahwa keadaan aman dan
tidak usah panik. Ketika saya bilang,
saya pakai sarung sehingga perlu berganti celana panjang, si petugas menjawab tidak
apa-apa, tidak usah panik. Akhirnya saya
turun melalui tangga darurat dipandu oleh petugas hotel yang membawa senter
besar.
Sampai halaman saya melihat asap tebal keluar dari ventilasi gardu
yang berada di basement. Tidak lama datang mobil pemadam dengan total lima
buah. Juga datang mobil yang membawa
blower besar. Tampaknya ruangan gardu penuh asap, sehingga perlu blower besar
untuk mengeluarkan. Para tamu, termasuk
saya duduk-duduk di halaman mencermati apa yang terjadi. Petugas pemadam kebakaran, dengan pakaian
khasnya berwarna oranye tampak sibuk bekerja.
Dengan sedikit pengalaman pernah memasang perlengkapan ruang genset yang
menyatu dengan gardu PLN di TVRI Surabaya sekitar 30 tahun lalu, saya menyimpulkan
situasi tidak berbahaya. Dari bau kabel
terbakar saya menduga sebenarnya hanya ada barang konsltet dan kabelnya
terbakar.
Tidak lama ada petugas hotel yang membagi-bagikan masker dan air minum
kemasan. Bahkan ada yang membawa handuk untuk dibagi kepada mereka yang
memerlukan. Petugas dari Polri juga
sibuk mengamankan situasi dan bahkan ada yang membawa gulungan police
line. Saya lihat komandannya berpangkat
kapten (saya tidak tahu istilah di polri untuk pangkat itu). Juga da satu orang
TNI berseragam loreng yang ikut mengamankan situasi. Saya juga melihat seorang
“bule” yang ikut mengamati dan saya menduga dia owner atau paling tidak general
manajer. Buktinya beberapa petugas hotel
melapor ke beliau.
Sekitar pukul 11.30 asap dari ventilasi ruang genset mulai
menipis. Saya sempat omong-omong dengan
petugas hotel yang tampaknya pimpinan bagian teknik. Beliau mengatakan bahwa yang terjadi konslet
dan fusenya terbakar. Jadi dugaan saya
betul. Saya bertanya seberapa parah kabel-kabel yang terbakar? Beiau mengatakan masih dilihat. Saya berkomentar, mudah-mudahan tidak sampai
pada kabel distribusi ke atas, karena jika itu terjadi sulit untuk terlihat
karena biasanya masuk ke duckting.
Beliau bertanya apakah saya orang teknik? Saya jawab, saya tahu sedikit tentang itu.
Dari pembicaraan singkat itu saya berpikir, kalau toh diperbaiki saya
menduga perlu waktu minimal 3 jam karena harus menelusuri kabel di duckting
untuk memastikan apa yang terbakar atau tidak.
Jika terbakar tentu harus diganti dan tentu memerlukan waktu lama. Oleh
karena itu, saya segera mengajukan untuk pindah hotel jika pihak Hotel 101
memfasilitasi. Ternyata memang
pemindahan itu sedang diatur dan pihak hotel mencari hotel sekelas yang
terdekat. Saya segera mendaftarkan diri.
Bagaimana dengan barang-barang di kamar? Kami diatar oleh petugas hotel untuk
mengambil barang dan bahkan koper saya dibawakan saat menuruni tangga darurat.
Saya mendapatkan jatah di hotel Monopoli di daerah Kemang. Dengan taksi Bluebird saya dengan beberapa
tamu lain meluncur di Kemang dan ternyata di front office hotel Monopoli sudah
ada petugas Hotel 101 yang mengatur, sehingga begitu saya menyebutkan nama,
petugas langsung memberi kunci kamar.
Pelayanan yang bagus dari Hotel 101 merupakan contoh bagaimana menangani
tamu ketika ada kebakaran. Membuat tamu
tidak panik dan mengatur pemindahan hotel dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar