Tanggal
26-28 Januari 2014 saya mengikuti acara Workshop Pengelolaan Keuangan bagi KPA,
yang diadakan oleh Sekretariat Jenderal Kemdikbud di Hotel Millennium
Jakarta. Kebetulan Minggu tgl 26 pagi
ada keluarga yang menikahkan anaknya di TMII (Taman Mini Indonesia Indah),
sehingga istri saya ikut ke Jakarta.
Lumayan, walaupun tiket pesawat harus membayar sendiri, istri saya dapat
menumpang nginap di hotel bersama saya.
Saya pesan kepada Mas Nardi, teman yang biasa mencarikan tiket, agar
isteri saya dicarikan tiket promo atau yang termurah. Alhamdulillah dapat.
Acara
workshop berjalan lebih cepat dari yang dijadwalkan. Acara yang dijadwalkan ditutup Selasa pukul
10.00, sudah ditutup Senin sore. Pada
hal tiket saya dan istri untuk Jakarta-Surabaya pada Selasa pukul 13. Maunya memajukan tiket, tetapi tidak bisa
karena tiket istri saya tiket promo.
Kalau memajukan harus membayar.
Akhirnya kami tetap menggunakan jadwal semula, pulang ke Surabaya pukul
13 dan saya menganggur di hotel Selasa pagi.
Untunglah
saya membawa buku berjudul Winning
tulisan Jack Welch dan Suzy Welch. Jack
Welch adalah mantan bos General Electric, sedang Suzy Welch saya duga istrinya. Saya memanfaatkan waktu luang untuk membacanya. Kebetulan yang saya baca Chapter 6 yang berjudul Hiring:
What Winners Are Made of. Isinya
sangat bagus dan oleh karena itu saya ingin berbagi dengan pembaca.
Pada
chapter itu Jack da Suzy Welech
menjelaskan apa kriteria yang perlu digunakan pada saat melakukan rekrutmen karyawan. Kriteria itu konon sering ditanyakan ketika
mereka memberikan seminar maupun pelatihan manajemen. Kriteria tersebut sangat penting agar perusahaan
memiliki karyawan dan pimpinan yang betul-betul bagus. Staf yang tidak sesuai dengan kriteria yang
diperlukan seringkali membuat kerepotan.
Menurut
Jack dan Suzy Welch saringan pertama untuk rekrutmen calon karyawan adalah
untuk menguji tiga aspek, yaitu integrity,
intelligence dan maturity. Yang dimaksud dengan integrity dalam konteks ini adalah kejujuran dan satunya kata
dengan perbuatan. Setiap karyawan harus
memahami nilai-nilai serta aturan-aturan yang diterapkan di perusahaan dan
harus dengan sepenuh hati menerapkannya.
Bagaimana
cara mengetahui integritas orang? Untuk
orang dalam, integritas dapat diketahui dari perilaku sehari-hari yang
bersangkutan. Tentu itu dilakukan dalam
waktu cukup lama, sehingga dapat dilihat konsistensinya. Bagaimana bagi calon dari luar? Tentu lebih sulit. Biasanya didasarkan dari reputasi yang
bersangkutan dan atau referensi orang lain yang terpercaya.
Karyawan
tidak harus secerdas Einstein dan Stephen Hawking. Calon karyawan juga tidak harus membaca
buku Shakespeare dan Ary Ginandjar.
Tetapi karyawan harus memiliki kecerdasan cukup baik agar dapat mengerjakan
tugas-tugas yang diterima. Lebih dari
itu, karyawan yang cerdas dapat dengan mudah mengikuti perkembangan
perusahaan. Ketika perusahaan tumbuh,
tentu terjadi perubahan tata kerja diperusahaan dan karyawan tentu harus dapat
mengikutinya.
Jack
dan Suzy Welch mengingatkan agar kita tidak mengaburkan antara kecerdasan dan
pendidikan. Memang benar, bisanya
lulusan perguruan tinggi terkenal adalah mereka yang cerdas. Tetapi itu juga tidak menjamin. Fakta juga menunjukkan banyak lulusan
perguruan tinggi biasa atau bahkan tidak pernah kuliah tetapi mereka cerdas.
Kematangan
(maturity) penting bagi
karyawan. Dengan kematangan karyawan
tidak mudah emosi, dapat menghargai orang lain, dapat melakukan introspeksi
dari kekurangan diri, serta mudah bekerjasama dalam tim. Karyawan yang kurang matang seringkali
menimbulkan situasi kerja yang tidak kondusif.
Disamping
3 syarat tadi, Jack dan Suzy Welch mengatakan karyawan harus memiliki “The 4-E
dab 1-P”. Apa itu? E pertama, karyawan harus memiliki positive energy. Maksudnya karyawan harus memiliki enersi dan
semangat untuk “kerja-kerja-kerja”. Mungkin
seperti semangat yang dianjurkan oleh Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Karyawan dengan positive energy akan selalu optimis dan bersemangat untuk
mengerjakan tugasnya. Karyawan dengan positive energy akan mencintai
pekerjaannya.
E
kedua adalah energize others. Maksudnya karyawan yang baik akan memberi
semangat kepada rekan lainnya. Hal itu
tidak selalu disampaikan sebagai ucapan, tetapi lebih dari itu melalui contoh
yang menginspirasi orang lain.
Membangun kebersamaan kerja keras merupakan contoh energize others.
E
ketiga adalah edge, the courage to make
tough yes-or-no decision. Seringkali situasi kerja bersifat abu-abu, sehingga orang dapat berbeda pendapat
karena masing-masing melihat dari sisi yang berbeda. Dalam situasi seperti itu
karyawan harus mampu menganalisis mana yang tepat dan berani mengatakan “ya”
untuk yang diyakini benar dan mengatakan “tidak” untuk yang diyakini tidak
benar. Walaupun yang informasi yang
keliru tadi berasal dari orang/pihak yang berpengaruh.
E
keemapat adalah execute. Maksudnya kemampuan untuk melaksanakan suatu
tugas. Tidak semua orang yang faham dan
bahkan pandai berteori mampu melaksanakan apa yang diteorikan. Di samping kemampuan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan juga diperlukan keberanian.
Apalagi ada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung risiko.
P
yang dimaksud oleh Jack dan Suzy Welch adalah passion. Jika pekerjaan
menjadi passion-nya, maka karyawan akan
menikmati pekerjaannya. Dengan demikian
dia akan bekerja dengan sepenuh hati dan hasilnya akan maksimal. Karyawan yang bekerja karena terpaksa atau
sekedar melaksanakan kuwajiban, hasilnya tidak akan maksimal.
Kriteria
di atas berlaku untuk semua karyawan. Namun untuk level pimpinan apalagi pimpinan
puncak di unit kerja, diperlukan kriteria tambahan. Jack dan Suzy Welch menyebutkan empat
tambahan untuk syarat pimpinan, yaitu authenticity,
ability to see around corners, strong penchant to surround themselves with better
people, dan heavy duty resilience.
Menurut
Jack dan Suzy Welch, orang dengan authenticity
memiliki kemandirian dan rasa percaya diri yang kuat. Dengan demikian dia akan berani mengambil
keputusan yang dianggap tepat walaupun mungkin tidak populer. Pemimpin apalagi pemimpin puncak tidak boleh
hanya mencari popularitas dan melupakan kemajuan organisasi. Pemimpin dengan authenticity tidak akan sekedar mengikuti arus orang banyak. Dia
akan akan mengambil langkah berani demi kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
Yang
dimaksud dengan ability to see around
corners adalah kemampuan memprediksi apa yang akan terjadi di masa
datang. Tentu yang dimaksud Jack dan
Suzy Welch bukan semacam juru ramal, tetapi dengan berbagai data dan fenomena,
pemimpin puncak harus mampu membuat prediksi ke depan. Dengan begitu, dapat dilakukan
antisipasinya. Bahkan dengan kemampuan
itu, yang bersangkutan dapat “memanfaatkan” perubahan itu untuk kemajuan
organisasi.
Pemimpin
harus mampu mendayagunakan staf untuk kemajuan organisasi. Makin pandai staf yang dimiliki tentunya
makin lancar pekerjaan. Namun demikian
tidak semua pimpinan merasa nyaman ketika dikelilingi dan mendapat masukan dari
karyawan yang lebih pandai dari dia sendiri.
Pemimpin yang baik, apalagi pemimpin puncak seharusnya siap dikelilingi
dan mendapat masukan dari staf yang lebih pandai atau lebih pengalaman dari dia
sendiri. Pemimpin seperti itulah yang
oleh Jack dan Suzy Welch disebut dengan strong
penchant to surround themselves with better people.
Tidak
ada orang yang tidak pernah gagal. Demikian pula setiap organisasi pernah
mengalami kegagalan program. Setiap
orang maupun organisasi juga akan selalu menghadapi tantangan, baik dari dalam
maupun dari luar. Pemimpin apalagi
pemimpin puncak harus memiliki heavy duty
resilience, yaitu kemampuan menghadapi tantangan dan berani bangkit dari
kegagalan. Pemimpin yang baik harus memaknai kegagalan sebagai
pelajaran dan sukses yang tertunda.
Pemimpin yang baik harus memaknai tantangan sebagai peluang untuk
sukses.
Jujur
saya merasa mendapat pelajaran banyak dari membaca chapter 6 buku berjudul Winning, karya Jack Welch dan Suzy
Welch. Yang ingin mendapatkan gambaran
lebih lengkap, silahkan membaca buku aslinya.
Semoga.