Saya ikut rombongan
FT Unesa ke Jerman bulan Nopember 2014 praktis kurang persiapan diri. Bayangkan rombongan berangkat dari Surabaya
Senin tanggal 17 Nopember, sementara hari Sabtu tanggal 15 Nopember saya baru
datang dari tugas luar kota selama beberapa hari dan langsung mengisi acara di
Fak Sains dan Teknologi Unair. Bahkan
hari Minggu tanggal 16 Nopember masih harus mengisi acara Dinas Pendidikan
Sidoarjo di Batu.
Untunglah isteri saya
sudah menyiapkan baju dan sebagainya dalam koper besar karena akan pergi ke
Eropa selama sekitar 12 hari. Apalagi
cuaca cukup dingin sehingga harus membawa overcoat, syal, sarung tangan dan
tentu saja topi penahan dingin. Saya
juga dibawai vaseline untuk menghindari gatal-gatal akibat dingin dan udara
kering. Saya hanya sempat mengecek
sekilas dan lebih mengutamakan menyiapkan perlengkapan kerja, seperti laptop,
beberapa buku dan beberapa pekerjaan yang saya harap dapat dikerjakan di
sela-sela tugas.
Ketika mau
berangkat, saya teringat belum membawa buku bacaan untuk di perjalanan. Biasanya saya selalu membawa satu-dua buku
untuk dibaca selama penerbangan jauh.
Karena waktunya sudah mepet, saya putuskan membawa buku yang ada di meja
kerja, yaitu buku “The Power of Now”, buku Filsafat Kehidupan tulisan Eckhart
Tolle, seorang agnostict (percaya kepada Tuhan tetapi tidak menganut agama
tertentu). Buku tersebut saya beli 23
Mei 2008, baru saya baca sedikit terus ketlisut. Belum lama saya temukan dan mulai saya baca
lagi.
Ketika transit di
Jakarta, saya berpikir perlu membeli buku lagi, karena buku The Power of Now
mungkin dapat saya selesaikan dalam beberapa jam. Akhirnya saya masuk ke toko buku Periplus dan
menemukan buku kecil bersampul putih dengan judul “David and Goliath: Underdog, Misfits, and the Art of Battling
Giants”, tulisan Malcom Gladwell.
Bukunya kecil, 10,5 X 17 cm tetapi cukup tebal dengan 305 halaman. Tampaknya memang dimaksudkan untuk dibaca dalam
perjalanan, sehingga harus mudah dibawa.
Seingat saya Malcom
Gladwell adalah penulis terkenal yang pernah menulis buku inspiratif berjudul
Outlier dan The Tipping Point. Oleh
karena itu saya tertarik dan mencoba melihat apa isi buku David and Goliath
itu. Saya membayangkan isinya tentu
mirip dengan cerita yang pernah kita baca, yaitu raksana yang dikalahkan oleh
orang kecil. Di halama 5 saya
mendapatkan kalimat “David and Goliath is
a book about what happens when ordinary people confront giants. By giants, I
mean powerful opponents of all kinds-from armies and mighty warriors to
disability, misfortune, ad oppression.”
Kalimat itulah yang mendorong saya untuk membeli.
Buku itu baru mulai
saya baca waktu transit di Dubai, setelah buku The Power of Now selesai saya
baca di penerbangan Jakarta-Dubai. Isinya sungguh menarik dan sangat inspiratif
serta perlu direnungkan secara mendalam.
Walaupun buku bacaan, namun dilengkapi dengan data layaknya buku
ilmiah. Banyak yang mengejutkan karena
tidak sesuai dengan apa yang selama ini dipercaya publik, sehingga layak untuk
dicermati oleh orangtua dan pendidik.
Bagian pertama
diberi judul The Advantages of
Disadvantages (Keberuntungan bagi Mereka yang Kurang Beruntung). Bagian ini Malcom Gladwell ingin menunjukkan
bukti bahwa kekurangberuntungan seringkali dapat berubah menjadi
keberuntungan. Cerita dimulai dari
seorang asal India yang profesi aslinya adalah computer programmer dan tinggal
di California’s Silicon Valley. Pada
awalnya dia hanya ingin melatih anaknya bermain bola basket, suatu permainan
yang tidak lazim di India, sehingga dia sendiri tidak pernah bermain bola
basket.
Ketika kemudian
secara serius menekuni profesi sampingan sebagai pelatiha basket, dia
menggunakan pola pikir seorang programmer yang mungkin tidak terbayangkan oleh
pemain maupun pelatih basket pada umumnya.
Karena yang dilatih adalah para gadis yang tidak tinggi sebagaimana
seharusnya pemain basket dan mereka juga tidak memilki keahlian bagus dalam
memasukan ke ring, maka tim dilatih dan didorong untuk merebut bola di segala
lini lapangan. Apa yang terjadi,
ternyata tim yang diberi nama The Redwood City itu berkali-kali memenangkan
pertandingan.
Contoh kedua, masih
dalam permaina basket adalah pertandingan antaa The Fordham Universoty Rams
melawan The University of Massachusetts Redmen.
Semua orang faham kalau tim basket The Umass adalah tim tangguh. Menyadari kondisi itu, tim Fordham
menerapkan startegy apa yang mereka sebut dengan “a full court press” dan
ternyata menang.
Apa yang ingin
dibagi oleh buku David and Goliath dengan pembaca dengan menyampaikan cerita
tentang bola basket tersebut? Dan apa
hubungannya dengan cerita legende tentang David dan Goliath? Menurut saya, terletak pada keberanian menerapkan
startegi yang tidak lazim. Tentu itu
didasarkan atas analisis yang matang.
Karena timnya tidak tinggi dan tidak memiliki “penembak” yang bagus,
yang dapat dilakukan adalah bagaimana agar lawan tidak memegang bola. Dan untuk
itu cara yang dapat dilakukan adalah merebut bola dimanapun posisinya. Itulah yang disebut dengan “a full court
press”.
Mungkin itu contoh
bentuk kreativitas untuk mengatasi kelemahan yang disertai dengan keberanian
mengambil langkah yang tidak lazim. Tim
underdog yang menerapkan strategi jitu ternyata dapat sukses mengalahkan tim jawara. Tim yang “david” tetapi memiliki kemampuan
memecahkan masalah secara kreatif ternyata dapat mengalahkan tim yang “goliath”. Semoga kita dapat belajar dari itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar