Selama 2 hari 2 malam,
saya dirawat di kamar nomer 2 ruang Ahira RSI Jemursari. Masuk selepas magrib hari Minggu 6 Mei 2018
dan pulang hari Selasa tanggal 8 Mei 2018 sekitar pukul 17.00. Jika diasumsikan
saya benar-benar ruangan pukul 20.00, setelah melalui proses di UGD, foto torak
dan CT scan di bagian Laboratorium, berarti saya dirawat di Ahira selama 45
jam. Ditunggui isteri yang setia dan
mendapat ruangan sangat bagus. Juga ada
bed/kasur untuk penunggu.
Sejak dari bagian UGD
saya sudah diberitahu kalau yang akan menangani dr. Dyah-wakil direktur bidang
medik di RSI Jemursari. Saya tidak
mengerti mengapa beliau yang harus menangani, karena setahu saya beliau
spesialis penyakit syaraf. Apakah sakit
saya dicurigai terkait dengan syarat ya?
Apalagi saya di-CT scan segala.
Saya berpikir positif saja.
Seperti info dari Pak Bagus, saya saya akan diobservasi biar
tuntas.
Minggu malam saya
merasa tenang, karena sudah di rumah sakit dan dibawah pengawasan dokter. Perawatnya juga sangat baik-baik. Malam itu belum dapat jatah malam, sehingga
isteri pulang dulu untuk makan. Saya
sudah akan sebelum berangkat. Saat balik
di kamar di Ahira, isteri membawa kabin, camilan yang saya sangat suka. Jadi praktis Minggu malam saya makan dengan
baik dan dapat tidur nyenyak karena merasa aman.
Pagi-pagi, sekitar
pukul 06, perawat sudah datang untuk menensi dan mengukur suhu badan saya. Berapa?
Ternyata masih cukup tinggi, kalau tidak salah 140/87. Sebentar lagi
petugas mengantar makanan dan yang sangat menyenangkan, penunggu-isteri saya
juga dapat jatah makan. Sungguh pelayanan yang sangat baik. Sekitar jam 8an , dr Dyah datang untuk
memeriksa. Beliau mengatakan, hasil CT
scan baik hanya ada “dot” yang akan dikonsulkan ke dokter radiologi. Hasil foto torak juga baik. Hasil lab (pemeriksaan darah) juga baik. Oleh karena itu, dr Dyah mengirim saya untuk
USG bagian perut. Menurut beliau perut
saya kembung dengan asam lambung tinggi.
Ya, saya ikut saja karena dokter yang paling tahu.
Karena harus puasa
lebih dahulu, USG lambung dijadwalkan pukul 16.00 dan saya diharuskan puasa
(tidak boleh makan tetapi boleh minum air putih) sejak makan siang pukul
12an. Saya juga harus menahan tidak
kencing sejak pukul 15.00. Pukul 15.45an
saya didorong dengan kursi roda ke Lab dan ternyata dr. Adi Habibie sudah
menunggu. Beliau masih sangat muda,
dugaan saya usianya maksimal kepala 3.
Sambil melakukan USG kami ngobrol.
Beliau menjelaskan kalau kondisi perut saya baik. Tidak ada hal-hal yang
mencurigakan.
Beliau bertanya berapa
usia saya dan saya jawab 66 setengah. Dr
Adi Habibie, dokter panyakit dalam meng-USG mengatakan, kondisi saya sangat
prima untuk orang usia 66 tahun. Saya
lantas bercerita kalai hasil CT scan saya ada dot dan oleh dr. Dyah akan
dikonsultasikan ke dokter radiologi. Dr.
Adi menjawab, kalau dot sih biasa karena itu biasanya kalsifikasi atau
pengapuran. “Saya yang kepala tiga saja
juga ada dot seperti itu”. Tentu saya gembira, karena dot pada hasil CT scan
bukan sesuatu yang membahayakan.
Karena USG bagian
perut tidak ada hal yang aneh, saya jadi bertanya-tanya “jadi mengapa tekanan
darah saya tinggi atau lebih tinggi dari biasanya?”. Biasanya hanya sekitar 110/70 kok menjadi
150/90. Istilah Pak Cholik itu 1,5 dari
biasanya. Apa seperti kata Prof
Romdhoni. Dokter ahli jantung dan direktur utama RSI Jemursari, bahwa saya kecapekan? Atau seperti komentar adik kandung saya, yang
kebetulan dokter bedah onkologi, perlu diperiksa dokter jantung? Akhirnya, saya berpikir ya diserahkan kepada
dokter yang merawat saja. Artinya
menunggu apa komentar dr. Dyah besuk paginya.
Selasa pagi, seperti
biasanya sekitar jam 05.30 ada perawat yang menensi. Hasilnya 140/80. Sudah turun dibanding hari Senin. Namun ketika ditensi lagi pada pukul 10an,
tekanan darah saya baik menjadi 152/87.
Saya sedikit kaget. Apalagi
sampai waktu itu dr. Dyah belum visite karena ada sidak dari Persatuan Rumah
Sakit atau lembaga apa yang saya kurang jelas.
Didorong rasa penasaran, saya kirim WA melaporkan kalau tekanan darah
saya 152/87. Dijawab, istirahat saja dan
segera akan divisite.
Sampai jam 13an dr.
Dyah belum juga muncul, mungkin acara sidak belum selesai. Tekanan dasah saya juga masih 150/85. Akhirnya, sekitar pukul 13an datang rombongan
Prof Romdhoni, dokter ahli jantung dan direktur utama RSI, dr. Dyah, wadir bid.
medik dan dokter ahli syaraf, dr. Adit, wadir bid pendidikan dan dokter ahli
edah, serta Pak Rohadi, wadir bid adminsitrasi.
Pastilah yang paling banyak komentar Prof Romdhoni. Beliau minta saya tidak mikir macam-macam,
istirahat saja nanti tekanan darah akan turun sendiri. Bahkan dinasehati jangan sering-sering
nensi. Akhirnya beliau mengatakan,
pulang saja dan istirahat di rumah biar lebih rileks.
Dr. Dyah yang
menangani saya, meminta perawat memberi obat yang diperlukan dan mempersiapkan
kepulangan saya. Namun masih menunggu
apakah sore hari tekanan darah saya stabil.
Akhirnya sekitar pukul 17, perawat memberitahu saya boleh pulang dan
memberikan obat serta surat untuk kontrol pada hari Jum’at. Tentu saya sangat senang. Segera isteri mencari taksi untuk pulang. Saya merasa berhutang budi kepada rekan-rekan
dokter dan perawat yang sudah demikian baik merawat saya selama 2 hari 2 malam
di RSI Jemursari. Semoga Allah swt membalas semua kebaikan itu dengan pahala
yang berlipat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar